Garnish memutar bola matanya saat tangan kekar seorang pemuda menghalangi jalan yang hendak ia lalui menuju kantin. Ia berjingkit sedikit, lalu berdecih pelan saat melihat keberadaan Vivian di dalam sana. Sedang pemuda di depannya hanya menyeringai penuh arti. Tanpa malu menyerahkan paper bag berwarna cokelat di tangan satunya.
"Belum nyerah juga?" tanya Garnish seraya menelengkan kepala.
"Buat laki-laki gentle, enggak ada kata menyerah sebelum dapat iya dari pujaan hati."
"Laki-laki gentle mana yang enggak berani ngasih hadiah gini secara langsung?"
Pemuda itu kembali menyengir. "Suatu saat nanti, deh, pesonanya Vivian terlalu silau, Nish."
"Halah, alasan. Minggir, deh, gue mau lewat."
"Ini terima dulu."
"Kayak biasa, dong. Lo beli kue gue, baru gue mau."
"Materialistis, deh, Bu Guru."
"Terserah," kata Garnish sembari menepis tangan pemuda itu.
"Eh, eh, Nish, iya gue beli tiga."
"Nah, gitu dong."
Garnish membuka wadah kuenya, mempersilakan pemuda itu memilih sendiri. Lantas mengambil paper bag yang tadi disodorkan dan masuk ke area kantin. Ia segara menghampiri Vivian yang tampak fokus di meja ujung. Wajah manis gadis itu tertutup monitor laptop, dengan tangan yang tak henti mengetik keyboard. Garnish duduk diiringi napas berat, diletakkannya kue yang tadi ia bawa dengan rapi di meja.
"Dikejar deadline, Vi?"
Mata Vivian melirik sebentar, lalu kembali fokus lagi. "Iya, flashdisk gue hilang, padahal nanti siang presentasi."
"Wah, gawat juga, tuh. Mau dibantu?"
"Enggak apa, bentar lagi selesai, kok. Tinggal copas bahan makalah ke PPT aja."
Garnish mengangguk-angguk paham. Ia kembali meraih paper bag yang tadi dibawa, menyodorkannya lebih dekat ke arah Sherlin.
"Ini dari penggemar lo."
"Apaan?"
Tanpa disuruh, Garnish membuka paper bag itu dan memperlihatkan isinya. "Martabak manis rasa keju!"
"Ih, enggak suka keju. Lo makan aja, deh."
"Oke siap, Yang Mulia Ratu."
Garnish melahap satu demi satu potongan martabak keju itu. Mendadak suasana hatinya membaik. Ia suka kue, membuat atau pun memakannya. Bagi gadis itu rasa manis dari makanan bisa membuat suram menghilang.
"Ah, akhirnya selesai juga!" seru Vivian sembari merentangkan tangannya, merilekskan bagian tubuh yang terasa kaku.
Gadis itu beralih meraih sendok kecil dalam gelas kopinya, menyemili marshmallow yang terlihat lembut. Lalu ia terlonjak ketika teringat sesuatu. Vivian bergerak cepat, meraih tote bag yang tergeletak di ujung meja, mengeluarkan selembar kertas warna merah hati yang berhias pita hitam.
Pandangan Garnish teralihkan, terkagum sejenak saat menatap kertas bergambar bunga mawar dengan ilustrasi pasangan yang bergandengan tangan. Dari dua nama yang sekilas terlihat bersanding di kertas sana, Garnish bisa menebak benda apa itu. Namun, hal yang kemudian diucapkan Vivian tetap membuat matanya terbelalak.
"Ini dari Tina sama Lingga."
"Demi apa? Secepat ini?" Garnish langsung menyambar undangan itu, menelisiknya dengan pandangan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic Cake Recipe [TERBIT]
RomanceTiana adalah nama tengahnya, tapi Garnish tak pernah menduga bila hidupnya akan berjalan seperti Putri Tiana dalam dongeng The Princess and The Frog. Hingga pada suatu hari, gadis itu tanpa sengaja membuat seorang pemuda jadi cegukan seperti kodok s...