8 • Perempuan yang Sama Seperti Dulu

305 82 202
                                    

Dari layar ponsel yang ternyata milik Ray, ada pesan masuk baru. Dahinya mengernyit, ada perasaan tak suka sekaligus penasaran ketika matanya membaca nama yang tertera di bagian atas notifikasi. Dikembalikan ponselnya, tersisa rasa ganjal di dadanya.

Hana.

Nama itu siapa?

🌹🌹🌹

Ketika mentari perlahan naik ke permukaan, sepasang muda-mudi yang sudah bangun semenjak tadi ini telah siap menikmati sarapan. Beruntung bagi Ray dan Azzura, setelah pulang malam kemarin keduanya bisa bangun sedikit lebih siang karena hari ini memang jadwal kosong.

"Makasih." Seperti biasa, Ray menikmati sepiring nasi goreng buatan Azzura.

Sejauh ini, Azzura akui dia sudah terbiasa dengan segala rutinitasnya dengan pemuda itu. Setidaknya ini membuatnya agak lebih rileks.

"Sama-sama," timpalnya sembari ikut menyantap sarapan.

"Oh iya, kamu hari ini ada mau pergi gak?" tanya Ray.

Menimang-nimang kegiatan yang bisa ia lakukan hari ini, Azzura tersenyum singkat.

"Tidak harusnya. Memangnya kenapa?"

Pemuda itu mengangguk singkat, "gak apa. Aku nanya aja, sih."

Dikarenakan kurangnya bahan pembicaraan, keduanya memilih menyelesaikan makan dalam diam. Azzura yang telah selesai kemudian segera menuju dapur.

"Aku beresin juga sekalian, ya." Tangannya mengambil piring kosong di hadapan Ray.

"Iya, makasih."

Sementara gadis itu berkutat di dapur, Ray memutuskan menuju ke kamar. Dari tadi, ia belum memeriksa ponselnya sama sekali.

Kembali ke ruang tamu dengan ponsel di genggamnya, Ray mengetikkan beberapa angka di papan ketik. Dahinya sedikit berkerut kala menyadari keberadaan notifikasi dari seseorang kemarin malam. Ia berasumsi mungkin pesan tersebut dikirimkan ketika ia sudah tidur.

Mengetahui nama kontak yang tertera di sana, dibuka dan dibacanya seakan itu pesan bersambung dari SMS beberapa hari lalu.

Hana
Aku pulang.

Kontak baru telah ditambahkan.
(+62) 812 7942 1xxx disimpan sebagai Hana.

[ Pesan yang belum dibaca ]

Hana
Semoga kamu masih mau ketemu aku.
Bisa kita ketemuan?

Jujur Ray ragu membalas pesan itu. Ada sesuatu yang masih tertahan di hatinya, menyebabkan segala keraguan untuk kembali dengan perempuan itu. Namun, meski tidak ada apa pun lagi di antara mereka, mau bagaimana pun Ray tetap harus menyikapinya seperti biasa.

Jemarinya bergerak cepat mengetikkan pesan super singkat yang dibalas begitu cepat oleh Hana.

Di mana?

Hana
Aku kirim lokasinya, ya.

Beberapa saat kemudian, ia langsung menerima sebuah alamat dari Hana.

Ia berpindah posisi menuju kamarnya. Kakinya mulai bergerak mendekati lemari pakaian. Sempat menimbang-nimbang beberapa kandidat pakaian, pilihannya jatuh ke sweater tebal favoritnya yang ia padukan dengan celana bahan berwarna putih.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
La Vie en Rose | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang