54. Nikah sama Zee

2.3K 213 26
                                    

"Enaknya ngapain, ya? Pengen ice cream, tapi pasti nggak diizinin Mommy keluar," gumam Zee sambil cemberut, mengingat bahwa Nara masih belum mengizinkannya untuk keluar rumah sendirian.

"Hi, kecil!" Senyum Zee berkembang lebar saat seorang laki-laki memasuki kamarnya.

"Hi! Miss you so much!" Zee merentangkan tangannya, berharap laki-laki itu akan memeluknya. Laki-laki itu, Rian, tersenyum melihat tingkah adik kecilnya yang sangat menggemaskan.

"Perasaan kita ketemu tiap hari, kok bisa kangen?" goda Rian. Zee merespons dengan mengerucutkan bibirnya.

"Memangnya Zee nggak boleh kangen?" Rian terkekeh lalu mengecup pipi Zee dengan gemas.

"Boleh banget," jawabnya sambil mengelus rambut Zee. "Kamu lapar nggak?" tanyanya.

Zee mengangguk. "Iya, pengen makan malabar." Ucapan Zee membuat Rian kembali terkekeh.

"Mana ada malabar jam segini."

"Tapi Zee mau malabar!"

"Yaudah, karena nggak ada malabar yang dijual jam segini, kita buat sendiri aja, mau nggak?" tawar Rian, membuat Zee berpikir sejenak.

"Emang Kakak bisa?"

"Bisa, ya walaupun nggak bakalan sama persis dengan yang biasa dijual. Gimana, mau?" Zee mengangguk semangat. "Ayo ke dapur," ajak Rian.

"Mau gendong," pinta Zee. Rian tersenyum dan merentangkan tangannya, Zee segera melompat ke dalam pelukannya.

Di tangga, mereka bertemu dengan Kenzo yang masih bermuka bantal. Kenzo menatap kedua adiknya dengan bingung.

"Heh! Mau ke mana?" tanyanya.

"Kepo deh!" jawab Zee, membuat Kenzo mendengus.

Sesampainya di dapur, Rian menurunkan Zee di bangku. "Tunggu di sini sampai Kakak selesai buat martabaknya," ucap Rian.

"Zee mau bantu Kakak," Zee bersikeras, dan Rian terpaksa mengiyakan.

"Yaudah, ayo."

Zee tersenyum senang dan mulai mengekori Rian. Rian menyediakan alat-alat yang akan digunakan dan juga bahan-bahan.

"Zee aja, Kak!" seru Zee ketika melihat Rian ingin mengocok telur. Rian mengangguk dan menyerahkan telur itu kepada Zee.

"Pelan-pelan ya, jangan sampai kecipratan ke baju kamu." Zee mengangguk dan mulai mengocok telur dengan hati-hati.

Sementara Zee mengocok telur, Rian mengambil sayuran berupa bawang dan wortel, lalu mulai memotongnya. Setelah semua selesai, Rian mengambil mangkuk tempat Zee mengocok telur, lalu memasukkan sayuran yang sudah dipotong tadi dan mulai mencampurnya, tak lupa menambahkan bumbu-bumbu.

"Kamu sukanya sosis atau daging ayam?" tanya Rian.

"Sosis!" Zee menjawab dengan antusias. Rian mengangguk dan memasukkan sosis tersebut.

Setelah beberapa waktu, mereka akhirnya selesai membuat martabak tersebut. Zee menatap martabak yang sudah diletakkan di atas piring dengan mata berbinar, tak sabar ingin mencicipi hasil buatan mereka.

"Cobain," kata Rian. Zee dengan semangat mengangguk dan langsung mencicipi martabak buatan mereka.

Matanya berbinar saat martabak itu masuk ke dalam mulutnya. "Enak banget!" serunya dengan heboh, membuat Rian tertawa kecil.

"Yaudah, kamu habisin aja."

"Kakak nggak makan?" tanya Zee.

"Kakak udah makan tadi sebelum ke kamar kamu," jawab Rian. Zee mengangguk dan dengan senang hati menghabiskan martabak tersebut.

ZEE'S STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang