14 #ISTIKHARAH

133 16 3
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Izinkan aku dalam sujudku menyebut namamu untuk di persatukan, jika dia jodohku maka dekatkanlah, namun jika dia bukan jodohku maka jauhkanlah.

Sejak beberapa hari perjodohan itu, Syifa lebih sering berdiam diri di kamar, ia selalu berdo’a dalam sujudnya “jika sosok lelaki itu jodohku maka dekatkanlah, jika bukan maka jauhkanlah”.

Dia berusaha menerima keadaan yang sudah terjadi semenjak hari itu. Ia sekarang menjadi lebih pendiam dari hari biasanya. Tiap hari ia berusaha mehubungi Dizah namun hasilnya nihil tidak ada jawaban. Ia lelah dengan keadaan ini, apa yang harus ia katakan sekarang ke Dizah kalau ia di jodohkan dengan lelaki yang di sukainya. Ia sudah shalat istikharah untuk jawabannya apakah ia harus melanjutkan atau membatalkan. Ternyata Allah belum memberikan jawaban dalam mimpinya.

Tiba-tiba dari luar terdengar suara ketokan pintu..”Syifaa.. ini ummi” ucapnya umminya dari depan pintu kamarnya.

Ia pun kaget dari lamunannya, “Masuk aja mi, ga di kunci” sahut Syifa.

Umminya pun duduk di sampingnya, dan mengelus bahunya “Kamu kenapa nak, akhir-akhir ini ummi lihat sering melamun? Selalu berkurung di dalam kamar.. ada masalah nak?” tanya umminya penasaran.

Dirinya menghela nafas “Huhhh.. gak da papa mi.” ia mendesah pelan.

“Ummi tau loh kamu kalo ada apa-apa sering berdiam diri di kamar.” Celetuk umminya.

“Gadapapa kok mi, serius.” ucapnya meyakinkan.

“Yakin gak mau cerita? Ummi gak bakal bilang siapa-siapa.” umminya juga meyakinkan.

“Emmmmm.. jangan kasih tau mas Farhan mi.”

Mamanya menganggukan kepalanya mengiyakan dan tersenyum meyakinkan dirinya.

Syifa pun tampak berpikir “aku bingung mi mulai mana ceritanya, jadi gini ummi kan tau mas Khalid sama aku dijodohin..”

“Oooo sudah ummi duga tentang ini..” sela Umminya.

“Hehe iyaa.. terus tenyata mas Khalid udah disukai sama sahabatku sendiri, aku gak nyaman mi dengan dia sekarang, aku gak mau mi karena cuman cowo hubungan aku dengan dia jadi berakhir.” ia menundukkan kepalanya berusaha untuk tidak telihat sedih.

Umminya pun langsung memeluk dirinya, Syifa pun akhirnya menangis tak kuasa menahan air matanya dalam pelukan umminya. Umminya terus mengelus dadanya dan mengerti perasaan anakknya sekarang sedang membutuhkan kehangatan.

Syifa akhirnya melepaskan pelukan dari umminya “Makasih mi, udah dengar curhatan aku.”

Umminya tersenyum “Iya sama-sama, jangan di biasakan di pendam sendirian ya nak, kamu udah hubungin temen kamu itu?” tanya umminya.

“Iya udah mi, tapi tak ada balasan” keluhnya.

“Allah lagi menguji kesabaran kamu nak, Allah tidak akan membebani kemampuan melebihi batas hambanya.” ucap umminya.

“Iya ummi bener, aku harus berusaha biar bisa baikan lagi.. makasih mi.”

“Iya samasama, ummi keluar dulu yaa.. sekalian kamu gak mau keluar juga?”
“Entar nyusul mi..” sahutnya.

Umminya pun meninggalkan dirinya sendiri di kamar, ia memainkan handphonenya dan mengecek chat’annya dengan Dizah. Ia hanya bisa menghela nafas pelan.

“Semoga hati mu terketuk untuk membalas pesanku.” do’anya hanya bisa berharap.

Namun tiba-tiba ia melihat pesannya lagi dan mukanya tersenyum melihat sebuah pesan dirinya bahwa tanda sudah di read  Dizah sahabatnya.

“Bales zah balessss.. aaaa dia sedang mengetik…astaga..astaga” ia pun mengeluarkan pesannya ke menu layar depan. Sehingga ia tak telihat kalau sedang online.

Benda persegi empat itu bergetar menandakan sebuah notifikasi pesan masuk, ia melihat Dizah membalas pesannya.

Dizah

Maaf tempo hari Fa aku kek childish, bisa ketemu di café biasanya?

Betapa senangnya Syifa kali ini gak bisa dijelaskan, akhirnya sahabatnya sudah membalas pesannya dan mengajaknya ketemuan. Ia pun mengetikkan layar handphonenya membalas mengiyakan.
Sekarang Syifa sudah di café biasanya tempat nongkrong, ia selagi menunggu Dizah lebih baik memainkan game di handphonenya.

“Assalamualaikum.” Salam suara yang sudah ditunggunya.

“Waalaikumussalam Zah, Huaa kangen!” Syifa memberikan pelukannya, Dizah ikut membalas nya pelukannya juga.

“Me too.” Sahutnya tersenyum dan melepaskan pelukan Syifa. Dizah menarik kursinya mendudukan bokongnya,”Dah lama nunggu?” tanyanya.

“Baru sekitar 15 menit’an gak sampe 24 jam.” Celetuk Syifa.

“Cihh, udah mesan Fa?”

“Belom, nungguin kamu Zah.”

Mereka berdua memesan makanan dan menulisnya lalu di serahkan ke pelayan di sana.

“Fa, maafin aku tempo hari kek kanakan.” Lirih Dhizah menatap Syifa di depannya.

“Kebalik, aku yang harusnya minta maaf sama kamu.” Celetuknya, “Maafin aku yaa Zah.” Lirihnya.

“Aku yang minta maaf.”

“Aku.”

Dalam Sujudku Terukir Namamu [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang