E20 : Ruangan Tersembunyi

5.8K 1.5K 455
                                    

*budayakan vote sebelum membaca supaya penulis semakin semangat!!

jangan lupa follow akun wattpad ini supaya nggak ketinggalan update ceritanya yaa, thank you.
__________________________________________

Patrick berjalan menuju rumahnya dengan perlahan dan hati-hati. Untung saja ia selalu menyimpan kunci rumah cadangan sehingga meskipun kondisi rumahnya terkunci, ia masih dapat membukanya dan masuk ke dalam.

Ia menurunkan remaja laki-laki itu dari punggungnya. Kemudian ia berjalan menuju kamarnya untuk mengambil handuk kering dan baju ganti miliknya. Sementara anak remaja itu terbaring lemas dengan wajah yang pucat.

Saat kembali menuju ruang depan, Patrick langsung memberikan handuk kering dan baju ganti kepada anak itu.

"Makasih." ucap anak remaja itu pelan.

"Udah bisa ngomong sekarang?" tanya Patrick.

"Iya, sama-sama."

"Kamar mandinya disebelah sana! Gua mau pergi dulu ada satu hal penting yang harus gua lakuin, Lo gapapa kan gua tinggal disini dulu?" ujar Patrick yang masih berdiri di hadapannya.

Anak itu mengangguk pelan.

"Pokoknya jangan pernah buka pintu kalau ada siapapun yang datang selain gua, oke?"

Anak itu mengangguk lagi.

Patrick bergegas untuk bersiap-siap menuju kantor wali kota. Sesaat sebelum pergi dari rumah, ia menuju kamarnya terlebih dahulu untuk mengambil sesuatu.
___________

Juna pergi dari rumahnya meninggalkan Ibu dan adiknya. Sementara ibunya berusaha menahan kepergian anak sulungnya. Namun tetap saja, keras kepala Juna dengan ambisinya tidak bisa lagi diluluhkan. Juna ingin membalas dendam kepada semua pihak yang menyebabkan kekacauan ini, termasuk pemerintah kota.

Saat melangkahkan kaki di jalanan kota yang cukup sepi, tiba-tiba saja dua orang dewasa dari arah depan Juna berlari ke arahnya seperti sedang ingin menangkap Juna. Entah apa yang berada dipikiran mereka, sepertinya mereka mengenali wajah Juna. Saat itu Juna lupa untuk menutup sebagian wajahnya dengan masker buff.

Aksi kejar-kejaran pun berlangsung. Juna berbalik arah dan berlari sekuat tenaganya. Dua orang dewasa yang tidak dikenalinya tetap mengejar Juna.

Juna memasuki area perumahan dan menyelinap ke setiap gang hingga berhasil mengecohkan dan menghilangkan jejak dari kejaran dua orang dewasa tadi.

Juna duduk berdiam diri dengan napas terengah-engah. Sementara keringatnya sudah mulai bercucuran. Juna sendiri duduk bersandar pada beberapa tangki kosong bekas minyak yang berjajar sembarang.

Saat Juna semakin mendorong badannnya ke belakang, tiba-tiba saja tangki tersebut jatuh dan berbunyi keras. Ia pun kaget setengah mati saat mendengar suara dari balik tangki tersebut.

"Ampun, ampun!" teriak Juna dan seorang remaja perempuan berbarengan.

"Ampun, tolong jangan bunuh saya" ucap remaja perempuan itu sambil menunduk.

"Gua bukan orang jahat." seru Juna mengelak.

Remaja perempuan itu menatap tajam Juna. Ekspresi wajahnya penuh dengan keraguan apakah lelaki yang kini berada di depannya itu benar-benar orang baik atau tidak.

Twelve Missions of Z's GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang