Part 36 Khawatir

31.3K 1.6K 46
                                    

Vella membasuh wajahnya di wastafel toilet kampus, melihat pantulan dirinya didepan cermin, dengan wajah yang tambah pucat dan bibir kering, vella mengelap wajahnya dengan tissue yang dia ambil dalam tas miliknya.

"Vel" Ucap rere yang baru memasuki toilet, vella melihat rere yang di pantulan cermin dan melanjutkan mengelap wajahnya.

"Lo nggak apa-apa kan? " Tanya rere memandang wajah pucat vella.

"Nggak papa kok" Ucap vella lemah.

"Ih kita ke kantin lagi yuk vel, lo makin pucat" Khawatir rere.

"Nggak nafsu" Ucap vella membuang tissue belas kedalam tong sampah di dalam toilet.

"Tapi vel, lo makin pucat deh, mending kita pulang aja ya" Ucap rere memegang lengan vella.

"Nanggung, gua ada urusan sama buk rita sebentar" Ucap vella.

"Gua temenin, lo nggak boleh nolak" Ucap rere mutlak, dia tidak mau terjadi apa-apa dengan vella.

"Hah iya deh" Ucap vella pasrah dengan titah rere.

Vella terkejut dengan gemilang yang ada didepan pintu toilet perempuan, vella menggeser tubuhnya kesamping tetapi gemilang juga menggeser tubuhnya kesamping, vella kembali menggeser badannya ke kanan tetapi gemilang juga menggeser badannya ke kanan.

"Permisi pak saya mau lewat"ucap vella pelan tanpa melihat kearah gemilang.

" Kamu kok pucat"ucap gemilang memegang pipi vella tetapi langsung ditepis.

"Jaga sikap bapak" Ucap vella memandang gemilang.

Gemilang menatap vella khawatir, gemilang menghela nafasnya pelan, dan kembali menatap vella.

"Makan ya" Ucap gemilang memegang tangan vella.

"Ngapain bapak ngurusin saya" Ucap vella dingin, dia sangat cemburu dengan gemilang tertawa bersama lily tadi di kantin.

"Kamu apaan sih kan kamu tunangan saya" Ucap gemilang.

Banyak mahasiswi atau mahasiswa yang memandang kearah vella dan gemilang, tapi mereka tak memperdulikan sama sekali, sedangkan rere hanya berjalan menjauh dari dua sejoli itu, membiarkan vella menyelesaikan masalah dengan pak gemilang.

"Bapak tidak mau berbicara sama saya sama sekali tetapi bapak malah enakan tertawa sama lily di kantin, sedangkan saya sangat merindukan bapak yang tidak mau berbicara sama saya! " Ucap vella yang sudah mulai tersulut emosi.

"Saya hanya memberikan kamu pelajaran dengan mendiami kamu, agar tidak bisa berbicara seenaknya" Ucap gemilang lembut.

"Jadi saya juga boleh bercanda dengan laki-laki yang menyukai saya? " Tanya vella menatap gemilang menantang.

"Vella!" Ucap gemilang yang meninggikan suaranya, tak memperdulikan banyak mahasiswa dan mahasiswi yang menatap dirinya, gemilang sudah sadar sendari tadi banyak pasang mata yang memandang kearah dia dan vella.

"Apa! " Teriak vella kearah gemilang.

"Sayang kamu salah paham" Ucap gemilang lembut, membawa vella kedalam pelukan nya tak memperdulikan vella yang memberontak didalam pelukannya.

Gemilang merasakan kemeja yang dipakainya basah, gemilang melihat kearah vella yang terisak dengan wajah yang semakin pucat, gemilang melepaskan pelukannya dan menangkup wajah vella dan menghapus air mata vella yang masih meleleh.

"Jangan nangis" Ucap gemilang.

Bukanya berhenti menangis, vella semakin menangis menatap gemilang, dia tak bisa marah Lama-lama dengan gemilang, dia sangat merindukan pria yang berdiri didepannya itu.

Pak Gemilang [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang