25

4.1K 255 59
                                    

"Ve, turun dong! Aku udah di depan.".
Sesaat setelah melihat pesan masuk di layar handphonenya,Veranda beranjak dari tempat duduknya, sejenak memantas dirinya di depan cermin lalu berjalan pergi ke luar rumah.

Di luar, Kinal yg tengah duduk santai di kap depan mobilnya segera berdiri. Ia menyunggingkan senyum terbaiknya saat melihat Veranda berjalan menghampirinya. "Sempurna", mungkin kata itulah yg tepat untuk menggambarkan objek menawan yg ia lihat di depan matanya saat ini. Kinal menarik nafas dalam untuk menghilangkan rasa gugup yg tiba tiba menderanya.

"Hai...". Kinal memang bodoh. Hanya kata itulah yg berhasil ia lontarkan saat Veranda kini sudah berdiri tepat di depannya. Ribuan kata di kepalanya dalam sekejap berubah menjadi seperti tumpukan puzzle rumit yg tak mampu ia rangkai dengan baik.

"Hai....". Veranda tersenyum canggung melihat Kinal yg hari ini terlihat sangat berbeda. "Udah lama nunggu?".

"Ng-ggak kok, baru aja". Kinal menjawab dengan sedikit gelagapan. Ia menggaruk kepala belakangnya asal. Pertanda ia masih belum bisa memghilangkan gugupnya. Kinal tak menyangka bahwa dirinya tiba tiba saja berubah seperti seorang pecundang yg lemah hanya karena seorang wanita.

"Kenapa Nal?". Dengan wajah bingungnya Veranda menatap Kinal yg terus memandanginya. Apakah ada yg salah dengan dirinya? Apa baju yg ia kenakan terlihat aneh?.

"Ngg-gak kok hehe". Kinal sejenak memalingkan wajahnya ke arah lain, sadar akan dirinya yg diam tak berkedip menatap Veranda sejak beberapa detik lalu. "Kamu cantik Ve".

Veranda tersenyum mendengar kata terakhir yg Kinal lontarkan. Hanya pujian sederhana yg biasa ia dengar dari banyak orang untuk menggodanya. Tapi entah mengapa untuk yg satu ini terasa berbeda, terasa seperti ada kupu kupu yg memaksa keluar dari dalam dirinya saat ini. Ia menunduk berusaha menyembunyikan wajahnya yg ia yakini sudah memerah karena pujian itu.

Mobil melaju cepat membelah keramaian ibu kota di hari minggu. Sudah hampir setengah jam perjalanan, tetapi dua insan yg berada di dalam mobil itu masih betah bergumul dengan pikiran masing-masing tanpa saling bicara. Suara musik klasik yg mengalun pelan berhasil sedikit memecah kecanggungan mereka. Ya, setidaknya masih ada sesuatu yg menyapa telinga mereka saat tak ada satupun kata yg terucap.

Diam-diam Kinal melirik Veranda. Ujung mata elangnya berhasil menangkap sosok yg sedari tadi membuat perasaannya tak beraturan. Wanita itu tengah memejamkan matanya, entah ia memang tertidur atau mungkin bidadari itu kelelahan yg pasti Kinal sedikit mensyukurinya. Ya, setidaknya ia bisa dengan leluasa melihat setiap lekuk wajahnya yg terpahat dengan begitu sempurna.

"Kalo lagi nyetir itu liatnya ke depan nal". Kinal tersentak saat tiba tiba Veranda bersuara meski dengan mata yg masih terpejam. Ah, ia sudah tertangkap basah. Tapi bagaimana bisa wanita itu tahu ia tengah diam-diam memperhatikannya?.

Veranda tersenyum, menoleh ke arah Kinal yg tengah memasang wajah cengonya yg terlihat lucu. "Kenapa ngeliatin aku?".

"Eh, anu..eng--gak kok haha". Kinal mencengkram kuat stir mobilnya. Otaknya berusaha mencari jawaban paling masuk akal yg bisa ia utarakan, tapi sialnya ia tak juga menemukannya. "Kamu tidur dulu aja Ve, perjalanannya masih lumayan lama". Ucap Kinal pada akhirnya. Mengalihkan topik pembicaraan memang jurus andalan paling jitu.

.

.

.

"Yaampun indah benget!...". Veranda berlari keluar dari mobil. Matanya di manjakan dengan pemandangan indah pegunungan yg menjulang tinggi di kejauhan sana. Ia merentangkan kedua tangannya, menghirup nafas dalam. Udara di tempat ini begitu sejuk, bahkan semilir angin yg menerpa kulitnya terasa begitu dingin meski ini sudah tengah hari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect CEO (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang