Zein membuka pintu, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling butik---mencari keberadaan adik-adiknya. Ia terus menelurusi ruang demi ruang yang ada disini, namun nihil, tak ada tanda-tanda jika mereka berada disini.
"Kalian kemana sih??" gumam Zein yang hampir putus asa mencari keberadaan ketiga adiknya.
"Rifai" teriak Zein pada office boy butiknya yang hendak pulang.
"Iya Zein?!" sahutnya.
Rifai memanggil bos mudanya dengan namanya saja. Tidak dengan embel-embel apapun karena itu adalah permintaan bos mudanya sendiri.
"Tau adik-adik saya nggak?! Saya udah cari kemana-mana, tapi nggak ketemu!"
"Oh! Mereka lagi sama Amira di minimarket depan. Katanya mau makan es krim" jawabnya membuat Zein langsung berlari mencari minimarket tersebut.
Zein mengembuskan napas gusarnya melihat adik-adiknya dan Amira yang tengah tertawa bersama---di depan minimarket. Saat ini, emosinya tidak terkontrol dan rasanya ia ingin meluapkan amarahnya. Kebetulan sekali dengan Amira yang cocok menjadi sasarannya karena mengajak adik-adiknya pergi tanpa pamit hingga membuatnya berlari kesana-kemari mencari mereka. Hingga merasa letih seperti ini.
"FAHRI! FAUZI!! RARA!! SINI KALIAN!!" teriaknya yang seketika menghentikan tawa mereka.
Melihat raut wajah Abangnya yang lebih seram dari sebelumnya membuat Zayra memepetkan tubuhnya pada Amira.
"Fah, itu Bang Zein masih marah?!" bisik Fauzi pada kakaknya.
"Kayaknya" jawabnya.
"Abang, mau es krim nggak? Nanti dibeliin Kak Amira" tawar Fauzi membuat Amira membelalakkan matanya.
Zein menatap tajam gadis yang menundukkan kepalanya itu. Ia menarik kasar tangan Zayra agar menjauh darinya. Sedangkan Zayra, ia terus meronta melepaskan genggaman tangan Abangnya.
"Abang... Lepasin!!! Rara mau disini sama Kak Ami!!" teriaknya yang tak digubris oleh Zein.
"KALIAN JUGA PULANG!!" bentak Zein pada adik kembarnya.
"Nggak mau!!" jawab mereka bersamaan semakin membuat Zein murka.
"PULANG!!" bentaknya lagi membuat Amira menggeram.
Amira bangkit dari duduknya. Ia menatap bos mudanya dengan tatapannya mautnya. Melihat Amira yang seperti itu, refleks Zein melepas genggaman tangannya. Zayra yang telah terbebas, langsung saja berlari lalu bersembunyi dibelakang tubuh Amira.
"Rara!!" pekiknya yang tersadar jika adiknya tidak berada disebelahnya. Mendengarnya, Zayra mengeratkan pelukannya pada Amira.
"Bang Zein sama Kak Ami mau berantem??" bisik Fahri pada adiknya.
"Seru nih kayaknya!" sahut Fauzi berbisik dengan senyum menyeringai.
Tatapan tajam mereka saling beradu. Amira tak menyukai sikap bos mudanya yang seperti ini. Padahal, ia biasa mengajak anak-anak majikannya untuk memakan es krim bersama. Lalu, mengapa anak sulung majikannya bersikap seolah melarang dirinya bersama adik-adiknya?!.
"Minggir!! Saya bilang minggir!" pekiknya pada Amira, karena ketiga adiknya berbaris bersembunyi dibelakangnya.
"Nggak!!" sahutnya sembari menggelengkan kepalanya. Ia sama sekali tidak takut menghadapinya. Ia tak peduli jika dirinya adalah anak majikannya sekaligus kakak dari Fahri, Fauzi, dan Zayra. Ia merasa waktu kebersamaannya ternganggu karena Zein yang memaksa adik-adiknya pulang.
Zein menghela napas. Ia melangkahkan kakinya ke kanan untuk merebut adik-adiknya dari perlindungan Amira. Namun, Amira mengikutinya-- ia melangkahkan kakinya ke kiri hingga berhadapan dengan bos mudanya lagi. Melihat hal tersebut, Zayra melingkarkan tangannya pada pinggang Amira. Dan Fauzi meletakkan tangannya di kedua bahu adiknya begitu juga dengan Fahri yang meletakkan tangannya di bahu Fauzi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Boutique [TAMAT]
EspiritualZein melamar seorang gadis yang sudah lama berlabuh di hatinya. Begitu juga dengan sang gadis. Suatu hari, setelah Zein lulus kuliah, ia memutuskan untuk melamarnya. Sayangnya, lamarannya ditolak mentah-mentah oleh calon mertua setelah melihat kedat...