7# Dari Mata Turun Ke Hati

2.5K 118 12
                                    

Pandangan pertama adalah sebuah anugerah namun pandangan kedua itu musibah

Lelaki itu menggunakan kemeja bewarna biru dongker dengan celana kain bewarna hitam, ia sedang asik menjelaskan muridnya di perkuliahan dengan menggunakan slide, sudah setengah jam ia menjelaskan di depan murid-muridnya. Tiba-tiba ada yang mengetok pintu dari luar "Assalamualaikum pak" salamnya dengan muka cemas ternyata salah satu mahasiswanya.

Ia pun menghentikan penjelasannya "waalaikumussalam, ini sudah jam berapa?" jawabnya dingin.

"Eee, maaf pak...saya" belum sempat melanjutkan bicaranya tiba-tiba ia memotong perkataannya.

"Perjanjian kita paling lambat cuman 15 menit."

"Maafkan saya pak" ucap murid tersebut menundukkan kepalanya.

"Yasudah, silahkan masuk tapi tidak absen" ucap Khalid memperbolehkan murid tersebut masuk kuliahnya, biasanya ia sering menyuruh mahasiswanya keluar apapun alasannya, untuk membuat muridnya disiplin terhadap waktu, karena waktu sangatlah berharga walaupun cuman 1 detik.

Untung saja Mahasiswa itu diperbolehkan tetap masuk walaupun tidak absen ia masih bisa mendapatkan ilmunya, mahasiswa itu pun duduk yang hanya tersisa di depan masih kosong.

Bagi kalangan kaum hawa inilah sifat Khalid, semakin dingin sikapnya semakin cool tampangnya, bahkan suaranya, entah mengapa banyak yang menyukai Khalid salah satunya sahabat Syifa. Untuk tersenyum saja jarang ia lakukan kalau sudah ngajar di kelas.

Setelah selesai mengajar, tiba-tiba handphone nya bergetar menandakan sebuah pesan singkat. Alisnya berkerut melihat nama yang tertera di layar handphonenya dan menerbitkan sebuah senyuman di bibirnya. Farhan? Cukup lama ia tidak bertemu dengan sahabatnya yang satu ini. Farhan adalah sahabatnya sekaligus teman sekamarnya waktu pesantren. Tingkah lakunya sangat ia ketahui karena pernah satu kamar dengan Farhan saat pesantren, orangnya suka jahil serta mudah bergaul sama siapa saja.

"Gue hari ini mau ke Jakarta, kapan-kapan kita meet up sekalian ada yang ingin gue bicarakan ke gue."

Dengan cepat dia membalasnya dengan wajah senang "Oke semoga gue gak banyak kerjaan."

Tidak menunggu lama handphonenya bergetar kembali "iya, nanti gue hubungi kapan jadwalnya." ia pun membuat handphonenya ke saku celana hitamnya.

*******

Perempuan itu tadi malam baru saja tiba di Jakarta, ia sekarang sedang membereskan kamarnya yang sudah seminggu ia tinggalkan, serta akhir-akhir ini Dizah jarang pulang ke kost'an karena terlalu sibuk dengan skripsinya sehingga ia lebih sering menginap di kediaman sepupunya karena rumahnya lebih dekat dengan kampusnya.

Saat ini Farhan menginap di hotel untuk beberapa hari selama di Jakarta, sebenarnya ia mau menginap di Kost'an adiknya saja, tetapi tidak nyaman sama teman sekostnya yang perempuan.

Setelah selesai bersih-bersih, ia mengambil air wudhu untuk shalat Dhuha karena sudah jadi rutinitasnya sehari-hari untuk selalu istiqomah. Ia jadi teringat dengan salah satu hadits orang yang menunaikan shalat Dhuha akan di catat sebagai ahli ibadah dan taat kepada Allah. "Barangsiapa yang shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang ahli ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka dia diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis dia sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakaanya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya."

Walaupun dirinya hanya dapat melaksanakan empat rakaat yang penting ikhlas untuk mencari ridho-Nya. setelah selesai shalat sunnahnya, handphonenya berdering tertera nama Mas Farhan, dia pun sesegeranya meangkat.

Dalam Sujudku Terukir Namamu [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang