Seusai menginjakkan kaki di rumah. Aku segera masuk ke kamar, mengganti pakaian menjadi piyama berwarna biru muda.
Kejadian di pesta tadi terus saja berputar dalam ingatan. Dengan sendirinya otakku terus mengaitkannya pada mimpi. Mimpi yang membawaku menapaki segala rasa. Dan berakhir dengan derai air mata juga ketakutan.
Apakah benar ini yang namanya takdir? Berawal dari mimpi dan terwujud di dunia nyata.
Aku menghembus napas. Kepalaku terasa amat berat. Aku menyandarkan tubuh di kepala kasur.
"Argh." Aku mengacak rambut kesal. Bukannya merasa tidak senang, hanya saja ini terasa aneh dan tidak terduga. Semuanya begitu mendadak dan terjadi bergantian.
Dering panggilan dari handphone membuat aku menghentikan aksi kekesalan. Salah satu tangan terulur meraih benda pipih yang berada di nakas. Tidak ada nama dari si penelfon tersebut. Hanya tertera rentetan nomor yang tidak aku kenal. Jempolku tergerak mengusap ikon hijau. Lalu kudekatkan handphone pada telinga.
"Halo." Terdengar dari seberang sana suara yang cukup berat. "Ra, ini kak Heeseung," imbuhnya antusias.
Aku membelalakkan mata setelah ia menyebutkan namanya. Refleks, aku membenarkan posisi duduk. Bantal empuk beralih di pangkuanku.
"Kak Heeseung tau nomor aku dari mana?"
"Minta sama Yeonjun. Eh ralat, lebih tepatnya maksa sih," ia tertawa garing dan aku mengulas senyum. Aku tahu itu tidak terlihat olehnya. Tapi seketika sudut bibirku terangkat.
Yeonjun memang sangat over menjagaku. Ia tidak ingin sesuatu hal buruk terjadi pada adik satu-satunya. Bahkan urusan asmara pun ia ikut ambil andil. Ia akan sangat teliti menyeleksi dan memilah laki-laki mana yang baik untukku.
Sebelumnya Heeseung hanya sahabat Yeonjun. Namun karena sering bermain ke rumah, aku pun ingin bermain bersama. Awalnya kakakku itu tidak mengizinkan karena katanya aku lebih baik berteman dengan perempuan. Namun karena Heeseung terus meyakinkan, akhirnya kakakku itu luluh dan membiarkan aku dekat dengannya.
"Belum tidur?"
"Kalo udah tidur nggak akan diangkat dong telfonnya," jawabku.
Dia kembali tertawa garing "Ya juga ya. Hmm, boleh videocall sebentar gak?"
Aku menimbang permintaannya saksama. Jika ditolak, aku merasa tidak enak. Tapi jika diterima rasanya akan canggung sekali.
"Gimana?"
"Boleh."
Panggilan pun terputus yang kemudian berubah videocall. Terlihat sudah Heeseung menggunakan sweter putih. Ia seperti sedang berada di luar ruangan.
"Hai cantik. Makasih ya jam tangannya. Kamu pinter banget deh cari kado. Pasti kamu kasih jam tangan ini biar Kak Hee bisa luangin waktu buat kamu. Iya 'kan?"
"Nggak. Jangan kepedean deh. Itu cuma sekedar kado kok."
"Udah ngaku aja," godanya.
"Ih enggak."
"Hai Nara." Sunoo dan Niki ikut tertera di layar. Mereka melambaikan tangan sebentar lalu pergi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 𝐌𝐘 𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌
Fanfiction𝐒𝐄𝐑𝐈𝐄𝐒 𝟏 ↪ 𝐟𝐭. 𝐄𝐍𝐇𝐘𝐏𝐄𝐍, 𝐂𝐡𝐨𝐢 𝐘𝐞𝐨𝐧𝐣𝐮𝐧 "Kak, ini cuma mimpi kan? Ayo jawab!" Mimpi dan kenyataan adalah dua hal yang kadang saling bertentangan. Namun di setiap mimpi akan ada hal baik dan buruk yang bisa dijelaskan. Dan pa...