-Seventh-

166 23 21
                                    

"Cepat cari kunci itu, jika tidak maka kau akan dibunuh!"

"Felix, kau dengar aku, kan? Jangan diam saja, ayo cepat. Ajalmu akan datang sebentar lagi!"

"Enggak! Aku gak mau cari kunci itu, aku gak akan dibunuh, kamu pasti bohong!"

"Kamu gak percaya sama aku? Terserah, tapi suatu saat kamu pasti bakal sadar kalo ucapanku ini bukanlah kebohongan, kau dan Mama akan dibunuh oleh-"

"Tolong diamlah! Aku tidak ingin mendengarnya lagi!"

Felix terbangun dengan nafas yang tersenggal-senggal. Keringat bercucuran di mana-mana, serta kedua matanya yang berkaca-kaca menggambarkan ketakutan.

Tapi ternyata, ia berada di tempat itu lagi. Sebuah kamar yang pernah ia mimpikan waktu itu. Ia ketakutan, ia trauma, ia tak mau mendengar ataupun melihat kejadian itu lagi.

"Lagi, sudah kesekian kalinya aku bermimpi buruk. Dan lagi-lagi kamar ini selalu ada di mimpi burukku."

Ia memutuskan untuk bangun dari ranjang yang ia gunakan tidur tadi lalu keluar dari kamar tersebut.

Saat sedang berjalan di tangga, Felix langsung kembali ke atas dan bersembunyi di balik tembok karena tak sengaja melihat ada orang di lantai bawah.

"Wah! Jadi ini rumah kita di Korea? Luas sekali!"   Terdengar suara teriakan takjub seorang anak kecil di bawah sana.

Felix mencoba untuk melihat ada siapa di sana. Dan ia sangat terkejut ternyata anak kecil itu adalah dirinya sendiri, dan ada kedua orangtuanya juga di sana.

Terlihat, dirinya yang lain berlari-larian kecil menyusuri ruangan dengan riang. Ada kebahagiaan dari wajah pucatnya.

"Felix, jangan lari-larian nanti kau jatuh."

"Hehe, sorry Mom."

"Yongbokie, ingat kau belum sembuh total. Kau tidak boleh sampai kelelahan."

"Iya, Papa. Aku dengar dan aku tahu. Lagipula aku sudah tidak berlari lagi."   Jawabnya sambil mengerucutkan bibirnya lucu.

"Kemarilah agar kau tidak kelelahan."   Kata sang ayah sambil meretangkan kedua tangannya.

Lalu Felix pun langsung berlari ke arahnya dan langsung digendong oleh sang ayah.

"Hey! Di mana kau membeli lukisan ini?"   Tanya sang ibu sambil memandang sebuah lukisan di dinding.

Donghae berjalan mendekat ke arah Yoona yang sedang memperhatikan lukisan tersebut, tak lupa dengan Felix yang sedang digendongnya.

"Owh, lukisan itu. Itu pemberian dari temanku, Taemin. Kau ingatkan?"

"Owh, Taemin. Tentu saja, dia tinggal di Korea juga, kan?"

"Hm, tapi di Seoul. Jauh dari sini, jika kita ke sana juga percuma dia jarang ada di rumah, begitu juga dengan istri dan anaknya."

"Ya sudahlah, apa boleh buat. Kapan-kapan saja kita ke sana."

"Ehm, Pa. Kenapa lukisannya sangat seram? Aku takut, dia seperti sedang memperhatikanku."

"Jangan takut, itu hanyalah lukisan."

"Salahmu sendiri memasang lukisan seram seperti ini."

Lalu semuanya menghilang, membuat Felix yang sedang bersembunyi semakin terkejut. Semuanya berwarna putih kosong dan tak ada apa-apa serta tak ada siapapun di sekitarnya.

Membuatnya kembali bertanya-tanya dalam hati, serta merasa semakin ketakutan sekarang.

"Felix..."

The Past | ChanLix [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang