Chapter 18

108 4 6
                                    

Wendy yang baru saja turun dari boncengan Kyungsoo sangat terkejut ketika melihat ibunya berdiri didepan rumahnya

"Eomma? Apa yang kau lakukan disini? Kenapa menunggu diluar? Diluar sangat dingin" sapa gadis itu lalu mengampiri ibunya

Kyungsoo melepas helmnya lalu turun dari motornya dan membungkuk pada ibu Wendy

"anyeonghaseyeo, saya teman sekolah Wendy" sapa Kyungsoo sopan

"pacarku lebih tepatnya" kata Wendy memperjelas membuat ibunya menatap gadis itu dengan terkejut

Ibu Wendy pun menatap Kyungsoo dengan pandangan menilai dan meremehkan

"kalian sekelas? Apa pekerjaan orang tuamu?" Tanya ibu Wendy menatap Kyungsoo dengan sangat dingin dan remeh

"ya, kami sekelas. Ayahku adalah seorang pekerja buruh dan ibuku seorang pedagang kue" jawab Kyungsoo dengan sangat sopan

"kyungsoo" gumam Wendy sangat merasa bersalah karena ibunya "ibu, kau pasti datang karena suatu alasan. Ayo bicara didalam. Lagipula Kyungsoo harus pulang" ajak Wendy sambil menggandeng ibunya

"tentu ada banyak hal yang ingin kukatakan padamu" jawab ibunya lalu mendahului Wendy untuk masuk kedalam rumah setelah menatap Kyungsoo dengan sinis sekilas

"maafkan aku" kata Wendy dengan sangat merasa bersalah

"tak apa. Sangat wajar jika orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya" balas Kyungsoo dalam senyum pengertian "masuklah, hangatkan dirimu, diluar sangat dingin" pintah lelaki itu

Wendy hanya tersenyum membalas lalu berbalik untuk masuk kerumah. Saat sudah hampir masuk dia kembali menyempatkan diri untuk melihat Kyungsoo membuat lelaki itu melambaikan tangan padanya sambil tersenyum

Setelah Wendy sudah masuk, Kyungsoo menghela napas dengan pelan. Sebenarnya lelaki itu sangat tidak percaya diri saat berhadapan dengan ibu Wendy. Tatapan meniai dan meremehkan yang tadi ditujukan padanya benar-benar membuat Kyungsoo merasa terintimidasi.

Wendy yang sebelumnya terasa sangat dekat, entah kenapa hari ini jadi terasa sangat jauh hingga Kyungsoo merasa tak sanggup untuk meraihnya

"ck, berhenti memikirkan hal yang tak penting" tegur lelaki itu pada dirinya sendiri sambil menghapus pikiran aneh dikepalanya lalu melajukan motornya untuk pulang kerumah

^_^

"apa? Tidak, aku tidak mau" bantah gadis itu dengan tegas

"berani membantah ibu?!" tegur wanita paruh baya itu

"tapi bu, aku tidak mau. Aku sudah memiliki seseorang yang kucintai"

"lelaki itu? Hanya dari latar belakangnya saja ibu sudah tahu bahwa dia tak pantas untukmu. Jangan pernah berpikir ibu akan membiarkanmu bersamanya. Ini keputusan bulat ibu dan ayah. Apa kau harus membantah?"

"ibu kumohon, aku tidak akan membantah permintaan kalian yang lain tapi tidak untuk yang satu itu" pintah Wendy sambil berlutut dihadapan ibunya

"sayang dengarkan ibu. Ini untuk kebaikanmu dan keluarga kita. Lagipula dia orang yang baik" kata Ny. Son sedikit melembut saat Wendy berlutut

Gadis itu hanya bisa menggepalkan tangannya dengan geram. Dia bukan tipe gadis pembangkang, tapi entah kenapa dia tidak bisa melakukan permintaan orang tuanya yang satu itu.

^_^

Seulgi yang baru selesai beberes didapur menatap bingung kearah Wendy yang terus saja berbaring dikasur dengan malas

"hiks... hiks..." suara sesegukan itu membuat Seulgi terkejut 'gadis itu menangis?' batinnya lalu berjalan mendekati Wendy

"hei, kau menangis? Ada apa?" Tanya Seulgi pelan dan hati-hati

High School Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang