Sebuah kamar remang-remang dan pengap menjadi tempat dimana Solar dan Gempa kini berada. Samar-samar sinar matahari menembus tirai usang yang menjadi penutup jendela dan menerangi sebagian lantai parket kayu kamar itu. Reotnya kamar yang digunakan untuk menyekap Solar dan Gamma membuat siapapun yang berada di ruangan itu merasa depresi.
Solar dan Gempa tidak sendirian di kamar itu. Keduanya berada di kamar itu bersama AyuYu, yang ternyata adalah agen intelejen negara asing bernama Fook Yu, Gamma dan saudara kembar AyuYu yaitu Fook Mi. Perbedaan terdapat pada Solar dan Gempa yang kini terikat bersama, saling membelakangi pada dua buah kursi.
"Sungguh sebuah misi penyelamatan yang sangat keren, Solar," desis Gempa diantara napasnya. Tentu saja kata-kata yang dilontarkan oleh Gempa itu sama sekali tidak mengandung unsur pujian karena kenyataan yang terjadi sangat bertolak belakang.
Mengenal Gempa, tentu saja dia tidak menyerah begitu saja dengan keadaan. Dia berusaha menarik tangannya supaya terlepas dari lilitan tali yang membelenggu kedua tangannya. Sayangnya lilitan tali itu terlalu ketat sehingga usaha Gempa berakhir tanpa hasil.
Solar mendecih kesal. Dengan sangat bijak dia memilih untuk tidak meladeni sarkasme dari kakaknya. Tatapan penuh dendam kedua netra perak Solar tertuju kepada Gamma yang sedang tersenyum penuh kepuasan sembari mengamati buku catatan harian milik Gempa yang diambilnya dari Solar.
"Nah Solar." Gamma membuka-buka halaman buku yang ia pegang. Secara cepat dia membaca coretan-coretan tinta yang tertoreh pada lembaran-lembaran kertas di dalam buku itu. "Apa yang dikatakan buku ini kepadamu yang kita tidak mengerti?"
"Satu hal," ucap Solar getir. "Kalau bebek komunis seperti kalian harusnya membaca, bukan membakar-bakar buku!"
"Ah aku lupa, negara kalian sangat terbelakang sampai untuk penerangan saja ngga ada listrik. Harus bakar kayu atau buku," tambah Solar lagi dengan sarkasme menetes dalam kata per kata yang dilontarkannya.
"Jaga mulutmu!" Fook Mi langsung bergerak mendekati Solar. "Jangan pernah melecehkan nama pemimpin besar kami!" Gadis itu langsung melayangkan tangannya menuju wajah Solar.
"Tahan dulu Fook Mi!" teriak Gamma menyalak sembari menahan tangan Fook Mi sebelum berhasil menampar pipi Solar.
Fook Mi dan Gamma pun saling beradu pandang dengan tatapan mata yang sama-sama penuh isyarat lisan.
"Bawa buku itu ke Comrade Leader (Rekan Pimpinan). Pastikan buku itu sampai ke PyongYang secepatnya," ketus Fook Mi saat Gamma melepaskan tangannya. Tanpa berbasa-basi lebih lanjut, Fook Mi berbalik badan sebelum melangkah keluar meninggalkan kamar tempat Solar dan Gempa kini disekap.
"Well, Solar." Gamma tersenyum sinis sembari memberikan buku catatan harian Gempa yang dibacanya kepada AyuYu. "Kamu kalah langkah lagi dariku."
Dengan bijak Solar untuk tidak meladeni Gamma. Dia tidak ingin termakan emosi dan memberikan kepuasan pada Gamma.
Solar tetap bungkam dan membisu. Hanya tatapan manik netra peraknya saja bergerak mengikuti Gamma dan AyuYu ketika keduanya keluar dari kamar dan mengunci pintunya dari luar.
Tinggalah Solar dan Gempa berdua saja di dalam kamar yang sangat depresif.
"Nah apa lagi rencanamu, Sol?" bisik Gempa sembari mendesis. Dia berusaha untuk menarik pergelangan tangannya lepas dari lilitan tali yang membelenggu walaupun tidak berhasil.
"Aku ada ide," ucap Solar. "Tangan Kak Gem bisa masuk ke kantung celanaku?"
"Eh? Ada apa di celanamu?" Kedua netra cokelat madu Gempa mengedip cepat keheranan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keabadian
FanfictionRunner up ke-3 Indonesia Fanfiction Award. Semuanya bermula ketika Solar menerima sebuah buku tua yang dikirimkan oleh saudaranya. Di dalam buku tua itu tersebutlah sesuatu benda yang telah dianggap hilang selama dua ribu tahun lebih dan menjadi inc...