Umpatan demi umpatan hanya bisa Garnish teriakkan dalam hati. Ibunya ada di rumah, jadi tak mungkin dia bisa leluasa mengekspresikan kekesalannya saat ini. Gadis itu makin dibuat geram saat memasuki kamar dan mendapati dongeng The Princess and The Frog yang ia pinjam dari perpustakaan kemarin. Garnish sadar bahwa ia punya kesamaan dengan Putri Tiana, tapi ia lupa bahwa Tiana juga adalah nama tengahnya. Bahkan fakta bahwa dirinya sendiri juga mengejek Gavin dengan sebutan kodok saat mendengar cegukan pemuda itu.
Gadis itu mendengus, berbaring di kasur sembari menatap gemas langit-langit kamarnya. Pertanyaan konyol hilir mudik dalam benaknya. Apa iya dirinya sekarang sedang dikutuk? Atau jangan-jangan kehidupan yang Garnish jalani sekarang tidak nyata? Ia hanya hidup di dunia paralel dari dongeng itu.
"Gila!" teriaknya tertahan.
Kepalanya spontan menggeleng. Satu-satunya kesamaannya dengan Putri Tiana adalah hobi memasak, tapi Garnish lebih spesifik karena menyukai pastri. Untuk fisik, memang mungkin cukup mirip dengan visualisasi Tiana dalam dongeng, tapi Garnish berani bertaruh bahwa Putri Tiana pasti tiga tingkat lebih cantik dari pada dirinya.
Gadis itu meraih guling sembari mencoba mengatur napas. Ia menolak berbagai persepsi, meyakinkan diri sendiri bahwa yang terjadi hanya kebetulan. Lagi pula, Garnish merasa sudah dewasa, maka ia harus berpikir sesuai logika. Tapi tetap saja, ia tak suka diolok-olok dengan si Gavin yang jelek, meskipun Garnish juga merasa dirinya tak sempurna. Ia tetap tak mau dipasangkan dengan si Pangeran Kodok.
Di antara kekalutannya, gadis itu teringat sesuatu. Ia beralih merogoh saku blazer yang masih melekat di tubuh, lantas menemukan fortune cookie yang terbungkus rapi di sana. Suasana hatinya sedikit membaik ketika melihat warna ungu muda bercorak hijau daun yang menghiasi kue itu. Tanpa pikir panjang, Garnish membuka cangkangnya. Matanya berbinar saat menemukan robekan selembar kertas, bak menemukan mutiara dalam sebuah cangkang tiram.
Kau bukan putri tidur, tak perlu menunggu pangeran. Bangunlah, wujudkan mimpimu sendiri.
Garnish kehilangan kata. Barisan kalimat yang tertulis di sana seolah menjelma jadi rekaman suara yang terngiang-ngiang di kepalanya. Bagai sebuah mantra, berhasil mengusik ambisi gadis itu yang sudah tertidur sejak lama.
Tangan Garnish mengepal kuat, merangkum kembali mimpi-mimpinya yang tersepai. Gadis itu tak mengerti mengapa bisa jadi sesemangat itu hanya karena beberapa kalimat yang baru ia baca. Tapi kejadian yang baru saja dialaminya membuat Garnish sadar, tak ada kebetulan di dunia ini.
Segalanya telah direncanakan Tuhan. Bisa jadi pertemuannya dengan Gavin, buku dongeng, dan hal lainnya adalah rangkaian peristiwa yang diikat oleh benang merah. Gadis itu membenarkan pikirannya sendiri, dia bukan putri tidur yang cantik seperti Aurora, jika dia Tiana, maka dia harus menggapai mimpinya sendiri. Pengeran tidak perlu ada dalam daftar keinginannya. Bahkan, Tiana sendiri adalah pahlawan bagi pangerannya. Meski tak punya rencana untuk ke depannya, gadis itu tak masalah. Setidaknya dia harus mengumpulkan niat terlebih dahulu.
"Bangun!" seru Garnish sepenuh hati. Tubuhnya bangkit dengan semangat dan senyum mengembang.
Hingga bunyi kenop pintu yang dibuka diiringi longokan kepala sang ibu yang tiba-tiba terlihat membuat perhatian gadis itu teralihkan.
"Nish, bantu ibu anterin pesanan kue, ya," ucap wanita yang mirip sekali dengan gadis itu. Wajahnya terlihat cerah saat menyampaikan berita yang memberi efek berbeda bagi Garnish. "Tadi Bu Fina pesen seratus kue lapis buat acara di kos-kosannya."
Senyum Garnish pudar, berganti seringai hambar. Ia memang sedang bersemangat tadi, tapi gadis itu tak berniat untuk memulai aktivitasnya sekarang juga. Apalagi jam dinding yang menempel di atas meja belajar itu seakan mengejek Garnish sembari menunjuk angka setengah tujuh. Tapi senyuman sang ibu mampu membuat Garnish tak berkutik, alih-alih menganggukan kepala pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic Cake Recipe [TERBIT]
RomanceTiana adalah nama tengahnya, tapi Garnish tak pernah menduga bila hidupnya akan berjalan seperti Putri Tiana dalam dongeng The Princess and The Frog. Hingga pada suatu hari, gadis itu tanpa sengaja membuat seorang pemuda jadi cegukan seperti kodok s...