-Third-

235 33 17
                                    

"Felix... Tolong aku, kau harus menolongku secepatnya. Dia... Dia akan membunuhmu dan juga Mama. Ayo Felix tolong aku, ayo tolong dirimu sendiri, Lee Felix!"

























































Felix terbangun dari tidurnya dengan keringat yang membasahi pelipisnya. Suara itu datang lagi, dan akhir-akhir ini ia juga sering bermimpi buruk.

Tapi tunggu dulu, ada di mana ia sekarang?

"Kok aku bisa ada di sini?"   Tanyanya pada dirinya sendiri.

Kini ia sedang berada di sebuah kamar yang sangat luas. Tapi, ia yakin ini bukan kamar miliknya. Ia tak tahu ada di mana sekarang dan kenapa ia bisa berada di sini.

Aakkkhhhh

Felix terkejut, terdengar suara teriakan anak kecil tak jauh dari tempatnya. Hmm, apakah asal suara itu berasal dari pintu kecil di lantai kamar ini?

Ia mencoba memberanikan diri untuk mendekat dan membuka pintu tersebut.

Krieet

Pintu terbuka, di bawah sana sangat curam. Tapi ia bisa sedikit melihat karena di bawah sana seperti ada sebuah lampu yang menyala.

Apakah ia harus masuk ke bawah sana?

Ia memang sangat ketakutan sekarang. Tapi rasa penasarannya lebih besar dari rasa takutnya. Dan entah mendapat keberanian dari mana ia berani masuk menuruni anak tangga yang tak bisa dibilang sedikit itu.

Ia berjalan dengan hati-hati. Sampai akhirnya ia berhasil melewati anak tangga terakhir. Di depannya ada sebuah pintu yang sedikit terbuka.

Felix memberanikan dirinya untuk mengintip. Lalu...

Jleb

Felix semakin ketakutan sekarang. Dengan mata kepalanya sendiri, ia melihat ada seorang pria yang membunuh seorang wanita di dalam sana. Dan tak hanya itu, ia juga melihat anak kecil tergeletak tak bernyawa dengan darah yang mengalir deras dari lehernya yang hampir putus.

Tapi, kenapa anak kecil itu persis seperti...

...dirinya sendiri?

Dan wanita itu, juga sangat persis dengan ibunya. Lalu siapa pria itu?

"E-enggak mungkin, aku pasti lagi mimpi buruk. Iya, ini semua pasti cuman mimpi. Ayo Felix, cepatlah bangun!"   Monolognya, tapi ia tak berani meninggikan suaranya.

"Kalo gitu ikuti kemauanku, dengan gitu kamu gak akan ngerasain sakitnya kematian."

Felix terlonjak kaget. Tepat di belakangnya ada seorang anak laki-laki yang mungkin sedang memergokinya.

Setelah mengumpulkan seluruh keberaniannya Felix pun menoleh ke belakang. Dan ternyata...

"K-kau..."

Belum sempat Felix menyelesaikan kalimatnya ia sudah keburu pingsan karena saking takutnya. Tapi apa yang membuat Felix takut?

Felix melihat dirinya sendiri yang tadi sudah terbunuh berdiri di belakangnya dengan lehernya yang hampir lepas dari tempatnya.

Bagaimana ia tidak takut?

"Maaf, Pilikseu. Kamu harus mau turutin kemauanku karena ini demi kamu juga, dan buat Mama..."















































"Aaakkhhhh!!!"

Felix terbangun dari tidurnya dengan keringat yang membasahi pelipisnya. Ia sangat ketakutan sekarang. Bagaimana mungkin ia bisa bermimpi dalam mimpi?

"Felix, kamu kenapa? Kamu baik-baik aja, kan?"   Tanya sang ibu yang tentu saja terkejut melihat Felix yang terbangun sambil berteriak ketakutan.

Sontak Felix pun langsung memeluknya dan dibalas oleh ibunya. Ia langsung menangis dengan kencang. Kini Nyonya Lee itu semakin bingung apa yang telah terjadi dengan anaknya.

"Mama, hiks... Aku barusan dapet mimpi buruk, hiks... A-aku ketemu, hiks... sama diri aku sendiri yang udah meninggal dan hiks... Mama juga dibunuh sama pria misterius, tapi gak tahu siapa..."

Felix melanjutkan kegiatan menangisnya sambil memeluk ibunya lebih erat. Sedangkan Nyonya Lee semakin tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

"Mungkin Felix hanya bermimpi buruk, aku yakin pasti itu wajar."   Kata Nyonya Lee dalam hati.

"Kamu jangan takut ya. Mama yakin mungkin itu semua cuman mimpi dan gak akan pernah terjadi di dunia nyata. Oke? Udah kamu jangan nangis lagi, ya."   Katanya mencoba menenangkan sang anak.

Felix melepaskan pelukannya. Kini wajahnya memerah dan matanya sembab. Kalau benar hanya mimpi kenapa mimpi itu terasa sangat nyata?

Lalu Felix tak sengaja menangkap sosok anak laki-laki dari luar jendela kamar rumah sakit. Anak kecil itu, tengah berdiri di sana sambil tersenyum manis. Tapi tak semenyeramkan tadi.

Anak kecil itu, adalah dirinya sendiri dari satu tahun kemudian. Atau lebih tepatnya adalah arwahnya...






































Takut, itu manusiawi. Tapi kau harus bisa mengendalikan rasa takutmu itu. Semua tak akan berakhir hanya dengan menangis sambil meringkuk ketakutan, kau harus berani melawannya!

The Past | ChanLix [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang