Seorang pramuniaga menyapa Melodi saat gadis itu memasuki minimarket. Melodi tidak menjawab sementara pandangannya mulai mengedar mencari-cari keberadaan si bos. Gadis itu memutuskan untuk menyusuri area dari sebelah kiri lebih dulu, langkahnya hati-hati karena beberapa pegawai tampak sedang sibuk merapikan rak dan gondola.
"Permisi, Mas," ujar Melodi sopan. Pegawai yang berjongkok di area snack itu langsung memberinya jalan agar Melodi bisa lewat.
Melodi berpindah ke lorong berikutnya dan Satria masih belum juga terlihat. Telinganya lalu samar-samar mendengar suara pria itu dari arah seberang, sepertinya dia hanya berjarak satu lorong di hadapannya. Suaranya tidak terdengar terlalu jelas karena suara musik di toko mengalun memenuhi seisi ruangan.
...yang tak pernah bisa menjauh dari angan tentangnya.
Namun... apalah daya ini,
bila ternyata sesungguhnya aku terlalu cinta dia....
Masih pagi lagunya bisa kan yang lebih semangat dikit? Melodi merutuk walau larik yang dinyanyikan Rossa itu jadi terus terngiang di kepalanya.
"Sayang, kamu nggak bisa ya hari ini nggak usah kerja dulu? Mama ngenalin aku ke salah satu designer kenalannya. Dia orangnya sibuk banget tapi mau luangin waktu hari ini buat kita."
"Aku banyak kerjaan, Tiara." Satria menjawab dengan singkat.
Benar, itu suara Satria. Melodi berhenti melangkah saat sudah sampai di ujung lorong, telinganya seperti berada di mode siaga.
Mengapa semua ini terjadi kepadaku?
Lagunya, tolong!
Melodi memantapkan hatinya sebelum berjalan ke arah sejoli itu. Satria dan Tiara sempat terkejut di detik pertama melihatnya tapi mereka segera mengendalikannya.
"Miss Dita bilang Pak Satria mungkin butuh bantuan," kata Melodi menjelaskan kedatangannya. "Apa yang bisa saya bantu, Pak?" Tanpa memedulikan tatapan sinis dari Tiara, Melodi menatap Satria dengan senyum tipis di bibirnya.
"Tolong bawain ini, Mel." Satria menyerahkan keranjang kuning yang ia bawa, isinya benar-benar penuh.
Dan yang benar saja! Beratnya lebih dari saat mamanya belanja bulanan sekalipun.
"Di bawahnya ada sabun-sabun," ucap Satria seolah membaca pikirannya. "Saya lihat persediaan di belakang udah mau abis semua. Tolong ambilin satu tote bag lagi biar nanti sabun sama makanannya dipisah ya, Mel. Saya mau ambil keranjang lagi."
Melodi menatapnya tak percaya. Dia pasti nggak sesibuk yang Melodi kira selama ini.
"Bapak masih belum selesai belanjanya?"
Satria berlalu tanpa menjawab pertanyaan itu. Melodi langsung tahu jawabannya tentu tidak. Cowok itu juga meninggalkan Tiara di belakangnya hingga tersisa mereka berdua di sana.
"Urat malunya masih belum ketemu ya?" Wanita itu bersedekap dan memandang penuh penilaian. Berapa kali pun Melodi melihatnya, dia pikir dia tidak akan pernah terbiasa dengan raut wanita itu. Dan Melodi memilih untuk tidak menghiraukannya.
"Saya permisi."
"Jangan berlagak cuma karena kamu lumayan cantik. Saya tahu sebenci apa Satria dan Tante Melati sama kamu, Melodi. Kamu cuma ampas dari masa lalu Satria."
Dugaan Melodi benar. Dia tidak membencinya tanpa alasan.
Tiara tahu masa lalu Satria dan dirinya.
"Jangan pernah berpikir kalau kalian masih punya kesempatan. Sekarang, atau pun nanti."
Melodi tidak terlalu mengambil hati ucapannya itu dan hanya mengikuti si bos pergi. Tidak lupa dia mengambil satu tote bag tambahan seperti yang Satria minta sebelum Melodi mulai mencari-cari pria itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody in Pandemic (Sudah Terbit)
Literatura FemininaPemenang GMG Hunting Writers 2021 Kategori Best Editor Choice. Melody in Pandemic ft. Mark Lee & Jung Jaehyun Bercerita tentang seorang gadis bernama Melodi. Gadis dengan egonya yang tinggi, namun membutuhkan pekerjaan di masa sulit. Pandemi membua...