Step 1

5.3K 321 14
                                    

Tangan kanan Hyunae berusaha mengambil handphone-nya yang terus berdering, bukan alarm pagi melainkan panggilan telepon yang entah dari siapa.

"Emm... halo?"

"HEH KEBO! GUE UDAH NUNGGU DI DEPAN DARI SATU JAM YANG LALU DAN LO BARU BANGUN!? KURANG AJAR!"

"Siapa suruh nungguin..."

"Minta dikutuk ya lo! Buruan turun!"

Hyunae memutuskan sambungan telepon dengan Ryujin. Ia mengerang, merenggangkan tubuhnya. Melihat sekeliling, kamarnya sepi, sunyi, ya karena dia memang tinggal sendiri di sini.

Mau bagaimana lagi, jarak antara kampus dengan rumahnya cukup jauh, jadi mau tak mau dia harus tinggal sendiri agar tidak memakan waktu lama untuk pergi ke kampus.

Setelah selesai bersiap dan sedikit merias wajah, Hyunae turun ke bawah untuk menemui Ryujin.

"Udah tuan putri?" tanya Ryujin dengan nada meledek sambil merotasikan bola matanya. "Hais! Jangan ngomong gitu! Gue tau kok gw cantik kayak tuan putri!"

Ryujin berdecih kesal, "Udah ayo! Lo mau telat lagi kayak waktu itu? Gue sih ogah!" Ryujin menarik pergelangan tangan Hyunae, membawanya ke halte bus.

"Lo bergadang lagi semalem? Padahal bagus loh akhir-akhir ini lo udah gak bergadang, bangunnya juga jadi gak kesiangan."

"Lo tau kan kenapa gue gak bisa tidur?" Ryujin menurunkan pandangannya, "Ah... yang di resto?" Hyunae mengangguk.

"Salah liat kali Hyun, nih ya, kalo pun emang reinkarnasi, harusnya tu orang masih kecil, minimal ya umur tiga tahun, ya kali pas lahir langsung segede itu, ya kan?"

"Ya emang, tapi gue gak serabun itu sampe ngira dia Haechan. Kalo sampe gue manggil dia Haechan berarti emang mirip banget kan?"

"Inget gak? Dulu banget pas masih baru-baru Haechan pergi, Xiaojun aja lo panggil Haechan sampe si Xiaojun capek sendiri berulang kali bilang ke lo kalo dia bukan Haechan."

Hyunae menghela nafas panjang, "Ya tapi kan sekarang gue manggil Xiaojun pake namanya, bukan Haechan lagi."

"Ya tapi kalo dulu Xiaojun aja lo kira Haechan yang udah jelas-jelas beda jauh, sekarang bisa jadi gitu juga kan? Apalagi lo baru ke makam Haechan kemarin."

Bus berhenti berjalan, Ryujin dan Hyunae pun turun karena mereka sudah sampai ke tujuan mereka, yaitu halte bus seberang kampus.

"Gandengan?"

"Gak usah, udah bisa, kemaren diajarin Xiaojun."

"Akhirnya.." gumam Ryujin. Ryujin pun melangkahkan kakinya lebih dulu dan disusul Hyunae yang berjalan tepat di belakangnya.

"Hyun, boleh liat cat—"

TIINNN!!

Seluruh kendaraan berhenti bergerak seketika, keadaan menjadi hening. Hyunae berdiam diri dengan nafas memburu dan keadaan tangan yang masih dicengkram oleh orang di belakangnya.

Tak lama cengkraman itu melonggar dan terlepas. Menoleh ke belakang, pupil mata Hyunae membesar hingga membuat kontak mata dengan orang itu.

"Apa?" tanyanya.

Suaranya... sama...

Kembali menyumpal kedua telinganya dengan earphone, orang itu berlalu pergi, mengabaikan berbagai macam jenis pandangan. Mulai dari takjub, kaget, hingga takut.

"Hyun! Hyunae! Jangan bengong!" pekik Ryujin sambil mengguncangkan tubuh Hyunae berulang kali.

"Jin..." Ryujin menghela nafas kasar sambil menggelengkan kepala. "Bukan, dia bukan Haechan. Ayo."
~~~
"Halusinasi kali tuh! Yakali orang kayak Haechan ada tiga!"

[✔️] 180 Degrees || Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang