Veranda dengan tergesa gesa mengendarai mobilnya. Tangan kanannya fokus memegang stir mobilnya sementara tangan kirinya sibuk mengatur GPS dan menyettingnya menuju alamat yg kinal kirimkan. Pagi itu kinal tiba tiba saja menelfon. Ya,semenjak hari dimana kinal bertandang ke apartemennya, ia dan kinal memang menjadi lebih akbrab bahkan bisa di katakan sangat dekat karena kinal seringkali menelfonnya setiap ada kesempatan.
Seperti pagi itu kinal tiba tiba saja menelfonnya dengan suara yg terdengar lesu, tidak biasanya kinal bersikap seperti itu, biasanya kinal akan selalu mengoceh panjang lebar tanpa henti meskipun yg mereka bicarakan hanya hal hal sepele. Sampai akhirnya veranda tahu bahwa hari itu kinal tidak masuk kantor karena tidak enak badan.
Mendengar kinal yg terus merengek di telfon membuat veranda khawatir apalagi setelah ia mengetahui bahwa kinal tinggal sendirian karena kedua orang tuanya berada di luar negeri. Itulah yg membuat veranda mengurungkan niatnya untuk tidur dan beristirahat padahal dirinya barusaja sampai apartemen setelah mengantarkan Aaron ke sekolah. Meski badannya terasa lemas karena tentu saja semalam ia bekerja sampai pagi, veranda berusaha melawan rasa kantuknya karena khawatir dengan keadaan kinal.
Kurang lebih 30 menit veranda memacu mobilnya kini ia telah sampai di alamat yg ia tuju. Ia menghentikan mobilnya di depan sebuah gerbang tinggi yg beridir kokoh mengelilingi sebuah rumah besar nan mewah. Setelah ia meminta ijin kepada security dan mengatakan bahwa ia adalah teman kinal akhirnya ia dipersilahkan masuk.
Veranda pov💙
Aku berdiri di depan pintu rumah besar milik kinal. Dari yg selama ini kulihat aku memang sudah bisa menebak bahwa kinal adalah anak orang kaya tp aku tidak menyangka bahwa ia benar benar sekaya ini.
Aku jadi merasa malu pada diriku sendiri, siapalah aku ini yg hanya seorang wanita murahan yg hidup dengan uang hasil dari menjual badanku sendiri tapi aku malah berteman dengan anak orang kaya seperti kinal dan entah mengapa juga kinal mau berteman denganku.
Setelah aku menekan bel, beberapa saat kemudian seorang wanita paruh baya yg sepertinya adalah asisten rumah tangga kinal membukakan pintu untukku. "Maaf non mau cari siapa ya..,??". Tanya wanita itu sopan namun terlihat sedikit bingung menatapku. Jelas saja itu pasti karena aku pertama kali datang kesini dan beliau tidak mengenaliku.
"Saya veranda bi, temennya Kinal..".
"Oh temennya den Kinal...pasti mau ketemu den kinal ya??..". Tanyanya ramah. Aku hanya menganggukan kepalaku pelan sebagai jawaban."Ayo non silahkan masuk..". Ucapnya seraya mempersilahkan aku untuk memasuki rumah besar itu. Aku berjalan mengikuti langkah asisten rumah tangga kinal yg belum kuketahui namanya itu menyusuri ruangan luas nan megah yg dihiasi banyak furniture cantik dan pasti sangat mahal harganya.
Rumah ini memang sangat mewah tapi terasa sangat sepi, tidak heran karena yg kutahu dari cerita kinal bahwa ia hanya tinggal sendiri dengan di temani satu asisten rumah tangga dan satu securitynya saja.
"Silahkan duduk dulu non,,,. Bibi panggilkan den kinal dulu..". Ucap wanita itu yg lagi lagi kujawab dengan anggukan kepala.
Aku sedikit geli mendengar wanita itu terus memanggil Kinal dengan sebutan 'den'. Bukankah sebutan itu hanya untuk seorang laki laki??. Bagaimana bisa bahkan asisten rumah tangganya saja menganggap bahwa kinal adalah laki laki??. Astaga.
"Non veranda..,".
"Eh..iya bi..". Sahutku sedikit kaget saat kulihat wanita itu telah berdiri di depanku. Aku yg sepertinya terlalu sibuk melamun sampai tak menyadari kedatangannya.
"Den kinal ada di dalam kamarnya non, dia meminta non veranda langsung masuk aja..,kamarnya di pojok yg paling ujung non..".
Wanita itu menunjuk pada sebuah kamar ujung yg berada di lantai dua, setelahnya aku mengangguk dan langsung berjalan menaiki tangga menuju ke kamar kinal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect CEO (on going)
FanfictionGxg area! 21+ Anak laki laki yg kencingnya blom lurus jgn kesini! Anak cewek yg kencingnya blom berdiri jgn baca! Hanya kegilaan yg terlintas dalam pikiran dan saya tuangkan ke dalam tulisan, itulah satu satunya cara saya untuk tetap berada dalam ke...