"Kembali kasih. Kalo lo merasa sedih dan sendiri panggil aja Jake tiga kali."
"Terus Kakak akan muncul?"
"Iya enggak lah. Gue bukan anak jin kali." Tawa Jake menggelegar dan aku aku pun ikut tertawa bersamanya.
"Woy! Ngapain?"
Aku maupun Jake tersentak, berdiri secara bersamaan. Kami menjaga jarak tatkala Jay dan tiga trainer lain berdiri tegap dihadapan. Tidak terkecuali, mereka memasang wajah datar dan penuh tanda tanya.
"Kalian ngapain di sini?" tanya Jungwon.
"Iya, pake acara peluk-pelukan lagi," tambah Sunoo dengan nada menyindir. Dia yang biasanya menebar senyum kali ini tidak disebarkan. Entah alasannya, tapi aku tidak menyukai wajahnya tanpa senyum.
"Kalian jangan salah paham dulu, gue bisa jelasin. Jadi tadi itu—" Belum selesai Jake menjelaskan, Jay terlebih dulu menyeretnya kasar agar keluar dari gazebo. Jake terlihat pasrah dan mengikuti tarikannya.
"Bang, lepas dulu! Gue bisa jelasin semuanya."
Setelah beberapa langkah, akhirnya Jay menghempas sembarang tarikan pada kerah Jake. Dia menatap Jake penuh emosi. Sorot matanya yang tajam begitu sangat menakutkan.
"Jelasin apa? Jelasin kalo lo udah nikung gue? Lo lupa atau sengaja ngelupain? Siang tadi udah gue bilang kalo gue suka sama Nara. Kenapa sekarang lo peluk dia? Kalian udah jadian?"
Aku membeku, tidak percaya atas apa yang Jay katakan. Jadi sekarang Jay cemburu pada Jake? Apa bisa secepat itu dia menaruh rasa padaku? Padahal kami baru saja bertemu pagi tadi.
"Lo suka sama Nara, Bang? Bukannya lo gak respect sama dia?" tanya Niki yang sama-sama tidak percaya.
"Siapa bilang gue nggak respect sama dia? Gue cuma nunjukin perasaan dengan cara yang berbeda. Apa itu salah?"
Hening. Tak ada satu pun yang merespon. Akhirnya aku memutuskan bersuara, "Kak, maaf aku enggak tau soal itu. Tapi tolong jangan salah paham. Biar aku jelasin dulu."
"Percuma. Mau gimana pun penjelasannya gak akan merubah orang yang udah terlanjur jatuh cinta dan terluka karena lo," potong Sunoo saat aku belum tuntas berbicara. Pancaran matanya sekarang meredup seakan kecewa.
"Gak, Nara gak salah. Tolong denger penjelasan gue dulu," ucap Jake.
"Halah, jujur sama gue. Lo suka 'kan sama Nara?"
Jake tidak langsung menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya. Ia melirik ke arahku sebentar, seakan bertanya 'apa yang harus aku katakan'. Kemudian beralih menatap secara bergantian pada Sunoo, Jungwon dan Niki.
"Jawab Jake!" Jay menggertak.
Dengan sedikit gugup Jake menjawab, "I-iya."
Tanpa aba-aba Jay memukul brutal sudut bibir Jake. Tidak sampai disitu, Jay kembali menariknya, memberi bogem mentah disekujur tubuh Jake.
"PENGHIANAT!"
Aku menutup mulut saking teramat shock. Menyaksikannya membuat ngilu. "Kak Jay stop!" Tubuhku gemetar hebat melihat aksi Jay. Dia dua kali lipat lebih menyeramkan dari biasanya. Auranya sangat gelap. Menghajar Jake tanpa kenal ampun dan tanpa perasaan iba.
Pukulan Jay meninggalkan bekas di wajah Jake. Membiru, lebam dan darah segar mengucur dari sudut bibirnya. Meskipun begitu, Jake sama sekali tidak membalas pukulan yang ia dapat. Dia malah menghindar dan berusaha menepis tanpa membuat sang pemukul terluka. Dia juga terus mengucapkan permohonan maaf. Dia merasa bersalah karena telah menaruh rasa padaku juga.
Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa. Sedari tadi aku berteriak dan memohon pada Jay untuk menyudahi aksinya. Namun, tidak menggubris sedikit pun.
"Berhenti aku mohon ..." mohonku dengan sangat kepada Jay sambil menangis. Sungguh aku tidak sanggup melihat ini. Aku teramat khawatir pada mereka.
Jungwon, Sunoo dan Niki yang sedari tadi mencoba melerai Jay akhirnya berhasil menegahi perkelahian tersebut. Jungwon dan Niki menarik Jay menjauh. Sementara Sunoo memapah Jake berdiri karena dia sudah tersungkur di atas tanah.
"Lo gak terima cowok lo gue pukul?" tanya Jay padaku. Deru napasnya memburu, dia seakan kelelahan telah menyelesaikan aksi tersebut.
"Jake bukan cowok aku. Dia enggak salah, kalo Kak Jay mau marah sama aku aja. Pukul aku aja Kak, pukul ...." Berderai sudah air mata yang membasahi pipi. Isakan kecil juga keluar dari mulutku.
Jay menyingkirkan lengan Jungwon dan Niki. Ia mengacak gusar rambutnya.
"ARGHH! GUE KECEWA SAMA LO, RA!"
Kalimat Jay sangat membuatku tercengang. Mungkin dia terluka tapi sejujurnya aku yang lebih terluka, melihat dia menghajar Jake dan bilang kecewa padaku. Rasanya aku tidak kuat lagi berdiri. Aku merosot, bersimpuh di hadapan mereka. Tangisku benar-benar pecah sampai mulai sesenggukan.
"Cukup! Lo udah keterlaluan Bang," kata Niki sambil mendorong kasar bahu Jay sampai sang empu sedikit goyah.
"Keterlaluan? Dia yang keterlaluan, Nik! Berani nyuri hati orang tapi gak berani tanggung jawab."
Aku membisu, hanya bisa terus menangis. Katanya cinta datang pada tempat dan waktunya. Siapapun orang tidak bisa mencegahnya. Dan katanya cinta juga tidak pernah salah. Lalu siapa yang harus disalahkan dalam peristiwa ini? Aku? Iya aku yang harus disalahkan. Kenapa juga aku harus ada di sini. Aku yang salah telah membuat mereka terluka.
Niki mensejajarkan posisi dengan berjongkok di sisiku. Uluran tangannya tergerak mengusap lembut bahuku, menyalurkan kekuatan.
"Cukup, Ra! Gue gak sanggup liat lo kayak gini. Air mata lo itu terlalu berharga untuk hal yang gak perlu ditangisi," katanya tulus.
Sempat-sempat disituasi seperti ini kedua telingaku berdengung. Dentuman yang keras seperti tadi siang menyapaku kembali. Lantas segera aku menutup telinga rapat-rapat. Aku meringis kesakitan.
"Ra, kenapa?"
Jungwon, Sunoo bahkan Jake ikut bersimpuh dan mengelilingiku. Mereka terlihat sangat khawatir.
"Paling juga akting biar dapet pelukan kayak tadi siang," kata Jay enteng. Pusat perhatian beralih tertuju padanya.
Aku menatap Jay tidak percaya. Bisa-bisanya ia berbicara seperti itu, menuduh yang bukan-bukan. Padahal jelas dia yang khawatir lalu memelukku tanpa izin.
"Aku gak papa," tepisku.
"Gak usah disembunyiin. Dengan lo berpura-pura kuat justru akan semakin banyak orang yang menaruh harap untuk jadi tameng buat lo, Ra," ujar Jungwon.
Setelahnya aku tidak dapat mendengar apa pun lagi. Sakit. Rasa sakitnya melebihi kejadian pada siang tadi. Aku pun melampiaskannya dengan berteriak.
─────── ⋆。˚ ☁︎ ⋆。˚ ───────

KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 𝐌𝐘 𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌
Fanfiction𝐒𝐄𝐑𝐈𝐄𝐒 𝟏 ↪ 𝐟𝐭. 𝐄𝐍𝐇𝐘𝐏𝐄𝐍, 𝐂𝐡𝐨𝐢 𝐘𝐞𝐨𝐧𝐣𝐮𝐧 "Kak, ini cuma mimpi kan? Ayo jawab!" Mimpi dan kenyataan adalah dua hal yang kadang saling bertentangan. Namun di setiap mimpi akan ada hal baik dan buruk yang bisa dijelaskan. Dan pa...