Jimin berdiri dengan gugup didepan sebuah pintu berwarna coklat bertuliskan "Ruang Rektor". Dirinya masih mencoba mengatur nafasnya naik turun agar lebih rileks sebelum memasuki puncak ketegangan yang sebentar lagi akan menyelimutinya. Hari ini, dirinya dipanggil oleh Rektor untuk membahas perihal perubahan tema project kompetisi nasional yang 4 bulan lagi akan dilaluinya.
Jimin bersiap mengetuk pintu dihadapannya sesaat sebelum tiba-tiba pintu terbuka dari dalam. Menampakkan sosok yang sudah sangat dikenalnya. Yoongi. Ia muncul dari dalam ruang rektor dengan wajah yang kusut dan sedikit menahan emosi. Raut muka tidak sukanya terlihat jelas. Jimin sangat hafal perangai kekasihnya itu, pasti ada sesuatu yang mengganggunya.
Yoongi hanya menatap diam kearah Jimin yang juga sama diamnya."Jimin." Panggil Yoongi.
Jimin mengangkat kepalanya ke arah mata Yoongi, untuk menanggapi panggilannya.
"Iya Pak?" Jimin berusaha bersikap profesional seperti biasanya bila sedang berada di kampus."Apapun yang akan kamu dengar di dalam, tolong hati-hati ya? Maaf saya sepertinya sudah terlalu jauh melibatkanmu dalam urusan saya. Tapi saya berani menjamin bahwa kamu akan baik-baik saja." Yoongi membalas Jimin sama formalnya.
Setelah mengucapkan itu, Yoongi langsung berlalu dari hadapan Jimin. Jimin masih membeku, tak mengerti apa yang dimaksud Yoongi. Ia hanya berharap,semoga semua akan baik-baik saja. Jimin kemudian mengetuk pintu coklat itu kembali beberapa kali, sampai akhirnya seseorang membukanya dari dalam. Pak Seokjin. Ternyata beliau ada di ruangan rektor juga bersama Yoongi sedari tadi.
Masih dengan kebingungannya, Jimin masuk ke dalam ruangan yang terasa dingin akibat AC di dalam ruangan itu yang suhunya begitu kecil.
"Ikut saya, rektor sudah menunggu." Ajak Seokjin.
Jimin hanya mengekori Seokjin.Di dalam ruangan ini, ada lagi ruangan kecil yang sudah Jimin perkirakan bahwa rektor ada disana. Seokjin membuka pintu ruangan itu, dan masuk ke dalam. Tentu saja diikuti Jimin.
Benar saja, pria paruh baya dengan perawakan tinggi tegap, dengan setelan jas hitamnya terlihat duduk manis di meja kerjanya. Matanya berbinar melihat kehadiran Jimin. Jimin merasa seperti sedang diberi sebuah sambutan hangat, walau sebenarnya ini cenderung dingin."Jimin, akhirnya kita bisa ketemu ya?" Pria itu tersenyum dan mengajak Jimin berjabat tangan.
Jimin tersenyum dan membalas tangan itu.
"Saya rektor di kampus ini, saya Gong Yoo. Panggil saja Pak Yoo." Pria itu tetap tersenyum sumringah.
Jimin mengangguk dan membalas senyuman itu lagi.Seokjin menyuruh Jimin untuk duduk disebelahnya, menunggu Pak Yoo berbicara. Saat ini,beliau sedang sibuk berkutat dengan komputer yang ada di mejanya. Jimin sangat bingung,banyak hal yang ingin dia tanyakan. Tapi ia tidak tahu harus bertanya pada siapa. Kedua tangannya saling bertaut, bibirnya ia kulum. Menahan gugup.
Seokjin yang menyadari keadaan lelaki kecil disebelahnya langsung mengulurkan tangannya pada bahu Jimin, "Jimin, ga usah tegang. Bukan mau sidang kok." Jin berkata dengan sedikit tertawa, berusaha menghibur Jimin namun tidak berarti apa apa untuk Jimin. Ekspresi Yoongi dan perkataan Yoongi tadi sebelum dirinya masuk ke ruangan ini bergema dikepalanya. Otaknya terus dipaksa untuk berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tidur [ YOONMIN ]
FanficTidur adalah hal yang paling menenangkan. Setelah beraktifitas, tubuh kita perlu tidur. Tapi, apa jadinya bila Min Yoongi, mendapat jodoh mahasiswa di kampus tempatnya bekerja. Seorang primadona kampus bernama Park Jimin. Yang sebenarnya tidak se s...