☁┊Uncovered

1.3K 271 11
                                    

Hari berganti malam. Langit gelap yang cerah begitu indah ditemani cahaya bulan dan bintang. Semesta seakan mendukung terlaksananya kegiatan malam ini. Aku serta seluruh trainee diminta berkumpul di halaman belakang. Entah apa alasannya, namun ini terkesan mendadak katanya.

Sebelumnya aku keluar gedung bersama Micha. Setelah sampai dia mengajakku bergabung bersama Chaeyoung dan Haneul, aku menurut. Seperti yang pernah kubilang mereka baik. Akan tetapi, aku yang belum bisa membaur jadi terlihat menyedihkan. Aku hanya diam saat mereka berbicara.

Aku seperti patung yang berdiri dikeramaian. Akhirnya kuputuskan menjauh dan duduk bersila tanpa alas di rumput. Aku menyibukkan diri dengan membunyikan sendi jemari tangan satu per satu. Sudah pernah kukatakan bukan jika aku candu hal itu? Ya candu sekali, kalau saja bisa dibunyikan setiap saat. Pasti aku akan melakukannya setiap kali mempertemukan kedua telapak tangan.

"Cie jomblo. Kasihan banget sih gak punya pasangan," seru Hyejin tepat di telingaku. Bersamaan dengannya Hana tiba-tiba datang. Keduanya ikut duduk mengapitku.

Aku melihat wajahnya bergantian, senyum tanpa dosa mereka sebarkan. Aku semakin kesal ketika mereka bertindak seolah tidak pernah terjadi apa pun.

"Udah ada buih-buih rindu sama kita?"

"Mana ada, yang ada malah benci," jawabku malas dan beralih fokus menatap lurus.

"Benar-benar cinta maksudnya 'kan?" tambah Hana. Keduanya terkekeh karena lelucon yang bagiku tidak ada lucunya sama sekali.

"Asal lo tau, kita berdua udah berhasil laporin kelakuan Yoora. Tapi respon trainer bikin kita geleng-geleng kepala," kata Hyejin.

Spontan aku mendelik. "Mereka gak percaya?"

"Percaya. Tapi kita kesel sama jawaban mereka. Masa katanya nih ya, bully-membully itu udah biasa. Selagi itu gak ngerugiin banyak pihak ya jangan diambil pusing. Kesel gak tuh?" jelas Hana sangat meyakinkan.

Mataku membola, bisa-bisanya mereka berkata seperti itu. Meskipun aku tidak setuju Hyejin dan Hana mengadu. Akan tetapi tetap saja, reaksi trainer yang kudengar ini sangat menjengkelkan.

"Iya, bahkan Kak Jay bilang gini 'kalo Nara yang dibully sih gak papa. Anggap aja sebagai penyesuaian diri'," ujar Hyejin tak kalah meyakinkan.

Tunggu. Jay? Aku membuang napas kasar. Mereka berbohong. Jelas-jelas di waktu yang bersamaan Jay bersamaku. Tidak mungkin 'kan dia bisa membelah diri?

"Bohong! Kak Jay 'kan lagi sama aku waktu kalian pergi. Mana bisa dia membelah diri."

Keduanya berdecak kaget dan tidak mempercayai ucapanku.

"Serius lo? Ngapain?"

Aku memilih bungkam tidak bersuara sedikit pun. Siapa suruh mereka berbohong. Hampir saja aku menuduh yang tidak-tidak pada trainer. Untungnya baru jengkel, tidak berujung mencela.

"Ah Nara, lo ngapain sama Kak Jay?" Hyejin mengguncang tubuhku kesana-kemari. Dia sangat antusias mendengar penuturanku. Jangan heran, dia 'kan salah satu pengagum anggota trainer.

"Lo gak seru! Gitu aja enggak mau cerita." Hyejin merajuk. Sedang aku tidak peduli bahkan tidak bergerak sedikit pun. Aku hanya menatap lurus.

Hana mengalihkan pembicaraan ketika tidak ada suara sedikitpun diantara kami. "Eh Hyejin, lo perhatiin muka Nara gak tadi? Cengo gitu pas awal kita bohongin. Gemes, pengen banget gue tampol," kata Hana yang terlebih dahulu menepuk lengan Hyejin dan melanjutkan ucapannya saat si empu mendelik.

"Haha ... iya bener, kelihatan banget dia percaya. Ah tapi sayang, gue malah sebut nama Jay."

Candaan mereka semakin membuat aku kesal. Aku memajukan bibir dan menekuk kaki, memeluk diriku sendiri. Mereka yang sadar langsung ikut memeluk secara bersamaan. Aku berontak namun tidak membuahkan hasil.

[✔] 𝐌𝐘 𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang