4 • Setidaknya Kita Perlu Perkenalan

312 92 147
                                    

Hawa ruangan berubah canggung. Mereka tidak sadar diperhatikan sejak tadi. Hei, rekan-rekan mereka ini orang dewasa yang peka dengan sekitar. Apalagi terhadap perubahan sehari semalam seperti ini.

Apa mungkin terjadi sesuatu antara mereka? Entahlah, belum ada yang berhasil memastikan mengenai hal tersebut.

🌹🌹🌹

Di bawah seberkas cahaya lampu jalan wilayah minimarket, blazer yang dikenakannya ia eratkan. Selain karena waspada tengah sendiri, gadis itu berusaha menghangatkan tubuhnya.

Deru mobil yang sepertinya ia kenal berhenti tepat di depannya.

"Maaf udah nunggu lama. Aku takut mereka curiga, jadi aku sengaja keluar agak lama."

Azzura menegakkan punggungnya yang sempat tersandar ke tiang lampu.

"Aku ngerti, kok." Kakinya melangkah menuju kursi penumpang belakang.

Ya, tanpa jam lembur, hari ini seharusnya kantor telah ditutup lima belas menit yang lalu. Namun semenjak Azzura keluar dari sana, mata-mata karyawannya malah mencuri pandang ke arahnya. Belum lagi, tak sengaja ia dengar nama Azzura disebut-sebut dalam obrolan.

Dari sanalah, Ray langsung memberi kabar dadakan pada Azzura terkait alur kepulangan keduanya.

"Hari ini aku mandinya di luar, Ray. Jadi kamu bisa pakai kamar mandi kamu."

Sesampainya di rumah, Azzura meletakan tasnya di sofa ruang tamu. Seolah tak mengatakan apa-apa, ia melanjutkan pekerjaannya di dapur.

"Eh?"

"Ray gak dengar? Perlu aku ulang?" Bukan, bukan. Azzura tidak sedang marah, ia bertanya baik-baik.

Cengingisan, sang pemilik apartemen langsung mengusap lehernya. Salah tingkah.

"Aku dengar, kok. Em ... aku izin masuk ke kamar duluan kalau gitu."

Alisnya berkerut, sempat-sempatnya menoleh ke arah Ray. Tumben sekali gelagatnya sedikit aneh-meski jika dipikir, Ray memang agak ajaib, sih.

Pandangan Azzura kembali ke pekerjaannya, sedangkan Ray menatap punggung gadis itu.

Daun pintu kamar Ray terbuka. Sebelum mandi, ada sedikit hal yang akan ia lakukan. Mungkin lebih baik ia kerjakan sekarang saja.

🌹🌹🌹

"Ray, makanan kamu sudah di meja." Azzura mengingatkan Ray untuk makan malam. Tidak mendengar suara Ray dari dalam sana, Azzura melanjutkan kegiatannya merapikan dapur yang ia tinggalkan karena gerah dan lelah. Tak perlu waktu lama, ia menyelesaikannya seorang diri.

"Azzura."

Baru saja ia melandaskan tubuhnya di kursi makan, pandangannya terhalang oleh selembar kertas. Oh, rupanya Ray tak tau dari kapan sudah terduduk di ruang makan. Mungkin semenjak ia di dapur tadi.

"Get to know me better." Mulut sang gadis melafalkan kata-kata yang tertulis di kertas pemberian Ray.

Dahinya berkerut, "maaf, ini untuk apa?"

Helaan napas ringan terdengar jelas.

"Aku terlalu terburu-buru waktu pertama kemarin membuat kamu terjebak di alur ini. Kamu juga gak akan nyaman kerja sama aku kalo gini terus, so ..." Ray menyunggingkan bibirnya pelan, sementara Azzura masih setia menantikan kelanjutan kalimat tersebut.

"Setidaknya kita perlu perkenalan, bukan?"

Geraknya terpaku, jantungnya berpacu. Azzura tidak menyangka Ray memikirkannya sejauh itu.

La Vie en Rose | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang