Seorang gadis duduk termenung dihadapan televisi. Saat ini, ia tengah ditonton oleh televisi. Bukan dirinya yang menonton televisi. Tanpa sadar, seseorang duduk disebelahnya. Sekarang, pikirannya dipenuhi oleh ucapan cinta monyetnya saat di taksi yang memintanya untuk kembali melanjutkan jalinan asmara. Sejujurnya, ia masih ada rasa padanya. Tetapi, ia tak bisa egois. Karena keluarganya tak merestui hubungan mereka.
"Kenapa?" tanya Amayra menepuk paha adiknya.
Seketika air matanya melolos hingga membuat Amayra kalang kabut. Baru pertama kalinya, ia melihat adiknya seperti ini.
"Ada apa, Ami?!" tanyanya sekali lagi sambil menggenggam kedua tangannya.
"Hiks...hiks.... Kak, dia kembali" ucapnya terisak.
Amayra mengerutkan dahinya. Dia? Siapa yang dimaksud oleh Amira. Apakah, orang dari masa lalunya? Yang berhasil membuat Ayah mereka marah besar.
"Siapa?! Apa Fahrul?!!"
Amira mengangguk pelan.
"Ngapain dia kembali?! Sudah bagus dia pergi dari kehidupan kita!!" amuk Amayra yang sama sekali tak menyukai pemuda tersebut.
Mendengarnya, air mata Amira semakin deras mengalir. Sungguh sulit menghadapi pertentangan keluarga atas cinta pertamanya. Tetapi, ia masih memiliki rasa padanya. Meskipun saat berada di taksi, ia tak meladeni ucapan Fahrul sedikit pun. Bahkan, saking tak kuasa menahan air matanya Amira memberhentikan taksi secara tiba-tiba dan pergi meninggalkan Fahrul begitu saja dengan berharap dirinya tak mengejarnya.
"Kamu harus jauhin dia, Mi!! Jangan sampai kalian bersama! Ingat, Ayah menentang hubunganmu dengannya" tutur Amayra sebelum pergi meninggalkan adiknya yang semakin terisak.
Benar yang dikatakan Amayra. Jika Ayah mereka sangat menentang hubungan Amira dengan Fahrul. Semua itu bermula saat keluarganya menemukan buku diary-nya. Hingga akhirnya, mereka mengetahui jika Amira tengah kasmaran dengan seorang lelaki yang dikenal jelas oleh keluarganya sendiri. Lelaki itu berdarah madura, sedangkan Amira berdarah jawa. Karena suatu perkara di masa lalu, membuat Darma--ayah Amira menentang hubungan mereka dan memaksa anak perempuannya untuk tak lagi berhubungan dengannya. Sakit? Tentu saja. Apalagi saat itu, ia merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya dan tiba-tiba ia harus menjauhinya demi keluarga yang amat berarti di hidupnya. Sejak itu, hubungan keduanya menjadi renggang hingga akhirnya Fahrul kembali ke tanah kelahirannya dan Fahrul tak sempat berpamitan dengan Amita karena terburu-buru.
"Rasanya aku masih cinta sama dia... Tapi aku nggak bisa egois.. Ya allah.... Tolong, kasih aku jalan...." ucapnya dalam hati.
Amira mengusap air matanya, kemudian beranjak menuju kamarnya. Sepertinya ia butuh istirahat untuk menenangkan hati dan pikirannya. Sesampainya di dalam kamar, ia langsung menutup pintu dan menguncinya. Setelah itu, ia membaringkan tubuh di kasur yang berukuran sedang. Tidak masalah bukan, jika dirinya tidur lebih awal? Meskipun baru pukul 20.00 WIB.
"Ya allah...." lirihnya memeluk erat guling kesayangannya.
Baru juga Amira hendak menutup matanya, namun ponselnya berdering yang menandakan sebuah panggilan masuk. Dengan malas, ia berjalan meraih ponselnya.
"Halo, Assalamu'alaikum" ucap Amira setelah menerima panggilan nomor yang tidak dikenalinya.
"Wa'alaikumussalam... Amira, besok Ummi mengundang semua karyawan untuk makan bersama. Karena tadi kamu tidak berada di Butik setelah pulang dari kampus, Ummi menyuruh saya untuk mengabarimu"
Mendengarnya, Amira merasa bersalah. Karena setelah kejadian di taksi, ia langsung pulang ke rumah tanpa memberi kabar pada orang Butik. Dan mengatakan pada ibunya, jika dirinya tengah tidak enak badan. Ia terpaksa berbohong. Jika tidak, perang dunia di keluarganya akan dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Boutique [TAMAT]
SpiritualZein melamar seorang gadis yang sudah lama berlabuh di hatinya. Begitu juga dengan sang gadis. Suatu hari, setelah Zein lulus kuliah, ia memutuskan untuk melamarnya. Sayangnya, lamarannya ditolak mentah-mentah oleh calon mertua setelah melihat kedat...