18 • Tamu Tak Diundang

208 60 136
                                    

Apa pun yang tersisa untuk disembuhkan atau dipecahkan dari masa lampau, mau tak mau akan kembali muncul ke permukaan.

Ray dan Azzura tidak dapat terus mengelak.

Hari itu, berbagai perasaan yang tersampaikan tanpa kata. Secercah kehangatan yang menjalari sanubari yang pernah ragu.

Perasaan itu cukup untuk mereka terus bergerak maju.

🌹🌹🌹

Ruangan kantor masih kosong saat Carina menginjakkan diri di tempat kerjanya. Pagi ini, Carina datang paling awal dari anggota Larose yang lain.

Jujur saja, dirinya agak malas menjadi orang yang harus menyampaikan berita penting untuk beberapa hari ke depan ini. Namun, sebagai anggota terlama Larose sekaligus gadis kepercayaan kedua Rayen di Larose Publishing–setelah Azzura pastinya–ia akan menjalaninya sebaik mungkin.

Beberapa menit kemudian, hampir seluruh anggota Larose Publishing menduduki posisinya. Rion juga sudah duduk di kursi kosong dekat meja Ray.

Melenggang dari kubikelnya, Carina menuju ke meja kerja Ray. Karena letaknya di bagian depan-tengah ruangan, suaranya akan terdengar jelas dari sana.

"Semua, aku mau kasih pengumuman penting sebentar."

Otomatis, seluruh pandang tertuju ke sumber suara.

"Aku di sini dititipin pesan oleh Ray untuk handle Larose sementara dia cuti."

Belum sampai semenit, desas-desus sudah tertengar seantero ruangan.

"Rayen cuti?"

"Bukannya Azzura juga lagi izin, ya?"

"Eh? Serius? Bisa pas, ya."

"Apa mereka beneran ada sesuatu yang kita gak tau? Kak Rayen dan Kak Azzura emang suka keliatan akrab gitu, sih."

Carina membuang napas panjang. Ya, benar-benar seperti yang ia bayangkan.

"Udah, jangan gosipin hal yang belum tentu benar. Mana bos sendiri pula."

Sahutan langsung menyambar dari salah satu staf laki-laki di meja terdepan.

"Tapi, kamu juga liat, 'kan, Rin? Mereka deket banget, loh."

"Ray juga deket sama kita semua. Udah, oke?" tukas gadis itu skeptis.

Tolong, jangan paksa untuk jelasin lebih dari itu. Aku harus bilang apa coba? 'Kan gak mungkin cerita juga! Kepalanya mulai berdenyut.

"Biasa kamu yang semangat kalau ginian, Rin. Atau jangan-jangan kamu tau sesuatu, ya? Bagi-bagi info, dong."

Ia memijat pangkal hidungnya. Lelah. "Kalian ini .... "

"Em, maaf interupsi sebentar, ya."

Carina terheran. Tiba-tiba Rion ikut berada di sampingnya, memintanya untuk berbagi tempat berdiri.

"Ray kemarin ada bilang dia ada urusan keluarga. Jadi tolong jangan langsung bikin spekulasi tentang Ray dan Azzura." Tak lupa, Rion mengakhirinya dengan wajah semanis mungkin.

Entah sihir apa yang Rion pakai, situasi mendadak kondusif. Kebanyakan dari mereka langsung mengiyakan lantas kembali fokus bekerja. Oh, jangan lupakan senyum malu-malu di wajah para gadis.

Carina memutar bola mata malas.

Giliran Rion nurut semua. Dasar!

Diajaknya Rion menuju ke sisi kerjanya.

La Vie en Rose | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang