DAYINTA
Aku gak siap menghadapi hari ini. Sekarang hari Senin dan aku harus berangkat ke kantor. Setelah semua ocehan aku ke Satria dan Sosa, aku merasa gak siap kalau harus ketemu Satria di kantor. Gosh!!
Mau gak mau, aku tetap bangun pagi, mandi, dan berpakaian rapi. Tapi ya teteup, aku sengaja dateng agak-agak mepet jam masuk, biar gak banyak waktu kosong yang berpotensi aku ketemu sama Satria. Dalam hati juga aku bersyukur, kita beda department.
Menarik napas panjang sebelum keluar kamar, aku tiba-tiba tersenyum melihat Saka, ia sedang membantu Jik Angga, entah ngapain. Saka tuh gitu yaa, seneng banget membantu orang, gossh, dia baik banget, gemes.
"Haay!" Seruku ketika berjalan mendekati mereka.
"Berangkat kerja Mbak Ayi?" Ujar Jik Angga.
"Iya Jik, lagi ngapain nih?"
"Ini, Mas Saka maksa banget mau nemenin latihan jalan."
"Latihan jalan, emang Ajik kenapa?"
Untuk mengulur waktu, aku sengaja meminta Ajik menceritakan kenapa kakinya keseleo, dan ikut membantu juga.
"Lo gak ditunggu abang ojek Day?" Tanya Saka.
"Belom pesen hehehe, sengaja pengin santai."
"Santai banget gak? Kalau santai bareng aja."
"Okaay!"
"15 menit lagi oke? Soalnya gue belom panasin motor, sepatu gue juga masih dijemur."
"Okay!" Ulangku, membuat Saka mengangguk.
Selama 15 menit juga aku membantu Ajik yang belajar jalan, keseleonya ternyata lumayan parah, jadi meski sudah diurut tetap ada yang kurang. Dan katanya lagi, harus diulang urutnya, dua sampai tiga kali lagi.
"Lo temenin Ajik, gue pake sepatu sama kunci kamar dulu." Ujar Saka.
Aku mengangguk, dan Saka pun langsung melesat ke lantai dua menuju kamarnya.
"Jik, yok, kita balik ke pondoknya Ajik."
"Maap yaa Mbak, jadi repotin."
"Ihh gak apa-apa, yuk!" Aku membantu Jik Angga berjalan, gak jauh memang hanya berjarak 10 meter dari tempat tadi kami duduk.
"Saya di teras aja Mbak, sekalian mau berjemur." Ujar Ajik ketika kami di depan pondoknya.
"Oh yaudah, oke Jik! Aku ke parkiran ya? Nunggu Saka."
"Iya Mbak, matur suksme!"
"Iya Jik, sama-sama." Hemm, aku nih udah bisa dikit-dikit bahasa Bali, tapi kaya kaku kalau diucapkan, jadi kadang pakai bahasa Bali cuma buat chat-chatan aja, sama pakai ungkapan makian gitu hahaha.
Di parkiran ternyata Saka sudah menunggu, begitu aku datang ia langsung memberikan aku helm.
"Lo telat kali ini Day?" Tanya Saka, ia sudah mulai menjalankan motornya.
"Biarin, gue sengaja, paling potong uang makan, dah lah gak apa. Abis gue baru tahu kalau ternyata gue belum boleh cuti kecuali cuti sakit. Jadi yaudah telat aja datengnya." Jelasku.
"Emang lo kenapa? Mau cuti?"
"Iya lah, lo kira gue sanggup ke kantor terus ketemu Satria?!" Seruku berapi-api, lalu tiba-tiba terasa elusan Saka di tanganku yang sedang berpegangan pada pinggangnya.
"Lo kuat kok! Percaya sama gue, gue tahu lo kuat!"
Aku mengangguk, tahu kalau Saka gak bakal liat, tapi males ngomong juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melakoni Melankoli
Fiction généraleCerita tentang anak-anak manusia yang hidup berdampingan dengan pesakitannya masing-masing.