"Pepet terus, Boskuh!!!" Danish tiba-tiba saja sudah berada di sana. Cowok itu mendekat, lalu sengaja duduk di antara Raja dan Melodi hingga membuat mereka duduk berhimpitan. Sofa itu sempit dan Melodi mulai meringis di ujung sana.
"Harus banget ya, duduk di sini?" sewot gadis itu.
"Rumah siapa? Gak usah protes!"
Melodi memutar matanya lalu mengalah dan duduk di single sofa. Setiap pergerakannya tidak luput dari perhatian Raja. Sampai Danish menepuk paha cowok itu yang berbalut jeans hitam. Raja sontak menjauh, memberi jarak.
"Ja, malem ini mau nginep apa-"
"Gue mau pulang." Raja memotong dengan cepat. Sepertinya dia juga sedikit kesal dengan sahabatnya itu.
"Serius? Ke rumah, apa ke kafe?"
"Ke rumah, Nish."
Danish mengangguk-angguk lalu mengangkat alisnya saat melirik ke arah Melodi yang masih menatapnya.
"Kenapa?" tanya Danish nggak selow. Melodi tidak menjawab dan kembali berfokus pada pria di samping sepupunya.
"Kalian udah kenal lama? Gimana ceritanya?"
"Aku nemu dia di jalan waktu itu, Mel," jawab Danish setengah bercanda. Melodi tidak mendengarkannya lalu dengan sabar menunggu Raja bersuara.
"Dia bener, kejadiaannya mungkin tiga atau empat tahun yang lalu. Ceritanya panjang sampai aku dan Danish bisa jadi deket. Malah, aku lebih dulu kenal Tante Fitri daripada dia." Raja menjawab dengan lembut. Suaranya sangat, sangat sopan di telinga Melodi. Melodi mengulas senyum kecil.
"Coba aku lebih sering datang dari tiga sampai empat tahun yang lalu," candanya kemudian. "Paling enggak, si Uwa bakal ngenalin aku sama Kakak kalau kebetulan kita ketemu kan?"
"Makanya, sama saudara sendiri tuh harus sering-sering silaturahmi! Sok sibuk banget padahal jomblo!"
"Sendirinya jomblo, gak usah ngatain orang lain segala ya!"
Raja tertawa pelan. Fitri lalu datang dan menginterupsi mereka. Ketiganya bagun, tapi sebelum mereka mengikuti Fitri ke dapur, Danish mengentikan Melodi dan Raja bersamaan.
"Kenapa?" tanya Melodi menatap lengannya dan Danish bergantian.
"Nanti pulang bareng Raja aja, dia bawa mobil. Motor kamu biar aku anterin ke Kompas besok."
"Lah kenapa?" Melodi bertanya tidak mengerti.
"Mama juga setuju karena khawatir. Pilihannya kamu mau nginep malam ini di sini atau pulang bareng Raja. Tadinya aku disuruh nganterin kamu jadi aku yang nginep di Puncak tapi aku capek, biar si Raja aja."
"Aku nggak mau ngerepotin Kak Raja, pulang sendiri aja nggak papa kok! Udah biasa juga bawa motor sendirian malem-malem."
"Gak papa, Mel. Bareng aku aja. Yaudah ayo, Tante Fitri nungguin tuh."
Danish mengangkat alisnya dan tersenyum penuh arti. Melodi yang masih tetap merasa tidak enak akhirnya mengikuti Raja yang sudah jalan duluan di depan. Dan dia hampir melupakan masalah pulang bareng siapa itu saat sudah sampai di dapur. Air liurnya terbit melihat masakan Uwa Fitri yang memenuhi meja. Semuanya makanan, tidak ada yang bukan kesukaannya. Namun tidak ada kue seperti perayaan hari ulang tahun pada umumnya.
"Nanti kuenya minta Melodi yang bikin aja," ucap Uwa Fitri seolah menjawab pemikiran Melodi.
"Jadi pertama, Uwa nggak sempet, Mel. Kedua, dia ini sering ngebanding-bandingin kue buatan Uwa sama buatan kamu. Bukan apa-apa, lama-lama Uwa kesel aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody in Pandemic (Sudah Terbit)
ChickLitPemenang GMG Hunting Writers 2021 Kategori Best Editor Choice. Melody in Pandemic ft. Mark Lee & Jung Jaehyun Bercerita tentang seorang gadis bernama Melodi. Gadis dengan egonya yang tinggi, namun membutuhkan pekerjaan di masa sulit. Pandemi membua...