17. PDKT

1.7K 259 9
                                    

DAYINTA

Aku galau, gimana ya bilang ke Pak Wisnu kalau hari ini aku pengin kerjanya cuma setengah hari. Saka masih sakit dan dia sendirian di kostan. Gak tega aku.

Tapi di sisi lain, bingung izinnya, karena Saka kan bukan keluarga, bukan pula pasangan resmi, jadi gak bisa izin kaya emak-emak yang mau urus anak atau suaminya.

Ya ampun. Kenapa sih bales kebaikan Saka tuh susah banget?

"Mbak Ayi, ditunggu di depan sama Pak Satria." Aku mendongkak kaget saat Mbak Wulan tiba-tiba ada di sampingku.

"Eh? Mau ngapain ya Mbak?" Tanyaku heran.

"Wadu, saya kurang tahu Mbak, maaf. Tadi cuma disuruh panggil Mbak Ayi, ditunggu katanya di depan."

"Depan? Depan kantor maksudnya? Di lobby?" Aku masih bingung.

"Iya mbak, yuk!"

Karena gak punya clue harus apa, jadi lah aku menurut, setelah mengambil pouch milikku dari atas meja kuikuti Mbak Wulan. Menyamakan langkahnya agar kami berjalan beriringan ke bawah, menuju lobby utama.

Benar saja, Pak Satria sudah ada di sana, sedang mengobrol santai dengan satpam yang berjaga di dekat pintu masuk.

"Ini, Pak. Mbak Ayi-nya sudah turun." Ucap Mbak Wulan.

"Iya Mbak, makasih, Mbak Wulan boleh balik lagi aja."

Aku melongo ketika Mbak Wulan pamit kembali ke atas. Lha? Ini aku mau ngapain? Kerjaan kah? Kan aku sama Pak Satria beda divisi, terus bentar lagi jam istirahat ya Allah. Aku kan mau ke Pak Wisnu.

"Yukk!" Tiba-tiba Pak Satria mengajakku ke luar.

Di depan lobby sendiri sudah ada mobilnya menunggu, Pak Satria membukakan pintu penumpang depan, seperti menungguku untuk masuk. Dengan kikuk, aku pun masuk dan duduk, lalu dari dalam mobil ku lihat Pak Satria berjalan santai mengitari mobil sebelum akhirnya masuk ke kursi kemudi.

"Mau ke mana ya Pak?" Tanyaku bingung.

Bukannya langsung menjawab, Pak Satria malah senyum.

"Maaf kalau kesannya gak sopan atau nyulik, tapi aku cuma mau ajak kamu makan siang aja kok."

Matikkk!! Sejak kapan ini ngomongnya jadi aku kamu begini? Ya Allah, tolongin! Aku gak punya rencana dekat dengan cowok yang merupakan kakak dari cewek yang merebut mantan calon suamiku. Pliss!

Bengong, aku gak tahu harus menyahuti apa, sedangkan mobil sudah mulai berjalan. Kami berdua diam sepanjang perjalanan sampai akhirnya mobil berhenti di salah satu resto khusus vegan gitu.

"Yuk!" Ajak Pak Satria. Ia keluar duluan, ketika kulihat ia mendekat untuk membukakan pintu, aku langsung inisiatif keluar duluan. Gak deh! Apaan sih pake bukain pintu segala, berasa Cinderella aku.

"Eh?" Ujarnya ketika aku sudah keluar.  "Yaudah yuk!" Ia menungguku, jadi kami berjalan bersama masuk ke resto.

Ya ampun, ini aku deg-degan tahu gak sih. Udah mau kabur rasa-rasanya.

"Mau makan apa Yi?" Tanyanya, bahkan gak pake embel-embel Mbak loh, duh gusti!

Aku membuka buku menu, lalu mencari menu favorit di resto ini, setelah kami berdua memesan, hening kembali.

"Gak apa kan, Yi?"

"Eh? Gak apa, apaan Pak?"

"Jangan panggil Pak, dong. Panggil nama aja."

Aku menelan ludah, buset dah ini canggung banget ya Lord. Tapi kemudian aku mengangguk.

"Okee, okee." Kataku sok iye, dah lah, pusing.

Melakoni MelankoliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang