Jadwal makan siang terlewat begitu saja. Aku mengesampingkan perut yang seharusnya mendapatkan asupan makanan. Alasannya hanya satu, aku tidak bisa makan selagi pikiranku tidak tenang.
Sial, pikiranku kini terbelah menjadi dua. Yang pertama pada Hyejin dan Hana yang tak kunjung kutemukan. Aku sudah bertanya pada trainee lain, namun hanya sia-sia yang aku dapat. Mereka tidak ada yang tahu keberadaannya Hana maupun Hyejin.
Kedua, bayangan Jay terus memutar di ingatanku. Kekhawatirannya menyapa relung hati. Aku kira dia hanya bisa tegas dan meninggikan suara saat bicara. Ternyata salah, sikapnya bisa juga membuatku terenyuh.
"Hai semua," sapa seorang laki-laki yang sangat antusias. Bersamaan dengan itu ada dua laki-laki yang mengekor.
Aku tersentak, kesadaranku kembali dan segera berdiri. Sedari tadi memang aku berada di ruang latihan kedua. Duduk memaku sambil melamun. Sementara yang lain asyik berlatih sendiri dan mengobrol.
"Hi girls, Sunoo imut di sini," sapa laki-laki berhoodie biru tua sambil menebar senyum cerah.
"Hai, gue Jake," sapanya sambil menyunggingkan senyum. Senyum yang sama saat pertama kali aku melihatnya.
"Sunghoon."
Seperti itukah caranya memperkenalkan diri? Aku tidak mengerti mengapa bisa ada orang seperti dia. Tapi untungnya, visual dia tidak kalah dari trainer lain. Jadi tidak ada alasan untukku malas melihat wajah datarnya.
"Kalian juga bisa panggil dia ice prince," cibir Sunoo yang sangat jelas bercanda. Bahkan ia menyengir lebar sampai matanya yang sipit menjadi tidak kelihatan.
Jake sependapat. Dia menanggapinya dengan bertepuk tangan semangat. Sementara Sunghoon tidak peduli dan masih berekspresi datar.
"Have fun aja ya sama kita. Enggak usah dibawa tegang," kata Jake.
"Betul itu," tukas Sunoo. "Ada yang mau ditanya dulu nggak nih? Sebelum kita lanjut ke latihan."
"Kak," interupsi Chaeyoung. "Kita gak tau Hyejin sama Hana dimana. Padahal kita udah cari mereka kemana-mana."
"Santai, mereka ada di gedung depan kok."
"Ngapain?" tanya Yoora tiba-tiba. Dia sama terkejutnya denganku.
"Entahlah, yang penting mereka udah izin."
Bukannya dijawab pasti, Sunoo malah membuat pikiranku kembali berkutat—kalap—memikirkan apa yang dilakukan mereka di sana. Apa mungkin mereka sungguh-sungguh menceritakan kejadian itu? Ah, kumohon jangan sampai.
"Mereka aman. Kalian enggak usah khawatir," pungkas Jake.
Setelahnya, Sunghoon mengambil napas lalu membuangnya tenang. "Di setiap lagu pasti ada maksud dan pesannya tersendiri. Untuk bisa menampilkan yang terbaik, harus di pahami dulu liriknya," paparnya.
"Betul tuh. Mau seberapa hancur mood kalian tetap harus bisa menyampaikan perasaan lagu dengan baik," tambah Sunoo.
"Kak, boleh tunjukin gimana ekspresi yang baik?" tanya Haneul tiba-tiba.
"Tentu," jawab Jake.
"Perhatikan baik-baik ya."
Sunoo, Jake dan Sunghoon mengambil alih sebagian ruang. Mereka bersiap tuk memberikan contoh. Untaian nada mengalun indah, mereka menampilkan chorus dari Given-Taken dan 10 Month's.
Di mulai lagu pertama, air muka mereka memancarkan karismanya masing-masing. Ekspresi mereka keren, gerakannya juga lihai. Ah, aku bingung menggambarkannya lebih jelas. Tapi itu benar-benar sangat mengagumkan.
Tidak hanya perbedaan koreografi, mereka juga memperlihatkan betapa berbedanya suasana kedua lagu tersebut. Mereka bertiga mengubah ekspresi. Di lagu kedua, mereka terus tersenyum lebar. Sungguh mereka hanya menunjukkan sisi bahagia di sepanjang lagu.
Tepuk tangan pun bergemuruh saat mereka selesai. Anggota trainee dan aku pun terkagum-kagum melihat penampilan mereka. Meskipun yang dicontohkan hanya bagian chorus tapi tetap saja itu terlihat hebat.
"Keren."
"Gimana kalo kalian juga ikut praktekin?"
"Boleh-boleh."
"Nara kenapa?" tanya Jake yang mendapati aku tidak terlihat antusias. Ya, jujur saja memang seperti itu. Aku kehilangan arah karena pikiranku masih bepergian.
"E-eh gak papa," aku tergagap.
"Ikut gue." Sunghoon menarik lenganku tiba-tiba. Aku yang kaget dan sedikit tergugup, hanya bisa mengikuti kemana arah tarikannya.
"Hoon, mau ke mana?"
Sunghoon mengacuhkan pertanyaan dari Jake. Dia terus saja menarikku hingga keluar ruangan.
Ada apa lagi? Kenapa aku dijadikan tokoh utama di sini? Selalu saja aku yang dapat perhatian dan banyak beban. Bisakah aku keluar dari cerita ini sekarang juga? Atau adakah yang mau bertukar peran denganku?
Sewaktu aku berjalan atau lebih tepatnya ditarik paksa oleh Sunghoon, aku terus bertanya. Akan tetapi, dia terus juga menghiraukan. Tidak menjawab satu pun pertanyaan dariku. Setelah cukup lama berjalan, aku dan dia sampai di lobi. Dia lantas menyuruhku duduk di sofa.
"Mau ngapain sih?"
Sunghoon lagi-lagi acuh. Dasar manusia batu! Bisa-bisanya dia tidak menjawab pertanyaanku lagi. Sedetik kemudian dia mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya.
Sunghoon ikut duduk di sebelahku. Melipat satu kaki dan mengangkatnya ke sofa. Dia memandangku lekat-lekat. Sesekali dia menyibak rambut ke belakang. Dan kala itu, aku mengakui jika wajahnya sangat mempesona. Namun sejurus kemudian, ia menyodorkan beberapa bungkus vitamin.
"Buat apa?" Aku mengambil sedikit jarak darinya. Menatapnya penuh kebingungan.
"Iya buat lo-lah. Jay bilang lo kurang enak badan. Dan terbukti sekarang lo gak fokus. Makanya vitamin ini buat lo minum," jawab Sunghoon.
"Ini dari Kak Jay?"
"Lo ngarepin dia yang kasih?"
Aku panik mendengar kalimatnya. Sepertinya dia mengira aku berharap lebih pada Jay. Ah tidak, tidak. Itu sama sekali tidak benar. Siapa juga yang mengharapkan manusia setengah seram, setengah manis seperti dia.
"Enggaklah," tepisku segera.
Dia terkekeh kecil, "Ini dari gue, diminum ya. Gue gak mau kesehatan lo terganggu."
Sebuah senyuman tersungging tulus di bibir Sunghoon. Ternyata senyum orang yang terlihat datar itu sangat manis. Saking manisnya sampai bisa mengalihkan dunia. Aku tenggelam oleh pesona senyumnya.
"Kalo ada masalah apa pun jangan sungkan buat cerita. Telinga gue siap buat dengerin semuanya."
"Makasih, Kak. Tapi enggak usah segitunya. Kita aja kan baru tau nama."
"Ya justru itu, tolong biarin gue masuk di kehidupan lo. Gue mau jadi orang yang selalu ada di saat lo bahagia maupun susah."
Hah? Ada apa ini? Tiba-tiba saja aku kehilangan asupan oksigen karena kalimatnya. Lagi-lagi jantungku berdegup kencang. Aku tidak menghitung sudah berapa kali aku merasakannya. Sepertinya, seminggu di sini akan membuatku meninggal karena serangan jantung.
Aku tersenyum tipis menanggapi kalimatnya. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan selain itu. Aku teramat senang ada orang seperti dia yang sangat peduli keadaan hidupku.
Kecuali Yoora dan Jinnie, hampir semua orang yang di sini bersikap baik. Hanya saja setiap orang berbeda dalam mengekspresikan kepribadiannya. Entah bagaimanapun caranya, jika memang tokoh itu baik pasti akan terlihat.
─────── ⋆。˚ ☁︎ ⋆。˚ ───────
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 𝐌𝐘 𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌
أدب الهواة𝐒𝐄𝐑𝐈𝐄𝐒 𝟏 ↪ 𝐟𝐭. 𝐄𝐍𝐇𝐘𝐏𝐄𝐍, 𝐂𝐡𝐨𝐢 𝐘𝐞𝐨𝐧𝐣𝐮𝐧 "Kak, ini cuma mimpi kan? Ayo jawab!" Mimpi dan kenyataan adalah dua hal yang kadang saling bertentangan. Namun di setiap mimpi akan ada hal baik dan buruk yang bisa dijelaskan. Dan pa...