Part 8

5.9K 273 6
                                    

Veranda pov💙

"Apa kabar sayangku" suara tengil dari seorang lelaki yg sangat aku kenal sedikit mengagetkanku yg baru saja hendak membuka pintu mobilku setelah keluar dari gereja bersama adikku Aaron, dengan malas aku menengok ke arah asal suara dan benar saja lelaki itu tengah berdiri dengan senyum lebarnya.

"Dek kamu masuk ke mobil dulu ya" titahku kepada Aaron.
"Kenapa akhir akhir ini kamu hindarin aku terus sayang" lelaki itu kembali bersuara seraya mengelus pipiku, kutepis tangannya sedikit kasar saat tangan itu mulai turun dari pipiku lalu beralih membelai leherku dan hampir menuju ke dadaku.

"Ck! Kamu tahu tempat dong cel! Ini tempat umum!" . Lelaki sialan ini masih tetap tersenyum lebar ke arahku tanpa mempedulikan aku yg menatapnya dengan tatapan sebalku.

Dan tanpa aba aba dia menarik pergelangan tanganku membuatku terpaksa mengikuti langkah kakinya.

"Kamu suka tempat sepi kan sayang?" Ucapnya Kemudian setelah menyeretku ke tempat yg memang terlihat sepi.

"Langsung aja cel, ada apa?!" Aku tak ingin berbasa basi lagi dengan lelaki ini yg aku tahu jika dia mendatangiku itu artinya dia akan meminta sesuatu dariku, memang selalu seperti itu.

Entah kata apa yg pantas untuk menggambarkan hubungan di antara kami, satu tahun setelah perkenalan kami, marcel menyatakan cintanya padaku, aku terpaksa menerima cintanya karena aku membutuhkan dia, aku berpikir setidaknya akan ada orang yg menjagaku karena aku memang tidak punya siapapun yg bisa ku andalkan di kota ini.

Begitupun dengan dia, setelah 2 tahun kami menjalin hubungan aku baru menyadari bahwa dia juga  sepertinya tidak benar benar mencintaiku. Dia hanya datang padaku saat dia membutuhkanku saja seperti saat ini.

"Uangku abis sayang, aku pinjem uang kamu ya". Dugaanku tepat bukan? Dia tengah menatapku dengan tatapan memohonnya yg di buat buat.

"Maaf cel aku gk bisa, uangku mau aku pakai untuk biaya pengobatan Aaron" ucapku sembari menjauhkan tubuhku darinya.

"Lo kan kerja tiap malem, pasti duit lo banyak kan??! Udah mulai perhitungan sma gue skarang??!!!" Ujarnya dengan suara yg mulai meninggi. Dan dengan gerakan cepat dia merampas tas yg kugenggam.

"Marcel jangan..!" Aku berusaha mengambil kembali tasku yg kini tengah di acak acak olehnya bahkan isi tasku sudah berserakan di bawah kakinya. Tapi apalah dayaku tenaganya jauh lebih besar dariku hingga dengan satu gerakan tangannya saja membuat tubuhku jatuh tersungkur .

Tanpa mempedulikan rasa perih di kedua sikut tanganku, aku mencoba bangkit kembali untuk mengambil tasku tapi lagi lagi dia kembali mendorong tubuhku hingga aku harus kembali terjatuh.

Sampai tiba tiba bugh! Bugh! Bugh!! Seseorang yg entah darimna datangnya menghadiahi wajah marcel dengan tinjunya yg membuat lelaki itu terkapar dengan darah yg mulai keluar dari sudut bibir dan hidungnya.

"Kkinal???".
**********

"Tahan ya".
"Emmhh sakit nal".
"Iya ini aku pelan pelan kok ve, nah udah!!".

Kubuka perlahan kedua mataku dan kulihat kedua sikutku sudah terbungkus rapi dengan perban.

"Mkasih nal". Ucapku lirih, aku tidak tahu bagaimana jadinya kalau dia tidak datang dan menolongku, sudah pasti uang yg aku kumpulkan untuk biaya pengobatan Aaron lenyap di tangan lelaki itu, jumlahnya memang tidak seberapa tapi tetap saja uang itu sangat berharga untuk hidupku dan adikku.

"Makanya lain kali jangan main di tempat sepi sendirian, bahaya ve" ucapnya dengan nada khawatir. "Ngomong2 cowok tadi siapa ve? Kok kyaknya dia kenal sama kamu". Lanjutnya membuatku bingung bagaimna aku harus menjawab pertanyaannya. Marcel memang sempat mengancamku tadi sebelum akhirnya dia pergi.

Perfect CEO (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang