☁┊Begin

1.3K 294 20
                                    

"Eh, cewek gatel!"

Aku melirik malas ke arah sumber suara. Dua gadis cantik tersenyum miring. Tapi tunggu, responku terlalu tanggap. Jelas aku tidak seperti yang mereka tuduhkan. Tapi karena aku refleks merespon sepertinya membuat mereka senang sudah berhasil mengatai. Bodoh, kenapa aku meresponnya?

"Gimana? Berhasil ambil hati Sunghoon?"

Aku mengacuhkan mereka dan hendak beranjak dari sofa. Urung, Yoora terlebih dahulu mendorongku hingga kembali terduduk.

"Ups, mau kemana sih? Duduk dulu dong, kita mau ngomong bentar," ujar Yoora memberikan penekan pada tujuannya. Dia berdiri tegap di hadapanku sembari berkacak pinggang.

"Bisa banget ya lo ambil hati trainer. Pertama kak Heeseung trus kak Jay dan sekarang kak Sunghoon. Gue heran deh sama lo. Lo jadi cewek kok gak ada harga dirinya banget. Tempel sana tempel sini. Sebenernya lo yang gak punya malu atau emang udah terlanjur murahan sih?" Jinnie bertanya mencibir tepat di wajahku.

"Dijaga ya kalo ngomong! Aku gak seperti yang kamu kira." Aku berdiri mensejajarkan tubuh dengan mereka. Awalnya aku tidak akan meladeni mereka, tapi sekarang mana bisa diam saja.

"Terus kalo gak murahan apa namanya? Hah?!" Jinnie menatapku super tajam. Tidak kalah, aku pun mengembalikan tatapan yang jauh lebih tajam.

Menanggapi mereka hanya bisa membuang waktu. Sedetail apapun aku berkata jujur dan apa adanya, pasti akan terus dicaci. Di sini hanya aku yang terus menjadi bulan-bulanan tanpa peduli salah atau benar.

"Apa nih?" Sedetik kemudian, Jinnie mengambil paksa bungkus vitamin yang aku genggam. Aku sudah mencegah tapi gagal.

"Vitamin lah. Kamu gak punya mata ya?"

"Wow, upik abu udah berani ya sekarang," cibir Yoora sambil bertepuk tangan.

"Sejak awal aku enggak pernah takut ya sama kalian berdua. Aku diem karena aku gak mau ambil pusing. Tapi aku enggak habis pikir deh, emang kalian gak ada capeknya ya ganggu aku?"

Aku mencekal kuat lengan Yoora yang hendak meraih rambutku. Dia pikir, dia bisa mengulang kejadian setelah latihan vokal tadi. Tidak. Tidak akan aku biarkan. Itu cukup pertama dan terakhir kalinya dia menjambak rambutku tanpa ampun.

Yoora terkesiap. Sepertinya dia tidak menyangka aku akan membela diri. Dia meringis kesakitan, berusaha melepas cekalan yang aku berikan. Sementara Jinnie yang melihat itu tidak tinggal diam. Dia urung mendekatiku karena sedetik kemudian aku menunjuknya dengan telunjuk agar diam di tempat.

"Cukup! Aku gak mau lagi ya urusan sama kalian. Jadi mulai sekarang jauh-jauh dari hidupku."

"Gak. Gue gak mau. Dan lo gak akan ngerti apa yang jadi tujuan gue," kata Yoora yang sekarang berhasil terlepas dari cekalanku.

"Apa? Apa yang aku gak ngerti? Emang gak akan ada selesainya ya ngomong sama orang yang gak punya perasaan."

"Balikin vitaminnya!" pintaku pada Jinnie. Aku berusaha mengambilnya namun dia meninggikannya. Aku akui tubuhnya lebih tinggi, makanya aku tidak bisa meraihnya.

"Kalo lo gak mau nyerah, lo akan nambah menderita," ujar Yoora.

Aku sangat kesal, menghentakkan kaki. Usahaku tidak membuahkan hasil, vitaminnya masih di tangan Jinnie.

[✔] 𝐌𝐘 𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang