"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui." QS. Al-Baqarah:216
Syifa merebahkan tubuhnya di kasur empuk beseprai biru itu, berkali-kali ia menghela nafas. Rupanya saat ini ia begitu kesal dengan sebuah takdir yang begitu tidak diinginkannya. Seseorang yang telah hilang dalam kehidupannya hadir kembali di hadapannya. Orang yang telah membuatnya sangat berdosa, tetapi dengan orang itu ia dapat mengambil pelajaran dari sebuah cerita yang telah dialaminya. Setiap takdir yang Allah tentukan itu pasti baik, selalu ada hikmah di balik semuanya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 216.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui."
Baru saja ia ingin memejamkan matanya untuk tidur, tiba-tiba ia dikagetkan dengan suara murottal surah Ar-Rahman, ia pun bergegas mengambil benda berbentuk segi empat panjang yang terletak di meja belajarnya. Ia tersenyum melihat nama yang tertera di layar telepon.
"Assalamualaikum ummi." salam Syifa sambil tersenyum.
"Wa'alaikumussalam, gimana kabarnya nak ummi?" Jawab bundanya di seberang sana.
"Alhamdulillah baik ummi, ummi baik-baik aja kan?"
"Alhamdulillah ummi juga baik, kapan kamu pulang?"
"Insya Allah bentar lagi mi, tinggal nunggu panggilan sidang skripsi, do'ain aja semoga cepat selesai mau cepat nikah, ehh cepat lulus maksudnya." ucap Syifa keceplosan, dengan menggigit bibir bawahnya.
"Haha anak bunda udah dewasa ya, emang sudah punya calon di sana?"
"Yaiyalah belum ummi."
"Yee dikirain udah" sambil tertawa.
"Hehe abi mana mi?" Tanyanya.
Tidak ada sahutan dari seberang sana, ia melihat layarnya masih tersambung.
"Ummi??" sahutnya.
"Iya nak? maaf ummi ganggu kamu malam-malam begini, ummi nelpon kamu karena abi.." suaranya mulai serak "abi jatuh pingsan lagi karena sakit jantungnya kambuh."
Bagaikan sembaran petir menusuk dadanya mendengar hal itu, tangannya tegang dan mulutnya membisu seketika, tanpa sadar air mata ini menetes begitu saja di pelupuk matanya. Ia pun langsung menyeka air mata itu dengan kasar. Tapi nihil air mata itu terus terjatuh tanpa hentinya yang telah membanjiri pipinya.
"Nak??"
Ia menjauhkan handphonenya dari telinganya sambil berdehem, supaya umminya tidak mengetahui bahwa saat ini dirinya juga menangis.
"Gak ganggu kok ummi, abi sekarang di rumah sakit?"
"Iya di rumah sakit al-Islam, ruang Anggrek 03."
"Insya Allah aku besok pulang mi."
Setelah cukup lama telponan. Bunda pun meakhirinya dengan salam dan ia pun menutup telponnya dengan salam.
Ia langsung menghempaskan tubuhnya ke lantai sambil bersandar di dinding, dadanya begitu sesak dan air matanya terus mengalir tanpa hentinya. Abi yang begitu kuat di hadapannya, abi yang selalu tersenyum tanpa memperlihatkan rasa sakitnya, abi yang selalu membangkitkannya saat ia terjatuh, abi yang selalu memberikan nasihat ketika ia melanjutkan pendidikannya. Tapi sekarang? Ya Allah lebih baik dirinya yang menggantikan posisi abinya yang sakit daripada ia melihat abinya tidak berdaya. Sejak kecil ia sudah mengetahui abi nya sering di antar ke rumah sakit, kejadian itu mengingatkannya 15 tahun yang lalu seperti pemutaran film.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Sujudku Terukir Namamu [REVISI]
SpiritualApakah ini cinta atau hanya nafsu? Cinta sebenarnya ialah datang ketika diberikan perasaan berupa anugrah indah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, diberikan hati digunakan untuk mencintai-Nya bukan digunakan untuk nafsu belaka yang hanya...