بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
“Jangan berlebihan dalam mencintai, bisa saja Allah akan memisahkan kita dengan dirinya. Jangan berlebihan dalam membenci, bisa saja orang yang kamu benci akan menjadi jodohmu.”
Syifa sedang duduk di gazebo, ia sekarang sudah di bandung. Ia menghela nafas berat sudah berhari-hari Syifa mencoba menchat, menelpon Dizah tidak ada respon sama sekali. Chat di WA dia online tapi gak di read, di telpon gak diangkat. Dizah sengaja mendiamkannya. Syifa tau sahabatnya itu kalau sudah ngambek bakal betah seminggu. Ia gak tau lagi bagaimana cara meminta maaf dan menjelaskan kepadanya. Ia hanya bisa berharap Allah akan membukakan hati Dizah untuk memaafkannya.
Dirinya juga meminta bantuan Aisyah untuk menjelaskan, sebenarnya ia gak mau merepotkan sahabatnya. Tapi mau bagaimana lagi ia sekarang tidak bisa berbuat apa-apa. Namun Dizah juga urung membalas chat’an Aisyah. Kalau di angkat telepon Aisyah, ia akan menjawab “aku lagi sibuk, maaf gak bisa di ganggu.”
Syifa berharap semoga gak akan dipertemukan lagi dengan sosok Khalid, karena bagaimanapun dirinya menjadi peran utama dari konfilk sahabatnya. Walaupun Khalid tidak salah apa-apa, andai saja waktu itu ia naik angkot mungkin tidak akan serumit ini masalahnya. Andai saja Mas Farhan tidak mencarikan pengisi ceramah waktu itu. Mungkin ia tidak akan saling mengenal.
“Woi dek! dari tadi ummi panggil kamu tuh gak di sahut-sahut” ucap Mas Farhan yang sedang berdiri membelakanginya.
Ia pun membalikkan badannya dan berucap “Astagfirullahalladzim, maafin adek mas.”
“Yaudah sono ke ummi udah ditungguin tuh dari tadi."
Ia pun berlari kecil untuk segera menghampiri umminya di ruang tamu.
“Maaf ummi tadi Syifa gak dengar” lirih Syifa yang merasa bersalah.
“Iya gakpapa sayang, kamu bisa temenin ummi ke kajian di rumah temen ummi?” ajak ummi.
"Kapan mi?” tanya Syifa.
“Nanti ba’da asar” ucap umminya.
“Asyiapp mi..” ucapnya sambil hormat.
"Yaudah mi kalo gitu aku siap-siap dulu mau mandi.”
“Asyiap Fa..” umminya mengikuti logat bicara anaknya.
“hehe ummi bisa ajah.” Ia pun melangkahkan kakinya untuk ke kamar.
Ketika sudah shalat asar, Syifa mempersiapkan dirinya untuk pergi ke rumah teman umminya. Ia mengenakan pakaian bewarna navy dengan setelan kerudung syar’inya. Ia segera menghampiri umminya yang sudah menunggu duduk di sofa.
“Sudah siap Fa?” tanya umminya.
“Syudahh mii..yuk.”
Syifa sudah lama tidak menyetir mobil selama ia kuliah, karena ia juga males membawa mobil kalau ke kampus akan memakan banyak waktu di perjalanan yang macet.
Ia sebelum pergi sempat memperhatikan ponselnya kembali dengan Dizah, tetapi tetap saja tidak ada respons sama sekali, ia hanya bisa menghela nafas. Ketika sudah sampai di rumah sahabatnya ummi, Syifa mengekori umminya di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Sujudku Terukir Namamu [REVISI]
SpiritualeApakah ini cinta atau hanya nafsu? Cinta sebenarnya ialah datang ketika diberikan perasaan berupa anugrah indah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, diberikan hati digunakan untuk mencintai-Nya bukan digunakan untuk nafsu belaka yang hanya...