(6) Rumah Opa

2K 213 8
                                    

"Biar saya yang antar Mira. Sebentar lagi, Abi jemput saya" ucap Zein tiba-tiba membuat mereka terperanjat.

Amira membalikkan tubuhnya perlahan. Tiba-tiba saja, jantungnya berdetak diatas normal hanya karena mendengar penuturan Zein. Ada apa dengan dirinya?? Baru pertama kali ia merasakan seperti ini selama hidupnya.

"Apa aku jatuh cinta sama dia?? Bagaimana bisa??" batin Amira.

"Bapak yakin? Rumah Amira berlawanan arah dengan rumah Bapak lho!" ucap Sesil. Bagaimanapun Zein adalah Bosnya, walau ia lebih tua darinya, tetap saja ia harus menghargainya.

"Emang harus ya?? Karyawan disini manggil aku Bapak??" batinnya yang merasa tidak nyaman saat mendengarnya.

"Nggak papa, nanti saya bujuk Abi" sahut Zein.

"Ya sudah Pak. Ami, gimana? Mau bareng Pak Zein atau naik ojol?" tanyanya mengalihkan pandangannya pada Amira.

"Ami!!" lanjutnya dengan meninggikan suara karena Amira tak menyahuti pertanyaannya.

"Ah... Apa Mbak?" sahutnya tersadar dari lamunannya.

Selia menghela napas.

"Gimana?"

"Apanya Mbak?" sahutnya yang sama sekali tak mengerti.

"Astagfirullahal adzim..... Ami... Ami...." ujarnya Menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Maaf Mbak" ucapnya merasa bersalah.

Zein mengangkat sudut bibirnya melihat sebuah mobil yang berhenti tepat di depan pintu Butik.

"Abi sudah sampai, kamu mau bareng atau tidak?" tanya Zein pada Amira.

"Udah bareng aja, mau maghrib juga Mi... Nggak baik lho" sambar Sesil membuat Amira pasrah.

"Iya, aku bareng Pak Zein aja" pungkasnya. Jujur, ia merasa takut jika naik ojek online di waktu seperti ini.

Setelah mengunci Butik. Selia lebih dulu pulang. Amira merasa canggung. Untungnya ada si cantik Zayra yang membuatnya sedikit lega.

"Maaf ya Pak, jadi merepotkan" ucap Amira pada Azzam yang siap melajukan mobil.

"Tidak apa. Lagipula bahaya anak gadis seperti kamu pulang sendiri" jawabnya.

"Oh ya Bang, itu lengannya kenapa? Kok diperban kayak gitu?" lanjutnya yang baru sadar. Mendengarnya, Rara langsung melongokkan kepalanya pada Zein yang duduk di depan bersama Abinya.

"Iya ya! Abang habis jatuh ya?" terka Zayra membuat Zein merasa gemas.

"Rara pinter banget sih!!" pujinya mencubit kedua pipi adik bungsunya.

"Aw! Sakit Abang...." keluhnya pada Zein yang hanya ditanggapi dengan tawa olehnya.

Zayra mengerucutkan bibirnya.

"Huhh!! Bang Zein kayak anak kecil, udah gede tapi masih aja jatuh" oloknya membuat Amira terkekeh.

"Berani ya, sama Abang?!" pekiknya menatap intens Zayra.

"Ternyata, keluarga mereka sangat harmonis. Aku selalu iri pada mereka yang beruntung memiliki keluarga yang harmonis" batinnya yang melihat Zayra tergelak akibat gelitikan kakaknya.

"Sudah-sudah" lerai Azzam menghentikan aksi Zein pada adiknya.

Amira tersenyum pada Zayra yang duduk disebelahnya. Wajahnya tampak memerah. Entahlah, ia merasa gemas sendiri melihat Zayra seperti itu.

"Rara kelas berapa sekolahnya?" tanya Amira ramah. Jujur, ia sangat suka anak kecil.

"Kelas 2" jawabnya.

Love in Boutique [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang