15. Marah

1.6K 260 7
                                    

SASKARA

Gue bingung, cewek gue lama amat di kamarnya Dayinta, padahal katanya cuma mau balikin lipstik doang.

Karena gabut di kamar, jadilah gue menyusul Icha. Turun ke bawah, gue melihat pintu kamar Dayinta terbuka dan terlihat keduanya sedang tertawa entah karena hal apa.

"Ngapain lo?" Tanya gue, entah ke siapa saja yang mau jawab.

"Kamu ngapain ke sini?" Tanya Icha.

"Gabut aku sendirian di atas."

"Ini, aku sama Kak Ayi lagi nonton video tiktok yang gagal, ngakak deh."

Gue melirik ke arah tab milik Dayinta, memang sedang menampilkan video yang entah apa.

"Dih, gak jelas lo berdua." Gue memilih duduk di karpet, bersandar pada kasur yang sedang diduduki Dayinta dan Icha.

Sebenernya, gue pengin berdua aja sama Icha, karena ini adalah minggu terakhirnya di Bali. Entah apa yang berikutnya terjadi pada hubungan ini setelah Icha pulang kampung. Karena yang gue tahu, Icha gak punya rencana balik ke sini.

Gue emang gak sayang sayang banget sama Icha. Cuma... dua tahun ngabisin waktu bareng as a couple, gak mungkin bisa ilang gitu aja kan? Mungkin sih, kalau ada orang baru. Hahahaha!

"Toilet dong!" Seru gue, dan tidak ditanggapi oleh dua makhluk ini. Jadi gue langsung saja menuju kamar mandi Dayinta.

Setelah buang air kecil dan mencuci tangan, ekor mata gue melihat sebuah bungkus kecil di tong sampah, tepat ketika gue akan membuang tisu. Dengan rasa penasaran, gue pungut bungkus itu, tahu persis apa yang sedang gue pegang ini.

Keluar kamar mandi, gue melirik kedua cewek yang lagi cengar cengir ini.

"Di antara lo berdua, siapa yang abis minum ini?" Tanya gue, mereka mendongkak, ketika mereka melihat gue, keduanya sama-sama pucat.

"Jawab!" Tuntut gue ketika keduanya tidak ada yang membuka suara.

"Gu-- gue, Sak. Kenapa emang?" Sahut Dayinta.

"Serius elo Day? Cha? Bukan kamu?"

"A-aku yang beliin buat kak Ayi, Yang!"

"Udah gilak ya?! Tahu kan postinor itu bahaya? Kenapa malah dibeli? Diminum pula!"

Keduanya tak menyahut, gue tahu sih itu urusan Dayinta, tapi... coy selama di sini tuh gue ngerasa jadi yang jagain dia. Tapi gimana mau jagain kalau dia memutilasi tubuhnya sendiri dari dalam?

"Cha, aku mau ngobrol berdua sama Saka dulu, boleh?" Ucap Dayinta, Icha langsung mengangguk dan ia berjalan ke arah gue.

"Aku nunggu di kamar kamu, kunci dong Yang?"

Merogoh kantong celana, gue berikan kunci ke Icha. Ia pun segera keluar, dan tak lupa menutup pintu yang sedari tadi terbuka.

"Lo kenapa marah gitu sih?" Tanya Dayinta ketika kami berdua hening cukup lama.

Gue bingung, jadi memilih berjalan ke arah kursi belajar Dayinta lalu duduk di sana, menghadap ke arahnya.

"Gue juga gak tahu, gue cuma tahunya itu obat bahaya buat cewek, apalagi kalau diminum rutin. Badan lo bisa ancur dari dalem, Day."

"Gue tahu, Sak. Dan sumpah, ini kali pertama gue minum gituan. Dan gak ada minat buat minum lagi."

Gue menatap Dayinta yang terlihat kalut. Pengin nanya dia kenapa, atau sama siapa dia main, tapi kayaknya pertanyaannya terlalu pribadi dan gak layak ditanyakan.

Melakoni MelankoliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang