School 🏫

203 32 2
                                    

Haroo menghabiskan waktunya di sekolah bersama teman-temannya, tetapi tampaknya ia tidak terlihat senang.

"Haroo-ah... kemarilah!"

"..." Haroo tampak diam saja. Ia terdiam di sudut ruangan.

"Wae, Haroo-ah? Apa ada masalah?" Gurunya mendekat ke arah Haroo.

Lalu, tiba-tiba Haroo menangis begitu saja.

"Wae, Haroo-ah? Mengapa kau menangis?"

"APPA!!! HIKS... HIKS..." Tangisan Haroo semakin kencang.

"Appa akan menjemputmu nanti. Sekarang, kau bisa bermain dengan teman-temanmu."

"APPA!!!"

Gurunya merasakan hal aneh pada Haroo. Gurunya itu melihat keringat Haroo yang mengalir deras.

"Haroo-ah? Apa kau sakit?"

"Appa!!!" Haroo tetap saja menangis dan memanggil ayahnya. Ia tak mengatakan apa yang terjadi sebenarnya.

Gurunya memeriksa suhu tubuhnya.

"Aigoo... kau demam rupanya. Apa kepalamu terasa sakit?"

"Ne."

"Kau ingin istirahat?"

"Ne."

"Kau ingin pulang?"

"Aniya."

"Wae?"

"Aku tidak ingin appa khawatir."

"Gwaenchana. Kau bisa pulang jika mau. Songsaenim akan menelfon ayahmu dan ayahmu akan datang menjemputmu."

"Aniya. Aku akan baik-baik saja jika istirahat sebentar."

"Arraseo. Jika semakin sakit, panggil songsaenim. Arraseo?"

"Ne."

Akhirnya, Haroo beristirahat lebih awal untuk memulihkan tenaganya.

*~~~*

Haroo makan siang bersama teman-temannya, tetapi tampaknya ia masih sakit. Akhirnya, gurunya membantunya makan siang.

Setelah makan siang, waktunya pulang. Satu per satu siswa dijemput oleh orang tuanya.

"Haroo-ah..."

"Eomma..."

Haroo berlari memeluk Hyeyoon. Hyeyoon merasakan ada hal aneh dari Haroo.

"Haroo-ah, gwaenchana?"

"Eomonim, Haroo tadi menangis."

"Wae? Mengapa kau menangis?"

"Saya memeriksa suhu tubuhnya dan sepertinya dia demam."

"Kau sakit, Haroo-ah? Bagian mana yang sakit?"

"Kepalaku terasa berat."

"Kepalamu terasa berat? Mengapa kau tidak menelfon eomma?"

"Haroo mengatakan pada saya untuk tidak menghubungi anda. Saya sudah meminta Haroo untuk menelfon anda, tetapi Haroo melarangnya."

"Wae?"

"Aku takut eomma khawatir."

"Eomma lebih khawatir jika kau tidak menelfon eomma. Lain kali langsung telfon eomma atau appa jika kau merasakan sakit. Arraseo?"

"Ne."

"Saya permisi."

"Silahkan."

Hyeyoon menggendong Haroo masuk ke dalam mobil. Ia memakaikan selimut yang hangat untuk Haroo.

"Haroo-ah, kau mau ke dokter?"

"Shireo."

"Shireo? Wae?"

"Itu menakutkan."

"Aniya. Itu tidak menakutkan."

"Aniya..."

"Arraseo. Eomma tidak akan membawamu ke dokter, tetapi kau harus tetap meminum obat dan makan bubur. Arraseo?"

"Ne."

"Anak pintar."

*~~~*

Sesampainya di rumah, Hyeyoon menggendong Haroo membawanya ke dalam kamar. Lalu, membuatkan bubur abalone.

"Haroo-ah... makan bubur ini dan minum obat. Kau akan segera sembuh."

Hyeyoon menyuapi Haroo perlahan-lahan hingga habis. Haroo tetap bisa makan dengan lahap walaupun ia sedang sakit. Lalu, Haroo meminum obatnya dan tidur dengan pulas.

Saat Haroo tidur, Hyeyoon menelfon seseorang.

"Yeoboseyo?"

"Yeoboseyo? Yeobo? Mengapa menelfonku?"

"Apa kau sibuk?"

"Aniya. Aku baru saja selesai, tetapi masih ada yang harus aku lakukan. Wae?"

"Apa aku mengganggumu?"

"Aniya. Apa ada masalah? Apa terjadi sesuatu?"

"Haroo sakit."

"Haroo sakit? Sakit apa?"

"Sepertinya dia demam. Gurunya berbicara padaku waktu di sekolah Haroo menangis, tetapi dia tidak mau pulang lebih dulu. Dia melarang gurunya untuk menghubungiku tadi."

"Jeongmal? Tadi pagi dia terlihat baik-baik saja."

"Aku sudah memberinya bubur abalone dan obat."

"Mengapa tidak pergi ke dokter?"

"Haroo tidak ingin ke dokter."

"Arraseo. Hubungi aku jika kau membutuhkan sesuatu."

"Ne..."

TBC

The Return Of Superman ~ Rowoon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang