-Tenth-

100 17 6
                                    

"Selamat pagi Yongbok."

Felix langsung mendongak saat mendengar suara sahabat barunya di ambang pintu kamarnya.

"Kak Chris!"

"Bagaimana kabarmu?"   Tanya Chris sambil berjalan ke arah Felix.

Felix mengangguk dengan lucu. "Aku baik, sangat baik. Bagaimana denganmu, Kak?"

"Aku juga baik. Kau sudah makan?"

"Sudah, baru saja se-"

"Owh, hei. Kau Chris, kan?"   Sapa Yoona setelah masuk ke dalam kamar dan mendapati Chris sedang ada di sana.

"Ehm, iya aku Chris."

"Aku sangat senang kau sudah menjaganya beberapa hari yang lalu."

"Itu bukan masalah. Lagipula aku juga tidak punya banyak teman di sini, bisa menemani Yongbok sudah membuatku sangat senang."

"Aku harap Yongbok kecil kita ini tidak nakal."   Kata Yoona sambil mencubit pipi tembem Felix.

"Haha, tidak. Dia sangat manis."   Jawab Chris ramah.

Sedangkan Felix yang merasa menjadi obat nyamuk di sana pun hanya mengerucutkan bibirnya. Dia kan juga ingin diajak mengobrol.

"Baiklah, karena kau sudah ada di sini dan.. Kau sudah menjenguk ibumu, kan?"

"Sudah dan dia juga sudah tertidur."

"Ya sudah, kau bisa bermain dengan Yongbok sepuasmu. Dan kau Yongbokie, jangan nakal pada Kak Chris, okay?"

"Siap Mama!"   Felix menjawab sambil mengangkat sebelah tangannya, seperti hormat.

Lalu Yoona pun tersenyum ke mereka berdua sebelum pergi dari ruangan memberikan kebebasan kepada dua anak kecil tersebut.

"Apakah kau masih suka bermimpi aneh atau buruk?"   Tanya Chris kemudian setelah Yoona pergi.

"Hm, terkadang. Tapi tidak selalu buruk, hanya tidak masuk akal saja."   Jawab Felix. "Dan kemarin, aku tak tahu itu mimpi atau tidak aku melihatnya ada di depanku saat aku akan tidur. Oh ya ampun aku bahkan belum tertidur saat itu."

"Siapa orang itu? Orang yang selalu ada di mimpimu?"

"Iya. Arwah diriku sendiri dari satu tahun kemudian."

"Kamu ketemu sama arwah diri kamu sendiri dari satu tahun kemudian? Aku harap kamu gak mengkhayal."

"Mengkhayal? Enggak Kak, aku gak pernah mengkhayal. Mimpi itu bukan sembarang mimpi itu pertanda. Pertanda kalau, tahun depan aku akan dibunuh dan..."

"Itu aneh, Yongbok. Kau bermimpi aneh bahkan buruk, itu wajar. Tapi kalau kau melebih-lebihkan mimpi itu sampai terbawa ke dunia nyata itu namanya tidak wajar. Kau berhalusinasi berlebihan karena kau terlalu sering bermimpi buruk atau aneh."   Kata Chris mencoba berpikir secara logis. "Dan kau tadi bilang, kau akan dibunuh, tahun depan? Takdir dari Tuhan tidak ada yang tahu, kita hanya manusia biasa."

"T-tapi, itu nyata Kak. Kau tidak tahu karena kau belum pernah mengalaminya! Aku harus mencari kunci waktu itu sebelum aku pergi."

"Aku tanya padamu. Apa yang dia, maksudku arwahmu dari masa depan itu inginkan? Kenapa dia tidak pergi ke Surga dan malah kembali ke masa lalu? Dan bagaimana mungkin arwah bisa kembali ke masa lalu? Itu di luar logika manusia."

"Yang dia inginkan jasadnya dan jasad Mama ditemukan lalu dikubur dengan layak, dan pembunuhnya ditangkap, hanya itu. Dia tak pernah ingin merubah takdirnya, itulah yang dia katakan padaku."

"Apakah dia bisa diper-  Tunggu dulu, Mama? Kau dan, Tante Yoona juga? T-tidak tidak, kau pasti hanya berhalusinasi, Lee Yongbok."

"Kenapa kau tidak mempercayaiku, Kak? Yang kukatakan itu benar adanya, sesuai dengan apa yang kulihat dan kudengar. A-aku juga tahu apa yang akan terjadi dengan Mamamu, Kak..."   Jawab Felix yang diakhiri dengan lirihan.

"Sungguh? Memang apa yang akan terjadi?"

"Beberapa bulan, mungkin sekitar dua atau tiga bulan lagi. Penyakitnya semakin parah dan dia tidak bisa ditolong."

Jleb

Chris terkejut bukan main dengan apa yang Felix katakan. Chris berpikir dia hanya berhalusinasi saja, tapi... Kenapa ia juga tahu masa depan ibunya?

"Kau pasti bercanda."

"Tidak, itu nyata. Aku sendiri yang melihatnya di mimpi-"

"Itu hanya mimpi, Yongbok. Dan akan selalu menjadi mimpi! Kenapa kau membawa-bawa mimpimu itu ke dunia nyata dan berpikir itu adalah pertanda dan benar-benar akan terjadi nanti?! Kenapa? Apa yang sedang kau pikirkan?! Jangan bersikap seolah-olah kau tahu masa depan, Yongbok! Kau bukan Tuhan!"

"Hiks.. Kenapa kau membentakku? Aku memang bukan Tuhan tapi... A-aku tidak sedang berbohong sekarang..."   Felix mencoba menahan isakannya walaupun air matanya sudah mengalir.

"Kau boleh mengkhayal sesukamu dan menganggap mimpi-mimpimu adalah pertanda masa depan atau sebagainya. Tapi jangan bawa-bawa ibuku dalam khayalanmu itu! Kau mengerti, kan?!"

Felix mengangguk. Setelah itu Chris yang masih sangat emosi itupun memilih untuk keluar dari ruangan tersebut. Meninggalkan Felix yang tengah terisak-isak di sana.

Chris berlari-lari di sepanjang koridor rumah sakit. Mengabaikan orang-orang di sekitarnya yang bingung melihatnya berlarian sambil menangis. Ia tidak peduli, ia hanya ingin menenangkan pikirannya sejenak. Semua ini membuatnya frustasi.

Sedangkan Yoona hanya kebingungan melihat Chris menangis sambil berlari di koridor, dan Felix sendiri menangis sesenggukan di kamar. Yang Yoona pikirkan hanyalah mungkin Chris dan Felix habis bertengkar biasa layaknya anak kecil, itu sudah sangat wajar, kan?

Di sisi lain ada seorang anak laki-laki yang melihat semua itu di pojok kamar VIP Felix sambil tertunduk sedih. Yang ia lakukan ini bukan kesalahan besar, kan? Semua ini tidak akan ada dampaknya, kan?




































Dengarkan kata hatimu dan cobalah menerima kenyataan dengan lapang dada.

The Past | ChanLix [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang