(8) Membesuk

1.8K 212 9
                                    

Seorang gadis menatap langit malam. Semilir angin kembali mengingatkannya kejadian tadi pagi, saat sahabatnya sendiri menyatakan cinta padanya.

"Bai, aku nggak mau karena perasaan cinta kamu membuat kita menjadi jauh" lirihnya menatap sang rembulan yang seorang diri menyinari kegelapan di bumi.

"Ami" ucap seseorang menepuk pundaknya pelan.

Amira menoleh, ia mendapati sang kakak yang tersenyum manis padanya.

"Kenapa?" tanya Amayra yang merasa ada sesuatu yang tidak beres. Pasalnya, sejak pagi Amira lebih banyak diam daripada biasanya yang lebih banyak bicara.

Amira menggeleng pelan. Amayra tak akan memaksa adiknya untuk menceritakan masalah hidupnya. Kemudian, iabikut memandangi langit bersamanya. Beberapa saat suasana menjadi hening. Mereka tenggelam menikmati indahnya alam yang jarang mereka rasakan. Biasanya, setelah maghrib mereka akan berdiam di dalam rumah. Namun malam ini tidak. Karena pikirannya yang begitu kacau, Amira memutuskan untuk duduk di teras rumahnya setelah menunaikan sholat isya. Ia pikir, ia harus mem-fresh-kan otaknya untuk menenangkan hati dan pikirannya.

"Kak, Baits nembak aku" ucapnya membuat Amayra tercengang.

"Hah?! Yang bener Mi?! Bukannya dia sahabat kamu?! Terus kamu terima nggak??" pekiknya semakin membuat Amira frustasi.

"Aku belum jawab, Kak. Aku nggak cinta sama dia... Aku takut kalo aku nolak cintanya, dia bakal benci aku..." ucap Amira berlinang air mata.

Amayra mendekap tubuh adiknya. Ia tahu, jika adiknya tak akan mau pacaran. Dan mereka sering menemukan kisah cinta sejenis ini. Jika seorang sahabat menolak perasaan cinta sahabatnya, maka yang akan terjadi adalah perpisahan. Sedangkan Amira tak rela jika akan kehilangan sahabatnya.

"Ssttt,, sudah-sudah, jangan nangis lagi! Amira 'kan kuat!! Coba kamu bicarakan baik-baik lagi sama dia" ujar Amayra mengusap air mata adiknya yang mengalir.

Amira menganggukkan kepalanya pelan. Lalu, ia merogoh kantung celananya untuk mengambil ponselnya yang seharian ini ia nonaktifkan.

"Astaghfirullah" gumamnya melihat banyak panggilan tak terjawab di ponselnya.

Tangannya tergerak membuka sebuah pesan yang dikirimkan oleh sahabatnya.

Amira, aku sakit. Aku ingin kamu datang besok membesukku di rumah. Tenang saja, Papi dan Ummi ada di rumah. Ku mohon, datanglah membesukku. Hanya kau yang dapat membuat ku sehat kembali. Jika tidak, maka aku tak akan sembuh.

Amira menggeram. Ia tak habis pikir dengan Baits yang mengatakan jika dirinya saja yang dapat membuatnya sehat kembali. Ia pikir, Amira seorang dokter?! Yah, dokter cintanya.

"Kenapa lagi sih, dek?!!" geram Amayra pada adiknya yang mendesis tak jelas.

Amira menunjukkan pesan yang dikirimkan Baits pada kakaknya.

"Ya udah, tinggal jenguk aja, apa susahnya!" celetuk Amayra yang langsung mendapat tatapan tajam yang menyergapnya.

******

Pukul 08.00 WIB

Seorang gadis menatap nanar rumah megah yang ada dihadapannya. Ia terpaksa menginjakkan kakinya disini karena semalam majikannya memintanya untuk datang ke rumah Baits atas permintaan ibunya. Mau tak mau ia menyanggupinya. Sebelum berangkat kerja, ia menyempatkan diri untuk membesuk sahabatnya yang sakit. Ia sempat ditawari oleh majikannya untuk datang bersama ke rumah Baits. Namun, ia menolak dan memutuskan untuk datang sendirian ke rumahnya.

"Bismillah" ucapnya mengangkat tangannya ke udara hendak mengetuk pintu, namun pintu berwarna putih itu lebih dulu dibuka oleh pemiliknya.

Amira tersenyum canggung pada pria paruh baya yang ia ketahui jika dirinya adalah ayah sahabatnya.

Love in Boutique [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang