Veranda terkulai lemas setelah meneguk gelas terakhir whiskynya, ia memasrahkan tubuhnya bersandar di atas sofa. Ia memejamkan matanya beberapa saat berusaha mencari ketenangan di tengah kebisingan club malam yg tentu saja itu adalah usaha bodoh, bagaimana mungkin ia bisa merasa tenang di tengah dentuman alunan musik yg memekakan telinga?.
Sebotol whisky yg telah ia habiskan ternyata belum juga mampu meredam gejolak di hatinya. Ia kembali membuka botol berikutnya yg langsung ia tenggak tanpa menghiraukan rasa panas yg membakar tenggorokannya. Hembusan nafasnya semakin tak beraturan serta pandangan matanya mulai kabur efek dari terlalu banyaknya alkohol yg masuk ke dalam tubuhnya.
Tiba tiba sekelebat bayangan melintas tanpa permisi di kepalanya, bayangan menyebalkan dari kejadian beberapa hari lalu yg telah sukses merusak suasana hatinya. Di tengah kekesalan yg menggerogoti hatinya, Veranda semakin di buat jengah kala ekor matanya menangkap seorang lelaki tengah memperhatikannya tanpa berkedip dari sudut ruangan. Mata lapar lelaki itu tampak berbinar, menatap penuh nafsu menelusuri keindahan dari setiap lekuk tubuhnya. Lelaki itu tersenyum lebar seraya melambaikan tangannya saat ia dengan sengaja balik menatap lelaki itu meskipun dengan tatapan yg berbeda.
Tatapan tajam nan dingin serta seringaian tipis yg ia lukis dari sudut bibirnya seolah menegaskan bahwa tidak boleh ada siapapun yg berani mengganggunya malam ini. Tetapi sepertinya lelaki itu tidak sadar dengan peringatan bahaya yg mengancamnya, dia sudah terlanjur besar kepala hingga dengan gaya sok tampannya dia berjalan mendekati Veranda."Hai cant---".
Brakk!!!Belum sempat lelaki itu menyelesaikan ucapannya, veranda menaruh botol whisky yg telah ia habiskan ke atas meja dengan hentakan keras. Ia mendongakan wajahnya menatap penuh intimidasi lelaki yg kini berdiri di hadapannya. Mendapat tatapan tajam nan mematikan dari veranda membuat nyali lelaki itu seketika menciut, ia tak menyangka jika wanita cantik di hadapannya itu kini telah menjelma menjadi bidadari bersayap hitam yg menyeramkan dengan tatapan tajam seolah siap untuk menelannya bulat bulat .
"S..sorry..". Ucap lelaki itu sedikit gelagapan sebelum akhirnya mundur teratur dan pergi menjauhi veranda.
Veranda terkikik geli melihat ekspresi ketakutan dari raut wajah lelaki itu, ternyata tak sia-sia beberapa hari ini ia rajin menonton sinetron AZAB yg membuatnya belajar cara memelototkan mata yg baik dan benar, memang apa hubungannya?? Entahlah author jg bingung, bidadari mah bebas.
Tiba tiba handphonenya berdering menandakan ada panggilan masuk, veranda mengulurkan tangannya untuk meraih ponselnya yg berada di ujung meja, ia menyipitkan matanya berusaha untuk fokus melihat ke layar ponselnya yg terlihat kabur, ia menarik nafas memejamkan matanya selama beberapa detik sebelum akhirnya ia membukanya lagi. Veranda kembali melemparkan ponselnya ke atas meja sebelum akhirnya ia bersedekap dada dengan bibir mengerucut setelah ia tahu siapa yg menghubunginya, Kinal.
Entah mengapa semenjak kejadian itu veranda jadi sering uring uringan tanpa alasan jelas, bahkan ia tidak pernah lagi mengangkat telefon dan menanggapi puluhan pesan yg di kirimkan kinal kepadanya. Padahal sebelumnya, telefon dari kinal lah yg selalu ia tunggu tunggu dan ia tidak akan berhenti tersenyum seperti orang gila saat membaca pesan yg berisi gombalan dari kinal.
"Ve kenalin ini melody...temen aku..".
"Oh iyah..aku veranda..".
"Aku melody...pacarnya kinal...".
Veranda berdecih samar ketika bayangan perkenalan menyebalkan itu lagi lagi melintas tanpa permisi menggangu ketenangannya. Entah mengapa setiap kali ia mengingat kejadian itu ia merasakan perasaan aneh yg bergejolak di dalam dadanya. Perasaan kesal, jengkel dan sakit bercampur jadi satu. Apa yg terjadi? Apakah ini yg dinamakan cemburu? Tapi kenapa juga ia harus cemburu?.
![](https://img.wattpad.com/cover/248360717-288-k767250.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect CEO (on going)
ФанфикGxg area! 21+ Anak laki laki yg kencingnya blom lurus jgn kesini! Anak cewek yg kencingnya blom berdiri jgn baca! Hanya kegilaan yg terlintas dalam pikiran dan saya tuangkan ke dalam tulisan, itulah satu satunya cara saya untuk tetap berada dalam ke...