BSGP---01

106K 4.6K 123
                                    

Mau baca? Yaudah baca aja.
Tapi nanti kalo udah nyampe bawah
Klik tombol bintang, bukan subscribe. Kan gaada, apalagi tombol lonceng. Eittsss
jangan khawatirrrrr  ada tombol komennn:).

______

Duduk termangu di atas balkon kamar, merasakan setiap angin malam yang berhembus menerpa tubuhnya. Pikirannya selalu melayang dimana kejadian yang tak pernah terbesit di otaknya, mengapa harus ia? Mengapa harus ia?  Hanya itulah yang dapat diucap di batinnya. Menjadi apakah dia setelah bundanya tau betapa kotor anaknya ini.

Membayangkan setiap pergerakan yang terjadi saat malam itu membuat ia tersenyum sinis, sebodoh itukah ia? Sampai-sampai menjaga kehormatannya saja tidak bisa.

Bahkan ia hanya sekedar tau nama saja dari lelaki itu. Tak pernah bercakap-cakap sebelumnya. Karena mereka satu sekolah.

Terlalu sibuk dengan pemikirannya, ia pun terlonjak kaget saat seseorang ikut duduk di sebelahnya.

"Al" panggilnya.

"Eh! Iya bund, Al sampe kaget" ujar Alleira

"Kamu kenapa dari tadi pulang sekolah kok nggak turun? Nggak laper kamu?" Tanya Rumi- Bunda Alleira.

"Nggak papa bund, cuma kepikiran habis ini mau ke perguruan tinggi mana,"alibinya

"Oh, turun dulu yuk makan malem, ntar sakit loh kalo nggak makan."

"Yuk!" seru Alleira sembari berdiri, kemudian ia merangkul bahu bundanya yang juga ikut berdiri.

_______

"Weh Dev, lo waktu itu ikut ke pestanya Kanaya kan?" Tanya Yoga, salah satu teman Devan.

"Hmm, kenapa?" Balas Devan.

"Enggak apa-apa sih cuma nanya aja, soalnya waktu itu gue cuma sesekali liat lo." Devan hanya ber-oh ria mengggapi temannya.

Saat ini mereka sedang berkumpul di apartemen milik Arkan. Memang, mereka selalu berkumpul di setiap malamnya. Palingan juga kalo malem Jumat enggak kumpul, soalnya kata mereka mau yasinan bareng. Ehh tapi gatau sih, lain dimulut lain di hati, siapa tau aja mereka mau ngepet:)

"Woellah si Arkan bikin minum lama banget kek perawan dandan," celetuk Nethan yang baru saja menang game.

"Sabar goblok, Lo kira gue nyewa Naruto gitu, biar ada seribu bayang," timpal Arkan  yang berasal dari dapur dan ternyata sudah selesai.

"Gosah bawa Naruto bisa?! Dia udah tenang di alam sana," sahut Ebizar.

"Nahh bener nih yang dibilang ustad Ebizar Fernandes, Naruto udah tenang di alamnya." Yoga gamau kalah, dia juga menyahuti omongan mereka

"Lo ngelayat ke rumah Naruto?" Tanya Devan yang sedari tadi hanya mendengarkan saja.

Gelak tawa akhirnya meledak juga, mereka tak habis pikir, bagaimana bisa seorang Devan menanyakan hal seperti itu

Jengah dengan teman-temannya, Devan memilih pergi ke rooftop apartemen ini. Sesampainya di sana, ia ditemani oleh kesunyian. Kemudian ia berdiri di depan tembok pembatas yang tingginya menyamai dadanya.

Berandal school is a good PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang