3. Invitatum

604 69 24
                                    

Walaupun sudah dijamin bahwa dirinya tidak akan diapa-apakan, tetap saja Solar tidak menurunkan kewaspadaannya. Sepanjang perjalanan yang seakan tanpa tujuan itu Solar terus saja mengamati dan sebisa mungkin menghafal rute yang ditempuh oleh mobil yang ia tumpangi.

Diamnya orang-orang yang berada semobil dengan Solar juga tidak banyak membantu. Mereka hanya diam saja ketika ditanya seakan kata-kata yang keluar dari mulut mereka sama berharganya dengan sekilo emas.

Jalan yang ditempuh mobil itu tidak terlalu banyak melalui belokan, bahkan Solar merasa kenal dengan rute yang ditempuh mobil yang ia tumpangi itu.

"Sepertinya aku tahu siapa boss kalian ...," ucap Solar sembari menengok ke arah dua pria yang duduk mengapitnya.

"...." Kedua pria itu tetap diam seribu bahasa. Keduanya hanya melirikkan bola mata mereka ke arah Solar sebelum mengalihkan perhatian mereka pada jalanan yang sedang dilalui.

Tidak lama kemudian, mobil SUV hitam yang ditumpangi oleh Solar berbelok menuju sebuah jalan kecil. Setelah berbelok, mobil itu mengikuti jalanan yang mulai menanjak kian meninggi pada sebuah bukit kecil.

Sebuah rumah bergaya mansion Eropa pun mulai terlihat di kejauhan. Semakin tinggi mobil SUV itu mendaki, semakin dekat dan semakin jelas pula rumah di puncak bukit itu tampak di pelupuk mata Solar.

Detail bangunan rumah yang menjadi tujuan Solar jelas sekali menunjukkan bahwa pemiliknya bukan orang sembarangan. Barisan tembok beton setinggi dua kali lipat orang dewasa membentengi seluruh pelataran halaman rumah itu. Pepohonan yang sengaja dipangkas setinggi pinggang orang dewasa mengelilingi tembok beton yang membentengi halaman rumah itu. Sebuah gerbang megah menjadi pintu keluar masuk bagi kendaraan yang hendak menuju rumah itu

"Ah ... dia rupanya." Sebuah senyuman tipis melintas di bibir Solar setelah ia mengenali rute dan menyadari tujuan mobil yang ditumpanginya.

Raut wajah Solar yang sempat kaku dan tegang, kini mengendur dan terlihat jauh lebih santai selagi mobil yang ia tumpangi melewati gerbang depan pelataran rumah bergaya mansion itu.

Tidak seperti rumah pada umumnya, tembok rumah bergaya mansion itu tetap dibiarkan tanpa semen. Susunan batu bata keramik merah mempermegah tampilan luar mansion itu. Sudut-sudut tembok pun dihias dengan batu limestone putih kokoh merangkap sebagai pilar-pilar utama mansion itu. Lusinan jendela mosaik melengkapi penampilan megah bangunan mansion yang berdiri kokoh di atas bukit kecil itu.

 Lusinan jendela mosaik melengkapi penampilan megah bangunan mansion yang berdiri kokoh di atas bukit kecil itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan rumah terbentuk mansion gaya eropa itu terlihatlah seorang pemuda yang sedang berdiri. Gerak-gerik pemuda itu gelisah, seakan telah lama menanti kedatangan mobil SUV hitam yang membawa Solar menuju rumah megahnya.

Mobil SUV hitam yang ditumpangi Solar berhenti tepat di depan pintu rumah. Tanpa menunggu para penumpangnya turun, pemuda yang telah menanti di depan pintu langsung menghampiri mobil yang sudah berhenti itu.

KeabadianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang