Bab 35

488 77 32
                                    

"Toilet atas bukannya lagi dibenerin? Aku bentar doang, Miss Mel. Tolonglaah...."

Melodi menatap Satria tajam, menyalahkan pria itu sepenuhnya  yang telah membuat mereka dalam masalah. Satria lalu mendekat, membuat Melodi duduk di atas toilet yang tertutup lalu menekan tombol flush hingga suara benda itu terdengar memenuhi ruangan. 

"Udah selesai sejak kemarin."

"Eh?"

"Toilet atas, Mel," ucap Satria masih sambil berbisik.

Melodi mendorong dada pria itu pelan untuk kembali berteriak pada Lia di luar.

"Aku masih tanggung, Ya! Pak Satria bilang toilet atas udah selesai dibenerin!"

"Hah?" 

"Ke atas aja, udah bisa dipake kok!" Lanjut Melodi yang dia sendiri tidak tahu apa itu cukup lucu atau tidak sampai membuat Satria tampak menahan tawa.

"O... okey!" Tidak lama setelah itu langkah Lia pun terdengar menjauh. Satria maupun Melodi menghembuskan napasnya lega. Cowok itu kemudian menarik kunci dan membuka pintu. Setelah Melodi mengintip lebih dulu dan ternyata tidak ada orang, Satria pun segera keluar.

***

Melodi berdiri ragu di anak tangga. Ia belum melihat Satria lagi sejak apa yang terjadi pada mereka di kamar mandi sebelumnya. Para pengajar Kompas baru saja selesai brifing sementara pria itu tidak hadir. Setengah hati ia berharap –walau kemungkinannya kecil, ia tidak perlu untuk melihatnya selagi ia mencari dan mengambil sesuatu di lantai tiga.

Langkah Melodi menjadi mantap saat ia sampai di ujung tangga. Melodi langsung menuju lemari yang seniornya telah sebutkan. Tidak sulit menemukannya karena selain ada meja dan kursi murid yang dirapatkan ke satu sudut, hanya ada satu lemari berukuran sedang dan satu rak buku di sana. Dengan percaya dirinya, Melodi mulai menarik gagang pintu. Namun tidak ada yang bilang bahwa lemari itu terkunci.

Sial, mau tidak mau dia harus menanyakannya pada Satria kalau begitu.

Melodi mengedarkan pandang, terlihat Satria tampak sedang sibuk saat ia masuk tadi. Dia melihatnya karena pintu ruangan pria itu setengah terbuka. Satria tampak sedang berbincang di telepon –Melodi menduga peneleponnya adalah Tiara karena ia menyebut-nyebut namanya. Tidak ingin terlalu memikirkan itu, netranya lalu bergulir naik, dan apa yang ia lihat kemudian membuat senyumnya kembali terbit.

Benda yang ia cari ternyata tersimpan di rak yang tepat berada di sisi kiri lemari kayu itu. Lalu, mungkin karena itu modul-modul pembelajaran lama, seseorang meletakkannya di tempat paling atas. Melodi segera menarik kursi dan menaikinya setelah memposisikannya dengan tepat.

Melodi berjinjit, mencoba untuk tidak menyerah dengan keadaan. Dengan tubuh kurang tingginya yang sudah lama tidak tumbuh lagi. Lalu, kejadiannya sangat cepat ketika di detik berikutnya, tubuhnya dan kursi itu tiba-tiba saja kehilangan keseimbangan. Entah bagaimana dia terjatuh dengan suara yang cukup kencang, tapi tubuhnya tidak terasa sesakit itu.

Lantai di bawahnya terasa... lunak, dan harum. Bibirnya menyentuh sesuatu yang lembab dan setelah ia membuka mata, Melodi sontak membelalak.

"Satria!" Ia segera membekap mulutnya sendiri menyadari kebodohannya itu. Melodi bangkit dengan cepat, bergeser dari atas tubuh pria yang entah bagaimana telah menjadi matrasnya.

Satria ikut duduk, tangannya terangkat menyentuh bibirnya, membuat Melodi melotot.

Tatapannya menyorot tajam ke arah Melodi setelah pria itu berhasil mengendalikan keterkejutannya.

Dia kelihatan marah. Apa karena ciuman nggak disengaja itu? atau hal lain? pikir Melodi.

Ah, kenapa aku merasa seperti anak kecil yang bersalah???

Melody in Pandemic (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang