Part 7

6.2K 285 12
                                    

Kinal menjatuhkan tubuh lelahnya ke atas kasur empuk di dalam kamarnya, hari ini lelahnya benar benar berlipat ganda bahkan tenaganya seakan tidak cukup untuk membawa tubuhnya ke kamar mandi untuk sekedar membersihkan diri. Biarlah aku langsung tidur aja toh besok hari minggu, pikirnya.

Tiba tiba dia teringat akan sesuatu, veranda.
Buru buru dia mencari handphonenya untuk menghubungi gadis itu.

"Halo ve"
"Halo nal, kamu udah sampe rumah?" Ucap suara di seberang sana.
"Udah ve baru aja sampe"
"Oh syukurlah, yaudh kamu istirahat nal"
"Ciee yg khawatirin aku" ledek kinal mencoba menggoda veranda.
" ih geer, aku cuman takut kamu kenapa napa nal, apalagi aku udh ngrepotin kamu tadi".
"Cieee yg perhatian". Ucap kinal yg masih setia menggoda veranda.
"Ih apa sihh... bukan gitu nalll,,mksud aku-----"
"Hahaha iya iyaaaa aku ngerti, yaudh gaush gugup gitu" ucap kinal seraya tertawa karena dirinya telah berhasil membuat veranda jengkel.
"Ishhhh..yaudh kmu istirahat gih nal udh malem".
"Iya yaudhh, Kamu juga ya ve".,
"Iya kinay"

Kinal sedikit mengerutkan kening.

"Kok kinay ve?" Tanya kinal heran.
"Embb gpp kan aku panggil kamu kinay?! Hehe lebih lucu soalnya, kyak kamu" ucap veranda terkikik pelan.
"Ehehe yaudh deh ve terserah kamu aja asal kamu seneng" ucap kinal. Lagian nama itu memang lucu, apalagi itu nama special dari veranda, pikirnya.
"Embb yaudh nhay kamu istirahat yaa, aku juga mau tidur nhay" ucap veranda.
"Iya ve yaudh good night ya, eh good morning mksdnya hhaa udh pagi ini.
"Iyaa morning nhay".

Kinal menutup telfonnya kemudian melemparnya ke sembarang tempat dan setelahnya dirinya tertidur.

**************

"Aaron syang, bangun dek, hari ini kita kn mau ke gereja". Ucap veranda sedikit berbisik seraya mengelus elus pipi bocah kecil yg masih terlelap di dalam selimutnya.

"Emmhhh" bocah itu sedikit menggeliat lalu perlahan membuka matanya.
"Yukk bangun, mandi dulu, kakak ke dapur dulu bikin sarapan". Ucap veranda yg di balas anggukan oleh anak itu.

Aaron segera beranjak dari tempat tidurnya lalu dengan cekatan tangan kecilnya mulai melipat selimutnya kemudian merapikan tempat tidurnya dengan cekatan.

Bocah berusia 6 tahun itu memang telah terbiasa melakukan semua itu sendirian, dirinya tidak ingin merepotkan keluarga satu satunya yg dia miliki yaitu kakak perempuannya. Dia tahu bahwa kakaknya selalu sibuk bekerja untuk menyekolahkannya juga untuk memenuhi kebutuhan mereka berdua sehari hari.

Di dapur, veranda tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan adiknya Aaron. Hari ini adalah hari minggu, dan seperti biasa saat hari minggu veranda akan mengajak Aaron untuk pergi ke gereja.

"Di abisin makannya ya dek, ini minum dulu susunya" ucap veranda seraya memberikan segelas susu putih kepada adiknya.

Aaron meneguk susu itu hingga tandas, "pinterrr" ucap veranda seraya mengelus pelan kepala adiknya.

Pancaran kesedihan terlihat jelas di kedua bola mata veranda tatkala dirinya melihat adik kesayangannya semakin hari terlihat semakin lemah, wajahnya begitu pucat dan tubuh kecilnya terlihat semakin kurus, veranda sangat tahu bahwa adiknya itu telah sekuat tenaga menyembunyikan segala rasa sakit yg menggerogoti tubuhnya dengan selalu tersenyum dan ceria di depannya hanya untuk menghindari kekhawatirannya.

Rasa bersalah itu kembali menghantui veranda, bahkan dengan segala usaha yg selama ini dia lakukan tidak juga mampu untuk membuat adiknya sehat seperti sedia kala, tanpa disadari air matanya telah menetes membasahi pipinya tanpa permisi.

"Kakak kenapa? Kok nangis??" Tanya Aaron dengan wajah polosnya.
"Ehh,,emhh kakak gpp kok syang, kakak kelilipan tadi" bohong veranda seraya mengusap buliran air mata di pipinya.
"Udah selesai makannya?" Lanjut veranda seraya mengelus pipi adiknya yg di balas anggukan pelan oleh Aaron.

Perfect CEO (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang