Start🍀

303 21 0
                                    

Setelah melalui banyak pekerjaan yang melelahkan di luar kota. Akhirnya Yoongi bisa kembali ke apartment Jimin meski sudah tengah malam. Ia terlambat, dirinya berjanji pada Jimin akan datang sebelum makan malam. Tapi nyatanya saat ini pukul 1 pagi dirinya baru kembali. Dilewatinya meja makan yang berisi penuh makanan yang sudah disiapkan Jimin untuk menyambut Yoongi. Ada rasa bersalah yang begitu dalam di hati Yoongi. Yang pertama karena dirinya terlambat untuk pulang dan menggagalkan rencana makan malam bersama, dan yang kedua karena saat ini Jiminnya sedang meringkuk di kamar , menangis disudut ruangan kamarnya.

Yoongi perlahan mendekati Jimin yang masih menggegam kedua kakinya dengan kedua tangannya, memposisikan dirinya meringkuk menutupi semua wajah cantiknya agar tidak terlihat sedang menangis. Kondisi sekitar Jimin berantakan, dan kacau.  Jika Yoongi boleh menerka, pasti Jimin tidur berjalan lagi.

Yoongi mengulurkan tangannya untuk meraih kepala Jimin. Memaksa kedua wajahnya untuk terangkat dan menatap kearahnya. Awalnya dia menolak dan menggelengkan kepalanya. Tapi Yoongi mengusap kepalanya perlahan dan kembali meraih wajah Jimin.

"Hey,sweetie. what happend here? kamu kumat lagi? Ada apa sayang?"

Yoongi berkata sambil menatap kedua netra yang sendu dan berwarna kemerahan karena sehabis menangis itu. Jimin selalu cantik apapun keadaannya. Tatapan sendunya menyiratkan kesedihan yang mendalam. Yoongi masih belum mengerti apa yang terjadi disini.

"Kmu masih ga mau ngomong ada apa?"

Yoongi kembali mengajak Jimin berbicara, karena sejak tadi. Lelaki kecil itu hanya diam dan mengeluarkan sedikit air matanya.

"Yoon....mm-aaaf" Balas Jimin terisak.

Yoongi menangkup kedua pipi Jimin, menunggunya untuk berbicara lagi.

"A-aaku belum sembuh. Aku masih suka banting barang, hancurin perabotan, bahkan aku ga tau apa aja yang udah aku lakuin."

Jimin menjeda kalimatnya sebelum kembali melanjutkan.

"Maaf, kamu selalu direpotin sm aku. Maaf aku nyusahin, maaf kamu dapet aku yang aneh gini. Maaf aku manja, aku selalu bergantung, aku ga bisa apa-apa. Maafin aku Yoongi." Jimin berkata dengan tangisannya yang pecah menumpahkan segala kegundahan yang dia alami.

Yoongi meraih tubuh Jimin, membawanya untuk duduk dipangkuannya ditepi ranjang. Yoongi menatap kedua netra Jimin, memberikan seluruh afeksinya untuk kekasihnya. Mengusap pelan pipi tembamnya, memberikan ketenangan peda lawan bicaranya sebelum ia memulai membuka pembicaraan.

"Sweetie, dulu bukannya kita udh pernah bahas ini ya? Waktu pertama kali aku bawa kamu ke dokter Woo . Waktu kamu takut dan ragu , kan aku yang nawarin dia nemenin kamu sampe sembuh. Kan aku yg bersedia menjadi penguat buat kamu, aku yg emang mau bareng bareng terus sama kamu sampe sembuh. Aku ga pernah sama sekali mikir kamu ngerepotin aku atau kamu cuma ngebebanin aku. Emang aku keliatan kayak terbebani ya?"

Jimin menggelengkan kepalanya cepat. Bukan maksud dirinya menuduh Yoongi terbebani. Tapi ia hanya sadar diri bahwa selama ini Yoongi telah banyak berkorban untuknya tetapi dirinya tidak pernah memberikan apapun untuk Yoongi.

"Kamu ga harusnya mikir gitu, toh aku juga pacarmu, aku bahkan mau kamu jadi masa depanku. Aku sayang kamu, cinta kamu. Aku ga ada pikiran buat ninggalin kamu,sweetie."

Kalimat yang diberikan Yoongi pada Jimin seakan menjadi obat untuk kegelisahannya. Seharusnya dirinya tidak berpikir kekanakkan seperti ini. Seharusnya dia percaya bahwa Yoongi pasti akan mendampinginya dan akan selalu bersamanya melalui ini semua. Bodoh. Jimin merutuki dirinya sendiri dalam hati.

"I love you Yoon, You know?"

"I know."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Teman Tidur [ YOONMIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang