✎FBRS-32

1.2K 172 13
                                    

Happy reading!.

✎Fuckboy_

Yuna tengah melamun di dalam bus kota.
Ponsel nya tiba tiba berbunyi menampilkan nomor tak di kenal.

Ragu, tapi yuna tetap mengangkat pangilan itu.

"Hallo?"

"Saya dari pihak rumah sakit, apa benar ini keluarga pasien bernama sena?" Tanya seseorang di sebrang sana.

"Iya, saya anak nya, ada apa sama mami?, mami kenapa??" Cecar nya.

"Pasien kritis karena kecelakaan, salah satu keluarga harus ada disini, kami tunggu, terima kasih" panggilan terputus.

Nafas yuna tercekat.

Ia langsung turun di halte berikutnya dan memberhentikan taxi.

Tangan nya bergerak gemetar di atas layar ponsel nya.

"Na!, temenin gue dirumah sakit, mami kecelakaan, gue takut" nada nya terdengar lirih.

"Ha?, serius?, oke gue kesana, lo tenang dulu" ucap ana di sebrang sana mencoba menenangkan.

"Gue takut na, gue cuma punya lo sekarang"

"Gue kesana sekarang, positif thingking yuna!"

Panggilan terputus.

Di sebrang sana, ana mendapat tatapan heran shuyang yang berdiri tepat di samping nya.

"Tante sena kecelakaaan, kritis katanya, gue harus kesana" ana berniat menghentikan taxi.

"Lo yakin?" Tanya shuyang meyakinkan.

"Gimanapun dia, status nya tetap ibu gue"

Shuyang menganguk lalu menarik ana masuk kedalam taxi.

Tertengun sebenarnya.
Sejahat apapun sena, ana masih peduli?.

Mobil itu berhenti di depan gerbang rumah sakit, ana juga shuyang turun setelah membayarnya dan berlari menuju ruang IGD.

Disana ada yuna yang terduduk lesu di kursi tunggu.
Tangan nya memainkan jari gemetar.

Takut, sangat takut.
Pikiranya sudah kalut.

"Yuna!" Ana yang datang langsung memeluk yuna dari samping yang di balas tak kalah erat.

"Na gue takut.."

"Tante sena pasti baik baik aja kok"

"Mami punya asma, dalam keadaan kayak gini, apa mungkin selamat?" Ucap nya ngawur.

"positif thingking, lo nggak boleh mikir yang nggak nggak"

Yuna tak membalas ia memilih diam dan menunduk menatap lantai putih rumah sakit.

Satu jam kemudian..

Ceklek.

"Dok gimana mami dok?" Yuna berdiri langsung melontarkan pertanyaan itu.

"Saya minta maaf, pasien tidak dapat selamat, saya sudah mencoba yang terbaik" dokter itu berucap dengan wajah sendu.

"Sus, catat jam kematian nya" lanjut dokter itu.

Yuna terdiam kaku di tempat.
Kenapa?, kenapa secepat itu tuhan menjemput ibunya?.

Yuna berlari masuk dan memeluk jasad ibunya.

Bagaimanapun sena tetap ibunya.
Semua yang dia lakukannya pasti memiliki alasan.

Shuyang yang sedari tadi memilih diam.
Sekarang merangkul ana.

"Ini kedua kalinya gue kehilangan seorang ibu" gumam nya.

Shuyang tak pernah tega melihat ana menangis.

Ia mendekap ana erat.

Tak lama yuna keluar dengan mata sembab dan membawa gulungan surat.

"Gue nemuin ini di tangan mami, itu buat lo, gue harap lo baca, gue minta maaf atas semua kesalahan mami, mungkin dia ngak sempat buat minta maaf langsung"

Ana mengambil itu dan membaca nya.

Maaf

Tante minta maaf.
Walau tante tahu itu nggak akan merubah keadaan.
Tapi saya benar benar minta maaf.

Obsesi yang sudah membuat
Saya kehilangan akal
Sampai ingin membuat kalian hancur.

Sekali lagi maaf.

Dan saya titip yuna.
Jangan samakan dia dengan saya ya.

Ana menghapus setitik air mata yang lolos dari matanya.

"Lo maafin mami kan?, biarin dia tenang na" yuna kini ikhlas walau sangat terpuruk.

Siapa yang tidak sedih jika orang tua satu satunya yang ia miliki kini pergi dari alam semesta.

Ana menganguk tersenyum.

"Makasih na, makasih lo selalu ada sekejam apapun gue" yuna mendekap ana dan ana membalasnya.

"Gue nggak punya siapa siapa na, jangan benci gue" lirih nya.

"Gue nggak pernah benci lo, ataupun mami lo, gue cuma kesel, marah, tapi gue cuma ikuti jalan takdir" jeda nya "lo masih punya gue sama papah, jangan pernah merasa sendiri" ana mengusap punggung belakang yuna, berniat menenangkan.

Yuna masih saja terisak.

Ana mengajak nya duduk.

Tak lama ayah ana datang setengah berlari.
Saat menunggu tadi, ana sempat menelpon ayahnya, walau awalnya ragu.

"Dimana sena?" Tanya nya.

"Pah-"

Saat itu juga jasad sena di bawa ke ruang jenazah.

Pria paruh baya itu terdiam kaku.

Ana hanya bisa kembali mendekap yuna erat.

"Na gue pamit dulu, sebentar ada urusan" shuyang berlari keluar rumah sakit, sepertinya penting.

To be continue..

BCD!.

Mon maap nggak bisa buat yg ngefeel.

Pdhl udh revisi chp 3 kali astagfirr :')

Jngn lupa votemen.

Khxb khun na kha.

Fuckboy |Ren Shuyang (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang