(28) Pengantin Baru

1.6K 190 26
                                    

Flashback on

Amayra bergegas menuju kamar orangtuanya setelah mendapat kabar dari suaminya bahwa keluarga Fatur membatalkan pernikahan secara sepihak. Sontak, membuat keluarga besarnya begitu syok. Untungnya, hal ini masih dirahasiakan dari para tetangga yang ikut membantu mempersiapkan pernikahan kembarannya.

"Ayah, Ibu." panggilnya seraya masuk ke dalam kamar orangtuanya dan menutup pintu serapat mungkin.

"Gimana bisa batal, Yah? Mereka nggak bisa asal ngebatalin gitu aja! Terus, kita juga udah keluar uang banyak, Yah, Ibu!" seloroh Amayra yang frustasi jika pernikahan kembarannya benar-benar batal. Ia tak bisa membayangkan reaksi Amira setelah mengetahui hal tersebut.

Darma memijit pelipisnya. Hanya pening yang dirasakannya. Bagaimanapun, pernikahan putrinya harus tetap berjalan. Ia tak mampu menanggung malu jika pernikahan ini gagal.

"Nggak ada cara lain, kita harus cari pengganti Fahrul."

"Siapa yang mau, Yah? Ini juga udah malem!!"

Dibalik kesedihan Tia, ia mendapat secercah kebahagiaan. Mungkin, inilah cara Allah untuk mempersatukan putri bungsunya dengan cintanya, Zein. Tia segera menghampiri suaminya, kemudian mengelus lengannya.

"Zein pasti mau. Hanya dia yang sudah kita ketahui babat, bibit, bobotnya, Yah!" ungkap Tia membuat suasana semakin mencekam.

"Kita nggak mungkin, dadakan cari pengganti Fatur malam-malam seperti ini?!" Darma mendesah. Ia merasa didesak oleh istrinya agar Zein menjadi menantu mereka.

"Kita juga nggak mungkin asal cari calon suami untuk Amira, Yah! Jangan sampe, kita nganggep pernikahan sebagai permainan!" ucap Amayra yang mengerti permainan ibundanya. Ia juga merasa, inilah jalan untuk Zein dan Amira bisa bersatu.

"Ya sudah, kita ke rumah Zein sekarang. Panggil, suamimu, May!" titah Darma membuat anak dan istrinya menarik sudut bibir mereka.

Biarlah, ini menjadi kejutan untuk Amira. Setidaknya, mereka merasa lega karena Amira akan menikah dengan orang yang tepat.

"Uwa, titip anakku, ya? Kita mau pergi sebentar." pamit Amayra pada Uwanya.

Alif bergegas melajukan mobilnya menuju rumahnya. Karena Zein tengah berada di sana bersama Opa Aryo, begitu juga dengan si kembar. Sesekali, ia melirik pada Ayah mertuanya yang tampak pasrah dengan takdir. Terpaksa, Darma harus menurunkan egonya demi putri bungsunya. Benar yang dikatakan Tia dan Amayra, jika hanya Zein, lelaki yang tepat untuk menjadi suami Amira. Meskipun berat, namun demi kebahagiaan putrinya ia akan merelakan rasa bencinya berakhir di sini.

"Ya Allah... Permudahkanlah kami." Amayra berdo'a di dalam hati sebelum melangkahkan keluar dari mobil.

Tia menggandeng erat tangan putrinya. Ia merasa takut, jika keluarga Zein akan menolak permintaan mereka. Sedangkan, Alif dan Darma sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah.

"Opa, Zein ma--" ucapnya menggantung saat melihat kedatangan Ayah dari gadis pujaan hatinya yang tiba-tiba.

"Assalamu'alaikum..." ucap Alif.

Aryo merasa bingung dengan kehadiran Darma. Zein pun tak kalah bingung, ia mencoba menerka hal apa yang membuatnya datang ke sini.

"Pak Aryo, saya meminta maaf atas perlakuan saya tempo lalu." ucap Darma tanpa bertele-tele.

Zein melirik Opanya yang terlihat begitu tenang.

"Saya mewajari hal itu, yang pasti kejadian tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan saya."

Love in Boutique [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang