Jungwon dan Heeseung sudah keluar dari ruang latihan dua menit yang lalu. Aku pun hendak meninggalkan ruangan, melanjutkan aktivitas yang ingin kukerjakan. Namun, aku tersentak saat seseorang tiba-tiba menarik bahuku dari belakang. Secara otomatis aku membalik badan dan menghadap orang tersebut.
"Lo pikir lo siapa? Udah gue bilang gak usah caper, sekarang malah mau saingan sama gue." Yoora berkacak pinggang.
"Kayaknya dia emang perlu pelajaran deh biar kapok," tambah Jinnie.
Rentetan kalimat tersebut membuat Hana serta Hyejin yang sudah di ambang pintu menoleh ke belakang. Sebelum keduanya tepat berada di sisiku, Hyejin terlebih dahulu mendorong kuat bahu Yoora. Alhasil, dia kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh. Akan tetapi, Jinnie spontan menjadi tumpuan untuknya.
"Ish, gak usah ikut campur kali." Yoora semakin tersulut amarah. Deru napas yang tidak beraturan terdengar jelas. Volume bicaranya pun lebih ditinggikan.
"Lo pikir gue diem aja liat sahabat gue diperlakukan kasar, hah?! Enggak!"
"Lo bisa tutup mulut dulu gak? Biar mereka selesain urusannya. Kita gak usah ikut campur dulu," kata Jinnie.
"Urusan apa? Justru kalian yang terus cari masalah. Enggak ada capeknya apa kalian ngebully trainee baru?"
"Gak. Gue gak akan pernah capek kalo orang itu terus cari muka."
"Lo gak ngaca? Justru kalian berdua yang terus cari muka dan sok berkuasa," seru Hana.
"BERHENTI!"
"Yoora, aku enggak pernah bertingkah seperti yang kamu tuduhin. Tapi kalo kamu ngerasa aku yang salah, aku minta maaf," ucapku.
"Cih, berlagak sok suci," cibir Yoora.
"Ra, lo gak seharusnya minta maaf ke iblis kayak dia."
"Heh, dijaga ya kalo ngomong!" Ancam Jinnie seraya mengacungkan telunjuk di wajah Hyejin. Sementara si empu langsung menepisnya kuat.
"Tingkah kayak gini nih yang buat gue semakin pengen ngebully. Lo sok baik dan temen-temen lo juga sok jadi pahlawan. Gue gak suka itu!"
Dari matanya, Yoora terlihat seakan berapi-api, menatap penuh kebencian. Padahal aku sudah meminta maaf untuk sesuatu yang tidak aku lakukan.
Tanpa aba-aba Yoora menjambak rambutku yang tergerai. Aku mengikuti arah jambakan untuk meminimalisir rasa sakit. Tetapi karena jambakan itu terlalu kuat, aku tetap meringis kesakitan. Tidak hentinya aku berusaha melepas tapi sia-sia yang kudapat.
"Shh, lepas!"
"Choi Nara, gue harap sekarang telinga lo ini berguna. Inget baik-baik, gue gak akan pernah main-main sama ucapan gue," bisik Yoora penuh penekanan.
Jinnie yang notabenenya paling bongsor serta paling kuat, mencekal lengan Hyejin dan Hana yang hendak menolong. Mereka histeris melihatku yang diperlakukan kasar.
Seusai niatnya terwujud, Yoora menyudahi aksi menjambak. Aku terhuyung hampir saja jatuh menyentuh lantai. Dengan sisa tenaga aku mampu menyeimbangkan posisi dan kembali berdiri tegap. Aku mengelus pucuk kepala yang masih perih.
"Cabut!"
Akhirnya Yoora melangkah pergi dari ruang latihan bersama Jinnie. Meninggalkan aku bersama Hyejin dan Hana yang didera rasa kesal dan marah.
"Lo gak papa?" tanya Hana yang ikut mengusap lembut kepalaku.
"Enggak." Aku tidak sanggup melihat mereka yang sangat khawatir. Oleh sebab itu aku berbohong. Padahal satu jambakan dari Yoora membuat kepalaku pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 𝐌𝐘 𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌
Fiksi Penggemar𝐒𝐄𝐑𝐈𝐄𝐒 𝟏 ↪ 𝐟𝐭. 𝐄𝐍𝐇𝐘𝐏𝐄𝐍, 𝐂𝐡𝐨𝐢 𝐘𝐞𝐨𝐧𝐣𝐮𝐧 "Kak, ini cuma mimpi kan? Ayo jawab!" Mimpi dan kenyataan adalah dua hal yang kadang saling bertentangan. Namun di setiap mimpi akan ada hal baik dan buruk yang bisa dijelaskan. Dan pa...