*budayakan vote sebelum membaca supaya penulis semakin semangat!!
jangan lupa follow akun wattpad ini supaya nggak ketinggalan update ceritanya yaa, thank you.
__________________________________________Patrick yang mendengar perkataan itu langsung menengok ke arah wanita tua. Dengan panik Patrick segera bersiap-siap untuk membawa Juna turun dari bus di halte pemberhentian selanjutnya.
"Kalian nggak usah panik, saya orang baik disini." ucap wanita itu pelan.
"Benar kah?" tanya Juna yang kemudian menutup sebagian wajahnya dengan masker buff lagi.
"Iya, saya bersyukur ketemu kalian karena saya masih punya harapan bahwa anak-anak gen z masih ada yang hidup sampai hari ini, termasuk mungkin juga anak saya masih hidup tapi entah dimana."
"Ibu kehilangan anak ibu?" tanya Patrick.
"Iya, saat kekacauan terjadi beberapa hari yang lalu. Anak saya sedang menunggu saya di halte. Ini lah alasan saya setiap hari naik bus kota mengelilingi halte satu persatu karena untuk mencari keberadaan anak saya, anak laki-laki satu-satunya dalam hidup saya." ucap wanita itu menjelaskan.
"Tapi mendengar kabar hari ini yang beredar bahwa seluruh anak gen z di kota ini sudah berhasil dimusnahkan membuat saya kehilangan harapan untuk bertemu anak saya kembali. Bahkan motor Vespa kesayangannya kemarin baru saja ditemukan dengan kondisi rusak parah."
"Apa anak ibu bernama Devan?" tanya Juna.
"Iya, betul. Namanya Devandra Abimanyu. Apa kalian mengenalnya? Apa kalian mengetahui keberadaannya?" Apakah kalian...."
"Jun, ayo turun!" Patrick menarik lengan tangan Juna saat bus berhenti.
"Tunggu!" tahan wanita itu sambil memegang lengan kanan Juna.
Patrick kemudian tetap memaksa Juna untuk turun mengikutinya dan menjauh dari wanita asing yang tidak dikenalnya sama sekali. Berkali-kali ia harus mengingatkan untuk tidak lagi percaya kepada siapapun yang tidak dikenal.
Hal ini dikarenakan mereka tidak akan tahu apa yang orang lain rencanakan. Bisa jadi ini hanya sebuah alibi untuk menjebak seperti yang William lakukan sebelumnya pada mereka.
"Pat, lo gila ya, dia ibunya Devan." ucap Juna sedikit kesal. Mereka berjalan untuk turun dari bus.
"Apa buktinya kalau dia emang ibunya Devan? Kita nggak bisa gampang percaya ke orang lain lagi. Kita jangan ceroboh!"
"Yang lo lakuin hari ini apa namanya kalau bukan ceroboh?" tanya Juna membuat Patrick berhenti melangkah.
"Iya gua tau, gua salah. Tapi karena itu kita harus lebih hati-hati lagi untuk kedepannya, Jun." jawab Patrick.
"Ayo turun!" pinta Patrick.
Saat mereka sudah turun, tiba-tiba saja Juna melepaskan genggaman tangan Patrick pada lengannya, ia pun langsung bergegas naik ke dalam bus kota lagi.
"Pat, sorry!" teriak Juna dari pintu bus yang mulai berjalan.
"Bye-bye!!" ucap Juna melambaikan tangan kemudian.
"Juna!" teriak Patrick dari halte.
Sementara Juna langsung masuk dan menemui seorang wanita yang mengaku ibunya Devan, salah satu anak gen z di kota Gregarious.
Patrick dan Juna yang semula berencana ingin menuju kantor wali kota untuk menyelamatkan anak gen z yang bernama Aylin, kini mereka harus terpisah satu sama lain. Patrick menuju rumahnya sementara Juna entah kemana, sepertinya ia mengikuti wanita tua yang diyakini sebagai ibunya Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twelve Missions of Z's Generation
FantascienzaSetelah penelitian Profesor Albert Mattew (salah satu profesor ternama) muncul di permukaan publik dan terdengar hingga ke pemerintah kota Gregarious. Bryan Alkessio, sang Walikota mengumumkan secara resmi akan melakukan program pendampingan khusus...