Tengah malam sudah tapi kantuk tak kunjung menerpa. Setelah aku dan Haneul menghabiskan waktu bersama, dia bilang butuh istirahat dan harus segera ke kamar. Aku tidak bisa mencegah meskipun teramat ingin berbicara banyak dengannya.
Aku masih terduduk di sofa, di lobi gedung trainee. Haneul meminjamkan sebuah novel yang katanya alur ceritanya sangat menarik. Aku membukan novel bergenre romance tersebut. Namun, aku hanya membalikkan halaman demi halaman, tidak membacanya. Entah tiba-tiba saja mood-ku hilang. Padahal biasanya aku bisa menamatkan satu novel hanya dalam satu hari.
Violin mengalunkan nada indahnya samar-samar. Aku menajamkan pendengaran, memastikan yang aku dengar ini adalah benar. Novel yang sedari tadi aku pegang beralih tempat di atas meja. Semakin penasaran, aku beranjak dari sofa.
Sudah pernah kukatakan 'kan kalau trainee di sini diberi kebebasan? Ya, benar-benar diberi, sampai-sampai malam hari pintu utama gedung tidak terkunci. Tapi kalau dipikirkan kembali, tidak akan ada orang jahat yang akan masuk. Bangunan ini 'kan di tengah hutan. Sudah cukup, aku tidak mau ambil pusing. Lantas segera aku berjalan keluar untuk mengetahui dari mana suara itu berasal.
Baru beberapa langkah keluar dari gedung, bunyi violin terdengar lebih jelas. Saking jelasnya, sudah kupastikan sang violinist membawakan lagu Sweet Night milik Kim Taehyung.
Perlahan langkahku sampai di taman, di mana siang tadi aku bersama Jay. Ternyata ketika malam hari suasana taman jauh lebih indah. Cahaya warm white dari lampu bersinar cantik bak bulan yang memancarkan sinarnya redup.
Pupil mata terus menyapu tempat lambat-lambat. Tidak sengaja akhirnya aku menemukan gazebo yang tersembunyi. Aku terus berjalan, mencoba lebih dekat. Bangunan tersebut memiliki ruang yang cukup luas. Terdapat meja beserta sofa serta barang pelengkap lainnya yang berlindung di bawah atap. Kain putih serta tumblr menambah kesan romantis.
Terpaku membisu. Aku menyaksikan laki-laki yang mengenakan hoodie berwarna ivori tengah bermain violin. Tangan kirinya menggenggam kuat leher violin. Sementara satu tangan lainnya bergerak mahir menggesekkan antara dawai dan bow. Dia sesekali memejamkan mata, hanyut dalam permainan melodinya.
Getaran dawai menghasilkan suara yang membuat hati menggeletar. Bagiku, tidak semua alat musik menghasilkan nada yang sesempurna itu. Speechless, aku sangat menikmati penampilannya.
Tidak lama Jake menyelesaikan lagu yang dia mainkan. Antusias, aku bertepuk tangan riang. Ulahku ini membuatnya sangat terkejut.
"Wow," seruku. Aku berjalan di atas jalan setapak, mendekatinya dengan senyum yang tak pernah melebur. Melihatku, dia akhirnya ikut tersenyum manis. Violin yang telah dia mainkan beralih digenggaman, tidak lagi bertumpu pada bahu.
"Permainan Kak Jake bagus banget," pujiku tepat dihadapannya.
"Makasih."
Selalu saja, kala melihat senyum tulus itu hatiku menjadi lebih nyaman. Segala beban, pikiran dan masalah seketika menghilang. Apakah ada orang selain dia yang hanya melihat senyumnya bisa senyaman ini?
"Tidur lo keganggu ya?" tanya Jake tiba-tiba.
"Tau bikin orang lain keganggu kenapa main violin tengah malem sih? Sendirian, di luar lagi. Emang gak takut nanti tiba-tiba ada yang nemenin?"

KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 𝐌𝐘 𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌
Fanfiction𝐒𝐄𝐑𝐈𝐄𝐒 𝟏 ↪ 𝐟𝐭. 𝐄𝐍𝐇𝐘𝐏𝐄𝐍, 𝐂𝐡𝐨𝐢 𝐘𝐞𝐨𝐧𝐣𝐮𝐧 "Kak, ini cuma mimpi kan? Ayo jawab!" Mimpi dan kenyataan adalah dua hal yang kadang saling bertentangan. Namun di setiap mimpi akan ada hal baik dan buruk yang bisa dijelaskan. Dan pa...