(18). Berteman

1K 161 32
                                    

Beberapa minggu kemudian.....

Dua orang gadis kembar keluar dari sebuah angkutan umum. Keduanya mengulum senyum memandang tempat kerjanya yang ada diseberang jalan. Hari ini adalah hari pertama Amayra bekerja di Butik cabang kedua ini. Ia tak tahu apa alasannya, ia dipindahtempatkan. Yang pasti dirinya merasa senang karena bisa satu tempat kerja dengan adik tercinta.

"Alhamdulillah." ucap keduanya setelah menyebrang jalan.

Tanpa disadari, Amira menundukkan kepalanya mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Dimana dirinya dan Zein resmi menjadi seorang teman. Bukan lagi sebagai bos dan karyawan. Ia tak tahu alasan Zein mengajaknya untuk menjadi teman baiknya. Dan entah mengapa, setiap dirinya melangkahkan kaki ke Butik ini, ia selalu tak bisa menyembunyikan senyumnya.

Flashback on

"Nih, cokelat buat kamu" ucap seseorang menyodorkan sebuah cokelat pada Amira.

Amira menatap manik matanya. Ia merasa bingung dengan Zein yang tiba-tiba memberinya cokelat.

"Nggak usah, makasih" tolaknya dengan lembut.

Zein menghela napas. Memang benar apa yang dikatakan oleh Baits, jika Amira adalah tipe cewek yang susah menerima pemberian orang lain.

"Udah, ini buat kamu"

"Nggak, makasih banget!"

"Amira, terima cokelat ini. Kalo kamu nggak nerima, berarti kamu telah membuat saya kecewa" ancamnya. Tak ada cara lain. Itulah cara satu-satunya agar Amira mau menerima cokelat yang dibelinya tadi.

"Tapi, aku nggak terlalu suka cokelat"

"Kenapa?"

"Pahit"

Zein tertawa kecil.

"Saya jamin, cokelat ini rasanya manis. Sama seperti senyum kamu" gombalnya.

Pipi Amira bersemu merah. Ia tak bisa menyembunyikan senyumnya. Segera mungkin, ia menunduk. Jangan sampai Zein melihatnya. Jika tidak, ia akan bertambah malu.

"Nih" ujarnya kembali menyodorkan cokelat tersebut.

"Terima kasih" ucap Amira setelah menerimanya.

Zein mengulum senyum. Akhirnya, gadis dihadapannya ini menerima cokelat pemberiannya. Sekarang, hanya tinggal mengutarakan maksud memberi cokelat tersebut. Zein menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Jujur, ia amat gugup. Jika tidak karena saran yang diberikan oleh Baits, ia tak akan pernah melakukan hal seperti ini.

"Mir"

"Iya?"

"Gimana, kalo mulai sekarang kita berteman. Lupain aja, status bos dan karyawan diantara kita"

Amira terdiam. Apakah benar, jika pemuda itu adalah bosnya?. Ia tak pernah menyangka hal ini akan terjadi. Meskipun, ia sangat mengharapkannya. Ia melirik wajahnya sekilas. Ia bisa melihat kegugupannya.

Amira mengangguk. Membuat senyum seseorang merekah.

"Beneran, kita berteman?"

"Iya, kita temenan"

"Alhamdulillah... Berarti sekarang, kita jadi temen, temen deket, temen curhat, temen suka, temen duka, temen hi----" ucapnya terpotong karena tersadar dengan kata apa yang akan diucapkannya.

Flashback off

"Mi, kamu kenapa senyum-senyum?" tegur Amayra membuat kembarannya terkesiap.

Love in Boutique [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang