Bab - 2 Pelangi

16 3 0
                                        


Sore ditutup lengkungan pelangi, pertanda senja kali ini ada sedikit kesan walau hanya sesaat.

Tiga jam lebih aku berdiam dibawa pondok bambu diseberang kantor, melamun menatap langit dari awal hujan hingga menciptakan pelangi.

Aku pun bangkit berjalan kearah barat menuju matahari tenggelam, waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore tapi jalan masih saja lengang, tak seperti biasanya waktu seperti ini dimana semua orang berlalu lalang untuk pulang.

"Rindu", lirihku. Ntah apa yang sedang aku pikiran, seketika kata itu lewat meninggalkan perih didada.

Aku pernah dekat seperti nadi tapi seketika waktu membawaku hingga terbuang tiada yang mencari. Aku bingung harus dengan siapa aku marah, mengadu karena tak ada yang pernah mendengar, melihat, memperhatikan ku. Aku ini ada tapi tiada dimata mereka, mereka seakan tuli, buta, bisu ketika aku datang untuk berbagi cerita pahit manisnya hidup.

Kini, hanya lutut dan tangan menopang air mata tak ada bahu untuk bersandar. Hanya Tuhan  tempatku mengadu, sujud tempatku merintih bahwa semua sangat melelahkan.

Hujan, badai, petir, guruh pun tau betapa aku sangat sakit dengan semua, tapi Tuhan selalu membuatku bangkit tak ada yang perlu disesali didunia ini karena sepahit apapun hidup, pelangi selalu mengakhirinya.

Kenangan yang terkadang membuat rindu, membelenggu direlungku. Namun apa daya, waktu telah berubah. Ingatan hanya sekedar ingat, tanpa niat untuk bernostaliga bahwa aku ada pada kala itu.

Aku pun tak siap untuk pulang, apalagi kambali untuk berteduh.

#senandikaeventgalaxystarpublisher

 The MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang